Anaxtra: Petualangan di Pulau yang Hilang

Kopi item
Chapter #1

Flying Surfboard

Tubuh ramping Anaxtra berlari dengan cepat di antara pohon-pohon hutan Lembah Dieng. Sesekali dia melakukan lompatan ke atas pohon yang besar, berayun dari satu pohon ke pohon yang lain. Lalu dia menukik ke bebatuan sepanjang tepi sungai.

Sesekali juga dia berlari diatas air, jangkauan lompatannya yang mampu mecapai 10 meter membuatnya seolah-olah terbang. Busur panah otomatis yang selalu menempel di lengan kirinya selalu siap menembakan anak panah laser saat ia memerlukannya.

Anaxtra melompat ke sebuah batu besar yang berada di tengah sungai. Sementara di depannya sebuah tembok batu raksasa yang mengucurkan air jernih mencipatakan air terjun yang sangat indah.

"Dari mana asal air yang mengalir ini,” kata Anaxtra dalam hati.

Air terjun ini merupakan sumber air utama dari Lembah Dieng, menglir melalui sungai yang melintasi hutan dengan satu sisi merupakan bebatuan tinggi yang menjadi tembok pembatas Lembah Dieng.

Ujung dari sungai hanyalah danau kecil yang sama tertutup oleh tembok-tembok batu yang tinggi, sementara air terjun ini. Satu-satunya tempat di Lembah Dieng yang punya kemungkinan adanya jalan untuk bisa melihat dunia luar.

"Apakah kau akan mencoba melompat ke atas sana?" kata seseorang dari tepi sungai.

Anaxtra menoleh ke arah datangnya suara itu, namanya Peter, sebenarnya dia berlari bersama Anaxtra, namun kecepatannya yang di bawah kemampuan Anaxtra membuatnya sedikit tertinggal.

"Aku pasti akan mencobanya, tapi tidak untuk hari ini," kata Anaxtra sambil melompat ke samping Peter yang berjarak hampir 8 meter dari tempatnya berdiri.

"Berapa kira-kira ketinggian air terjun ini?" tanya Anaxtra sambil duduk di atas batu yang tak jauh darinya.

"Mungkin sekitar 50 meter, atau bisa lebih," jawab Peter.

"Jika kemampuan melompatku sudah mencapai 30 meter, aku hanya memerlukan 2 kali lompatan. Namun aku memerlukan pijakan dari lompatan pertama."

Peter ikut duduk di samping Anaxtra, "Apakah Flying Surfboard ayahmu tidak bisa terbang lebih tinggi lagi?"

Anaxtra menghela nafas, "Pada prinsipnya, Flying Surfboard buatan ayah menggunakan partikel yang ditanam di dalam papan, dia bekerja berdasarkan grafitasi bumi, kemampuan terbangnya hanya sebatas 10 meter tanpa beban, jika dinaiki satu orang, kamampuannya akan meyusut dalam ketinggian 7 meter."

 

"Bukankah ayahmu sedang mengembangkan Flying Surfboard itu?”

Anaxtra mengakat bahunya, "Tapi belum ada kemajuan sampai sekarang."

"Sebenarnya Flying Surfboard itu peninggalan kakekku, dalam catatan kakek, dia pernah berencana memodifikasi dengan menambahkan sensor yang berfungsi pengendalian jarak terhadap suatu benda, selain mencegah tabrakan, sensor itu berfungsi menjadikan benda apapun sebagai pijakan."

"Jadi nantinya tidak hanya bertumpu pada grafitasi bumi, tapi pada benda yang ada di dekatnya, dengan kata lain, meski menaiki tembok yang tinggi, selama bisa menahan keseimbangan, Flying Surfboard akan tetap terbang berdasarkan jarak pada tembok itu, bukan lagi berdasar grafitasi bumi."

"Namun sayang, sampai saat ini ayahku belum bisa menerapkannya ke dalam Flying Surfboard itu."

"Berapa lama ayahmu akan menyelesaikannya?" tanya Peter penasaran.

Lihat selengkapnya