Juni, 2023.
Kalimat yang keluar dari mulut seorang pria berjas putih di depanku, membuat pendengaranku tiba-tiba tidak berfungsi. Aku mengalihkan pandangan pada sepasang burung yang sedang bertengger di kabel listrik. Sejujurnya aku tak tahu jika mereka adalah sepasang kekasih—betina dan jantan—atau tidak. Tapi anggap saja begitu.
Saat ini, aku memiliki keinginan untuk menjadi salah satu burung itu. Meski terkena panas dan hujan, seekor burung tetap tangguh, selalu berkicau, dan yang lebih penting; bebas dan tidak sendirian. Sementara aku, terkekang dalam sangkar, rapuh, dan mungkin sebentar lagi akan mati dalam kesendirian.
"Apa kamu mendengarkan aku, Nes?"
Pertanyaan itu mengacaukan segala imajinasiku. Aku menghela napas sebelum menoleh perlahan dan mendapati ekspresi iba yang terukir jelas pada wajah pria di depanku. Aku menaikkan satu alis, tanda bahwa aku tidak mengerti dengan ekspresi yang dia tunjukkan.
"Nes, dengarkan aku. Kamu masih bisa sembuh. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkanmu."
Aku tersenyum kecut. "Anda tidak bisa menyembuhkan penyakit separah ini, Dokter. Anda bukan Tuhan," ketusku.
"Aku memang bukan Tuhan. Aku hanyalah perantara. Tapi sebagai seorang dokter, aku memiliki kewajiban untuk menyembuhkan pasienku," ucapnya frustasi.
"Berapa lama lagi waktuku?" tanyaku sambil menatapnya.
Dia tampak menghela napas, kemudian memijat kepalanya yang mungkin tiba-tiba terasa sakit. Aku diam sembari menatap pria yang sedang frustasi karena tingkahku. Aku memang tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahku. Namun jika dilihat dengan saksama, ada raut terluka yang dalam di sana. Hal yang aku yakini—melihat bagaimana reaksi pria di depanku—adalah bahwa dia bisa melihat luka itu.
"Aneisha ... percayalah padaku." Dia meminta dalam keadaan wajahnya yang tertutup oleh kedua tangannya.
"Yudhistira Amarta!" bentakku dengan napas tersengal-sengal.
Pria bernama Yudhistira Amarta seketika mengangkat wajahnya dan menatapku dengan terkejut. Dia tidak bisa berkata-kata, hanya tertegun melihat kemarahan yang jelas terpancar dari wajahku.