Sebuah surat kabar lama terbitan, Jumat, 26 November 2021. Dengan Headline berjudul:
"Pesan Taxi Online Seorang Gadis Cantik di Medan Malah Diculik, Diikat, di dalam Bagasi."
Tergeletak di bawah meja satpam, penjaga rumah mewah dikawasan Jakarta Selatan. Surat kabar itu hanya dijadikan alas laci meja, tidak pernah disentuh apa lagi dibacanya. Tertutup barang-barang diatasnya.
Rumah mewah bertingkat di dalam kawasan kompleks perumahan elite paling bergengsi di kawasan Jakarta Selatan, tinggal keluarga Hermanto. Seorang pengusaha sukses, terpandang, sangat dikenal masyarakat luas.
Di dalam garasi rumahnya bertengger empat buah mobil super car, hanya bisa dimiliki segolongan orang-orang tertentu saja.
Hermanto tinggal bersama istrinya, memiliki seorang putri kesayangan satu satunya bernama, Andin Nabila. Gadis cantik rupawan saat ini berumur, dua puluh tahun. Sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas terkemuka, Brimingham London, mengambil jurusan Management. Baru menginjak semester satu.
Beberapa hari ini telah pulang ke Jakarta, di masa liburan kuliahnya. Dirumahnya yang megah, dilengkapi sebuah kolam renang dan taman yang luas. Andin, tinggal bersama kedua orang tuanya, lima pembantu rumah tangga, dua sopir pribadi, serta empat orang satpam. Berjaga siang malam sepanjang waktu.
Minggu pagi ini tidak seperti biasanya berniat pergi kesebuah mall, tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pergi sendiri ingin menikmati kesendiriannya, sambil nantinya akan menikmati sarapan pagi disebuah restoran Jepang favoritnya. Entah, ada angin apa, jam sembilan pagi ini sudah bersiap-siap untuk pergi ke sana.
Tidak juga mengajak sahabatnya Cassandra, merupakan sahabat kental sejak duduk dibangku smp dulu. Lagian, kemaren, Cassandra mengabari akan berlibur ke villa keluarganya di puncak. Biasanya keduanya tidak pernah terpisahkan, selalu pergi bersama selama liburan di Jakarta.
Setelah berdandan rapi menggunakan atasan blus berwarna pink, dipadukan dengan celana warna putih sebatas tumit, bergegas turun ke bawah. Berpapasan dengan Mamanya, terlihat juga sudah berdandan rapi, kelihatannya akan pergi juga.
"Ma, Andin mau pergi sebentar ke mall, ada sesuatu yang mau dicari."
"Ini masih pagi, memang mall, sudah buka, jam segini?”
"Biasanya, jam sembilan lebih, sudah buka, Ma."
“Mau ngapain pagi-pagi ke sana, pergi dengan siapa? Janjian sama Cassandra, sahabatmu itu?”
“Nggak, Ma, Casandara hari ini pergi bersama keluarganya, bilangnya mau berlibur ke tempat villanya di puncak."
"Ya, sudah, suruh Anto mengantarmu, Apa kamu mau bawa mobil, sendiri?”
"Anto, baru saja pulang menjemput papa, di airport pagi tadi Ma. Kasihan dia cape. Biar Andin pergi sendiri saja, lagian tidak jauh juga, Ma.”
"Jadi kamu mau naik apa, ke sana?"
"Paling naik taksi, Mama mau pergi, juga?”
"Tumben, kamu mau naik taksi sendirian. Nanti Mama mau ada pertemuan dengan orang penting, telepon Mama kalau ada apa-apa, ya, sayang"
"Apaan, sih, Ma. Orang cuma mau ke mall saja. Mama pulang, jam berapa nanti?"
"Mungkin agak lama, nanti papa nyusul jemput Mama, berangkatnya sama ibu Dewi, teman Mama. Kamu, sudah sarapan?"
"Nanti saja sekalian di mall, Ma."
"Ya, sudah, hati-hati. Itu Anto, sedang nyuci mobil, kenapa tidak minta diantar saja, sekalian?"
"Nggak, selamanya putri konglomerat harus diantar jemput, sekali-kali pergi sendiri, nggak, apa kan, Ma? Nanti pulangnya saja minta di jemput sama Anto.”
"Jangan lama-lama perginya, ya. Ini, buat jajan nanti di mall."
Mamanya memberikan segepok uang ratusan, dimasukkan ke dalam tas Andin, anak kesayangan satu-satunya keluarga Hermanto.
"Mama, apaan sih, Andin sudah bawa kartu."
"Kamu, tuh, suka lupa nomer pinmu sendiri."
"Habis kebanyakan kartu. Dah, Mama, pergi duluan ya, Ma. Papa, masih tidur?"
"Jangan diganggu, papamu lagi istirahat."
Andin berlalu sambil mencium pipi Mamanya dengan manja. Saat ini akan pergi menuju mall, seorang diri, baru sekali ini pergi sendiri. Biasanya selalu diantar oleh Anto, sopirnya. Baru di kenal setelah dirinya pulang dari luar negeri.
Anto, memang belum lama menjadi sopir pribadi keluarga Hermanto. Baru mengenal Andin, setelah pulang liburan dari luar negeri.
Ketika akan keluar dari pintu utama rumahnya, berpapasan dengan Anto, sedang mencuci mobil Ferrari. Barusan digunakan untuk menjemput majikannya di bandara.
Anto, pemuda lajang, berumur dua puluh empat tahun. Belum lama ini menjadi sopir pribadi keluarga, bapak Hermanto. Sebelumnya, Anto berprofesi sebagai pengemudi ojek motor.
Ketika melihat Andin terlihat sudah berdandan rapi, menyapanya.