Andai Kisah ini Tiba di Mejamu

Serasa Sarasa
Chapter #8

Pada Malam yang Lelap

Tengah malam sudah dekat, kehadirannya menimbulkan bayangan panjang di atas meja yang berantakan saat aku duduk membungkuk, jari-jari mengetuk di atas keyboard tanpa henti. Lampu meja menyala lembut, menyinari tumpukan kertas dan laptop yang terbuka. Di luar jendela, langit malam begitu cerah dengan bulan purnama yang bersinar terang.

Desahan lelah keluar dari bibirku. Uap dari cangkir teh berputar-putar, menyelimutiku seperti pelukan hangat yang menenangkan. Aku menyesapnya sedikit, mencoba menghangatkan tubuh dan pikiran yang sudah terjebak dalam kebuntuan. Sesaat, ide kembali mengalir, tanganku dengan cepat bergerak di atas keyboard, mencoba menyusun draf novel sebanyak-banyaknya supaya tidak bertabrakan dengan kesibukan ulangan akhir semester yang akan segera tiba. Namun, meski kalimat demi kalimat mulai terbentuk, pikiranku terus terusik oleh ingatan pertemuan dengan pria paruh baya tempo hari.

Jari-jariku berhenti mengetik. Aku menghela napas panjang, memandang keluar jendela. Cahaya bulan menembus tirai tipis, menciptakan bayangan yang menari di lantai kamar. Selalu ada sesuatu yang menenangkan dari pemandangan itu, seakan bulan menjadi saksi bisu dari segala kebimbanganku. Aku merasa beruntung bisa mendapatkan kamar ini karena aku seperti menemukan pelipur lara dalam percakapan sunyi yang kubagi dengan bulan.

"Apa yang akan terjadi jika aku benar-benar mengungkapkan perasaanku kepadanya? Akankah semuanya berubah?" 

Masih pertanyaan yang sama yang kubisikkan pada bulan di langit, meski aku tahu, tak ada jawaban pasti yang bisa kutemukan. Namun, dalam hati, aku tahu bahwa apapun yang aku dapatkan, semuanya akan berubah. 

“Ya, confess aja. Nanti juga kamu tahu sendiri apa jawabannya,” decakku, menasihati diriku sendiri, seolah keberanian bisa hadir hanya dengan kata-kata.

Sudahlah, aku seharusnya melanjutkan draf novelku selagi belum terlalu banyak tugas!

Lihat selengkapnya