“Setiap anak akan merasa senang,
Apabila ayahnya pulang,
Terlebih lagi membawa suatu yang akan ia kenang,
Bahkan dengan kasih sayang.”
“Neng Aluna, itu suara motor ayah,” kata Fitri saat hendak menyapih Aluna, karena hari sudah malam.
Aluna belum tidur, karena dirinya sedang menunggu kepulangan ayahnya. Anak polos itu merindukan sosok cinta pertamanya yang akan pulang malam ini. Terakhir kali, Aluna menghabiskan sepanjang hidupnya bersama ayah Bagas itu saat ia sedang berjuang melawan rasa demam tingginya.
Bagas kembali lagi bekerja setelah izin cuti menemani anak pertamanya selama dua minggu di rumah sakit, dan dua minggu setelah pulang dari rumah untuk menemani kesepian anaknya. Kini Bagas telah sampai rumah dengan sebuah janjinya, janji membelikan boneka untuk anaknya.
Aluna lebih dulu pergi ke teras depan menyambut Bagas, badannya sudah mulai terisi. Padahal saat sakit ia kehilangan lebih dari lima kilo berat badan. Senyum ceria tergambar jelas di wajah seorang Aluna, gigi polos yang berderet ia pamerkan.
Tubuhnya melompat kegirangan saat melihat seorang Bagas mengeluarkan banyak barang dari motornya. Tangannya dikeataskan sambil digoyang-goyang, dan berkata dengan celoteh seorang anak kecil. “Aiyah bulang!”
Bagas menyambut anak pertamanya dengan wajah bahagia, seperti ia menyambut kelahiran Aluna. Lelaki berstatus ayah muda itu merentangkan tangannya, menyambut dekapan sang anak dan mencium kening kepalanya penuh kasih sayang. “Ayah pulang.”
“Asiiyk,” ujar Aluna dengan senyum yang tak pernah pudar.
Fitri melihat suasana itu seketika hatinya menghangat, kerinduan Aluna terbayar lunas. Air matanya kembali berembun, ia ikut masuk dan memeluk dua kesayangan hebatnya dan ikut memeluk dan turut menyalurkan kasih sayang. “Ayah kita sudah pulang,” ucapnya singkat dan bermakna.
“Coba, Neng Aluna, bisa menebakkah? Ayah bawa apa?” tanya Bagas menatap dua belahan jiwanya secara bergantian.
Fitri menyipitkan matanya dan menatap Aluna kebinggungan. “Apa yah?”
“Bodeka? Gan, Aluna bau bodeka,” tebak Aluna menjawab tebakan Bagas.
Bagas menatap Fitri dan tersenyum. “Benar!” kompak keduanya membuat Aluna kegirangan dalam gendongan sang ayah.
Bagas menunjukkan boneka yang diceritakan oleh Aluna melalui perantara sang istri. Bagas membeli boneka itu dengan pakaian berwarna pink muda dan menunjukannya kepada Aluna. sang empu segera memeluknya dan menampakkan wajah sumber bahagia dan kesayangannya.