ANDIN NABILA

Eddy Tetuko
Chapter #2

Jebakan Maut


   Saat ini Arphan, Gudel dan Jarot, sedang berada diparkiran depan lobi mall termewah di Jakarta Selatan, sedang memperhatikan mangsa akan dijadikan sandera nantinya. Sengaja mereka bertiga mangkal di sini, karena mall ini terkenal pengunjungnya kebanyakan dari kalangan tingkat atas. 

Sudah hampir satu jam mereka berada di pelataran parkiran mall, belum banyak pengunjung yang datang. Lagian mall, juga barusan dibuka.

Setelah lama memperhatikan keluar masuk pengunjung di mall, Tiba-tiba Arphan melihat seorang gadis baru saja turun dari sebuah taksi. Gadis itu menarik perhatiannya.

"Mbul, lihat itu, cewek barusan turun dari taksi yang pakai gaun pink. Ok, banget, kan? Itu cewek, pasti anak orang kaya."

'Mbul,' nama panggilan Gudel, sering disebut Arphan begitu, karena Gudel memang memiliki perawakan agak tambun, alias gembul.

“Mana, bro?" Gudel Matanya jelalatan memandang ke depan. Jarot tidak mau ketinggalan, melotot sesuai yang ditunjuk oleh Arphan.

“Boleh juga itu, kelihatannya memang anak tajir, sendirian lagi. Sudah, itu aja Phan, kita go’head. Lo, aja yang samperin. Gue, sama Gudel, tungguin di mobil. Kasih tahu kalau cewek itu mau diajak naik mobil kita, nanti kita ngumpet di belakang jok," sergah Jarot sudah tidak sabaran lagi.

“Lo, berdua tungguin di sini, entar gue, kasih tahu kalau cewek itu mau ikut mobil kita," sahut Arphan.

Arphan, bertindak sebagai eksekutor memberikan arahan kepada kedua temannya, apa yang harus dilakukannya nanti. Setelah itu, Arphan keluar dari dalam mobil. Rencananya akan membuntuti seorang gadis diincarnya, baru saja turun dari taksi, hendak menuju ke dalam mall.

Siapakah gadis muda rupawan, terlihat tajir dari penampilannya, akan dijadikan sasaran ketiga pemuda berandalan itu?

“Ya,Tuhan!" Setelah diperhatikan dari dekat, ternyata wanita muda sedang berjalan memasuki mall itu, adalah, Andin Nabila! 

Tidak salah lagi! Gadis ini rupanya yang menjadi sasaran target Arphan. Sekarang, sudah diikuti dari belakang oleh Arphan. 

Sungguh malang gadis cantik, muda, tidak punya dosa apa-apa, akan menjadi sasaran dari rencana jahat ketiga anak muda itu. 

Andin putri satu satunya kesayangan keluarga Hermanto, keluarga terpandang terkaya di antara pengusaha lainnya, belum satu minggu berada di Jakarta disaat liburan kuliahnya, tidak menyadari saat ini sedang dalam bahaya!

Tidak ada seorang pun, yang tahu, gadis itu sedang diikuti oleh seorang pemuda. Bahkan security mall, tampak terlihat kekar, sangar, berjalan mondar mandir di setiap lantai mall, tidak mencurigai adanya seorang pemuda akan berniat jahat. 

Saat ini sedang berada dibelakang seorang gadis bergaun warna pink, celana putih sebatas tumit. Merupakan salah seorang pengunjung mall, sedang diincarnya!

Berjalan santai sambil menoleh kiri, kanan, tampak ceria. Sekarang terlihat memasuki sebuah konter pakaian wanita, sedang memilah-milah gaun di salah satu konter terbaik di mall, ini.

Sepertinya hanya melihat-lihat saja, tidak berniat untuk membelinya. Rencana sebenarnya hanya ingin membeli sebuah buku novel, buku bertemakan petualangan paling disukainya, sekalian makan pagi di sini.

Seorang pemuda berada tidak jauh dibelakangnya sedang memutar otak. Bagaimana caranya membujuk gadis bergaun pink itu, agar mau diantar pulang dengan mobilnya? 

Dengan sabar, mengamati gerak gerik gadis itu dari jarak, tidak kurang dari lima puluh langkah didepannya. Tanpa ada yang mencurigai. Termasuk oleh Andin sendiri!

Tidak mempunyai firasat apa-apa, malah saat ini iterlihat gembira sekali menikmati kesendiriannya. Setelah mendapatkan buku novel yang dicarinya, akan menikmati sarapan pagi di sebuah restoran Jepang, kegemarannya.

Sebenarnya tidak ada hal yang penting mendesak sekali, Andin harus pergi ke mall, sepagi ini. Kenapa tidak malam nanti saja pergi bersama Cassandra, sahabatnya, atau mengajak Anto menemaninya?

Andin sendiri tidak tahu alasannya kenapa harus sepagi ini mengunjungi mall, sepertinya hanya iseng-iseng saja. Sekali-kali ingin mencoba sarapan pagi sendirian, di restoran sering dikunjungi bersama dengan teman-teman, dan kedua orang tuanya.

Seharusnya dia di rumah saja menemani mamanya. Kalau sekedar untuk sarapan pagi, dirumahnya sudah tersedia berbagai jenis makanan dan cemilan, tinggal menyuruh pembantunya saja, mau dimasakin apa. Atau setidaknya, meminta Anto mengantarkannya, memang sudah menjadi tugasnya.

 Kali ini Andin membuat kekeliruan besar, pergi seorang diri tanpa ditemani oleh siapa pun, kecuali kucing garong yang sedang lapar, siap menerkam mangsanya di saat yang tepat. Terus membutinya dari belakang tanpa disadari!

Arphan sang eksekutor, sebenarnya berpenampilan tidak sangar-sangar amat, tidak seperti kedua temannya Jarot dan Gudel, memiliki bentuk wajah tidak jelas. Arphan agak sedikit lumayan, Tapi sebenarnya berwatak seperti,

"Pembunuh Berdarah Dingin!"

Orang melihatnya tidak akan berperasangka, wajah, dan penampilannya sedikit menolong. Sehingga security terlihat mondar mandir disetiap lantai mall, tidak menaruh curiga apa-apa, kalau ada seseorang sedang merencanakan aksi kejahatan kepada seorang gadis, saat ini sedang diincarnya. 

Masuk ke dalam sebuah konter buku, berjalan disetiap lorongnya mencari buku novel dicarinya. Ada beberapa pengunjung lainnya, sepertinya memiliki tujuan yang sama. Salah satunya seorang pemuda berlagak seperti anak kampus, seolah sedang mencari buku untuk keperluan disertasinya, terus berada dibelakangnya.

Berhasil mendapatkan buku novel dicarinya, sekarang sudah terlihat duduk di pojok restoran menikmati sajian makanan khas, Jepang, kesukaannya. Sambil menunggu pesanan datang menyempatkan membaca novel baru dibelinya tadi.

Belum banyak pengunjung yang datang di restoran ini, masih terasa lenggang, mungkin karena masih pagi. Namun suasana seperti ini disukai oleh Andin, tidak terlalu berisik oleh celotehan anak-anak remaja biasa datang bergerombol.

Lebih bisa menikmati makanan tersaji, tanpa terganggu siapa-siapa.

Tapi siapa nyana, suasana seperti ini juga ditunggu, diharapkan oleh Arphan untuk dapat melancarkan aksinya, dengan jurus maut dimilikinya. Rupanya sudah memiliki ide. Akan menyapanya dengan berpura-pura sebagai karyawan restoran.

Akal bulus direncanakan, tidak akan disadari oleh Andin, bakal terperangkap dalam rayuan tipu muslihat, dilancarkan sesaat lagi.

Dengan berpenampilan sangat pede, tanpa merasa ragu sedikit pun, bak, seorang aktor kesiangan mulai beraksi! 

Jurus jitu pertama dilancarkan oleh Arphan, berpura- pura sebagai pegawai karyawan restoran, mendekati meja Andin.sedang asyik menikmati suapan terakhir sarapan paginya, langsung menyapanya.

Lihat selengkapnya