Klub Focus yang membuatku gagal fokus. Itulah yang kurasakan setelah tak sengaja melihat laki-laki itu. Ia bahkan berhasil membuatku goyah dengan pilihan ekskul yang ingin aku ambil.
Di antara sekian banyak dertan stan ekskul di aula, tidak ada yang ingin aku kunjungi selain stan yang tidak terlalu banyak dikerumuni orang itu. Di antara deretan stan berwarna-warni di sekelilingku, tidak ada yang berhasil mencuri perhatianku selain stan yang berwarna monokrom. Di antara stan yang memakai segala macam properti balon, memamerkan piagam dan piala kebanggaan mereka; tidak ada yang membuatku penasaran selain stan dengan replika kamera itu. Meski begitu, yang kulakukan hanya bergeming di tempat. Tidak mengunjungi stan manapun seperti Mora dan Jalila yang berada di klub Terantang dan Amor Bumi.
Aku tidak tertarik pada fotografi, aku hanya tertarik pada pemilik senyum manis tadi. Aku ingin tahu siapa namanya, nanti akan kucari dari kelas mana dia berasal, aku hanya ingin memuaskan rasa penasaranku. Tapi haruskah aku gabung dengan klub Focus hanya untuk menemukan laki-laki itu? Agaknya itu terlalu mengambil risiko yang sangat besar, tidak sesuai dengan minatku, dan tidak selaras dengan kemampuanku.
“Ini sampai sore juga nggak ada sepinya.” Aku menoleh mendengar keluhan itu. Rupanya ada Kevin bersama beberapa laki-laki lain berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri. “Daftar Focus sekarang aja biar bisa langsung balik ke kelas.”
Focus?
Kevin mau ikut Focus?
“Ayo, Er, ikut sekalian daftar Focus!”
Aku terperanjat mendengar ajakan itu. Kevin tiba-tiba menyapaku tanpa basa-basi. Apakah dia memergoki aku yang sejak tadi memandangi stan Focus?
“Lagian ngapain dari tadi liatin Focus? Kalo mau daftar, ayo sekalian aja.”
“Oh?” Mataku melebar, aku ketahuan, ya? “Iya—Duluan aja, Vin.”
Tapi ada yang jauh lebih horor dibandingkan ajakan Kevin, yaitu saat aku teringat kalau ketua kelasku itu memang hobi memotret. Aku tahu itu karena aku sempat membaca biodatanya saat aku duduk bersebelahan dengannya beberapa hari lalu. Artinya, klub itu memang diperuntukkan untuk mereka yang punya hobi fotografi. Sementara aku? Boro-boro hobi, memegang kamera saja belum pernah, apalagi berbakat di bidang itu. Yang ada hanya akan mempermalukan diriku sendiri.
“Er, udah daftar ekskul belum?” Jalila datang menghampiriku.