Andai Kisah ini Tiba di Mejamu

Serasa Sarasa
Chapter #5

Membentuk Jejak Seiring Jalan

Aku duduk di kursi dekat jendela, memandangi pemandangan malam yang buram saat dunia seolah melesat menjauh dariku. Suara gemuruh roda kereta yang melaju di atas rel bergema seperti lagu pengantar tidur yang melankolis, menyusup ke sudut terdalam hatiku, membentuk kabut tebal yang menyelimuti hati. Perasaan ini kian terasa berat saat kereta melaju menuju kota perantauaku, diiringi oleh setiap lampu jalan yang berkedip-kedip, mengingatkanku pada kenangan-kenangan menyedihkan di masa lalu.  

Kuhela napas panjang, saat kata-kata dari pria paruh baya yang aku temui tadi kembali berputar di kepala. "Ketika ada cinta untuk seseorang, itu harus diungkapkan."

Semakin aku renungkan dan aku selami kalimat itu, semakin kuat juga ia membongkar memori dan perasaan yang kusembunyikan rapat-rapat. Terutama, kalimat terakhir yang pria itu sampaikan sebelum kami berpisah. Ia kembali berkata:

"Sebab cinta bagai bunga yang mekar di taman hati. Biarkan ia terbuka, biarkan ia tumbuh, dan biarkan dunia mengetahui keindahannya."

Mengungkapkan perasaan? Sebuah pertanyaan yang tidak pernah terlintas di kepalaku. Apalagi membiarkan cinta tumbuh dan terbuka dengan indah terasa seperti mimpi yang jauh, sesuatu yang tidak pernah berani aku wujudkan. 

Tapi mengapa sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu, kata-kata yang tidak pernah terucap itu terasa seperti kesempatan yang terlewat? Dan mengapa kata-kata pria paruh baya itu membuatku memikirkan dia?

Lihat selengkapnya