Di satu sisi, aku merasa seperti semesta memaksaku untuk tetap sendiri. Beberapa waktu lalu, Ibu menekankan agar aku cepat selesai kuliah. Ia juga secara tidak langsung terus mengungkit perekonomian keluarga, seolah dia berharap besar aku dapat segera membantunya.
Sore ini sama, seakan-akan semesta semakin menyarankanku untuk tetap sendiri.
Aku sedang dalam perjalanan menuju stasiun, duduk di belakang motor ojek online yang membawaku melewati hiruk pikuk jalanan. Driver yang sudah cukup berumur mulai mengajakku mengobrol. Ia menanyaiku soal kuliah, dan obrolan ringan itu berakhir dengan doanya agar skripsiku lancar.
"Kakak mau tahu nggak, kunci sukses skripsi itu apa?" tanya driver itu tiba-tiba, membuatku sedikit bingung. Aku belum sempat menyahut saat si driver menjawabnya sendiri, "jangan punya pacar."
Aku tertawa kecil, meski dalam hati sedikit skeptis. Buktinya, banyak kok yang berhasil melewati skripsi bersama pacarnya. Mungkin untuk sebagian orang, keberadaan pasangan bisa menjadi penyemangat hidup. Tapi untuk sebagian lagi, mungkin jadi sumber stres juga. Jadi, kunci keberhasilan skripsi tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi saja.
“Maksudnya, Pak?” Aku tertarik untuk mendengar sudut pandang dari driver ini, jadi aku menyimpan opiniku dan mendengarkan nasihatnya.
"Jadi orang sukses dulu, Kak. Kalau sudah sukses pasti yang akan deketin juga orang sukses. Cowok yang belum sukses biasanya nggak berani deketin perempuan yang sudah sukses."
Aku tersenyum mendengar nasihat itu, walau dalam hati aku punya pemikiran lain. Aku sudah melihat contoh nyatanya dan merasakan hidup terjebak atas konsep sukses dan belum sukses itu. Kadang aku heran, Ibu kurang apa? Ia pintar, pekerja keras, dan menurutku sudah cukup sukses dalam kariernya. Terlepas dari pandangan kebanyakan orang yang mengartikan sukses adalah bisa mencukupi kebutuhan tersier secara cuma-cuma, bagiku Ibu sudah cukup sukses untuk fase hidup yang telah dijalaninya. Tapi apa? Ibuku tetap bertemu orang yang salah. Ibuku bertemu pria yang berbanding terbalik dengannya, berperilaku buruk dan tidak bertanggung jawab, dan pada akhirnya membuatnya—termasuk aku—menderita.
Tapi tentu saja aku tidak akan membagi hidupku dengan orang asing. Aku memilih mengikuti alur obrolan si driver.
"Kak, Kakak saya tes, ya?"