ANDIN NABILA

Eddy Tetuko
Chapter #6

Terinspirasi Kisah "The Jackal"


Rombongan Anto sudah berada di terminal bus antar kota, bersebelahan dengan pusat perbelanjaan, di mana Andin disekap, disandera, di lantai bawah basement. Tapi tidak diketahui di pusat perbelanjaan mana, Andin, disekap? Banyak sekali pusat perbelanjaan bertebaran di seantero Ibu Kota. Siapa yang bisa memastikan keberadaan Andin, ada, dimana?

Memang pelaku masih amatiran, hanya bermodalkan kenekatan saja. Tapi, jangan salah sangka, orang-orang seperti ini bisa menjadi berbahaya, bila mana terdesak. Tidak perduli dengan siapa pun, siapa saja yang menghalanginya, akan dibabat habis!

Lihat saja perangai Jarot, dan Gudel, Sepertinya, sudah tidak takut lagi dengan Bosnya, Arphan! Meskipun Arphan memiliki senjata api, keduanya, tidak gentar sama sekali.

Walaupun komplotan begal ini terlihat akur-akur saja, pada kenyataanya mereka memiliki pandangan yang berbeda, satu sama lainnya.

Arphan, pada dasarnya hidup dalam keluarga cukup mapan, dan disegani di lingkungan sekitarnya. Karena orang tuanya menjabat Kepala Desa. Tapi, dasar anak tidak tahu diri, Arphan, memilih jalannya sendiri.

Latar belakang pendidikanya cukup lumayan, meskipun tidak tamat SMA. Dikarenakan ulahnya sendiri, pernah memukul guru kelasnya sendiri, berakibat dipecat dari sekolahnya.

Keputusan menculik, dan menyadera, seorang gadis, bukan dari kalangan biasa-biasa saja, merupakan tindakan paling bodoh pernah dilakukannya.

Seandainyanantinya mendapatkan apa yang diinginkannya, tidak akan terlepas dari buruan aparat keamanan. Akan dikejarnya sampai ke lobang tikus, sekalipun!

Lain halnya dengan Jarot, dan Gudel, terbiasa hidup dilingkungan padat, dan kumuh. Kehidupan yang keras di Ibu kota, membentuk watak keduanya sebagai preman jalanan. Terjerumus dalam dunia kriminal, kecanduan minuman keras.

Perkenalan dengan Arphan, secara tidak sengaja, ketika Jarot dan Gudel memesan taksinya untuk menonton pertandingan sepak bola, klub favoritnya. Menjadikan mereka akrab satu, sama lainnya. Tapi lambat laun, perseteruan dengan Arphan, semakin menjadi-jadi!

Sudah cukup lama Anto, dan kawan-kawannya menyisir daerah ini, tidak juga menemukan apa-apa. Semua kendaraan terparkir di sini diperiksa satu persatu. Setiap bus, akan berangkat keluar kota, tidak lepas dari pengawasan Anto, dan rombongannya.

Beberapa sopir taksi mangkal di situ dimintakan untuk mengawasi kemungkinan adanya seorang gadis, terlihat dalam foto, dibawa oleh seseorang menggunakan mobil serupa.

Dikalangan para sopir taksi, memang sudah bertekad untuk membekuk pelaku, sekaligus menyelamatkan korban.

Sebentar lagi, Anto, dengan bekas anak buahnya komunitas pengemudi ojek, akan segera meninggalkan kawasan ini. Berencana akan menuju terminal, di kawasan Jakarta Timur, akan menyisir di sana.

Anto beranggapan, Andin, akan dibawa keluar kota oleh komplotan penculik itu. Melalui terminal bus antar kota.

“Ayo, kita cabut!” seru Anto kepada kawan kawannya.

Kurang lebih, lima belas, pengemudi ojek motor binaan Anto dahulu, mengiringi. Mereka bersiap akan meninggalkan kawasan ini.

Tanpa disengaja, iring-iringan mobil Kapten Jatmiko, melintas di kawasan ini. Melihat Anto, beserta kawan-kawannya juga berada di sini. Mereka pun, turun, menghampiri rombongan Anto, demikian juga Hermanto.

Anak buah Kapten Jatmiko, serentak turun, menyebar di kawasan terminal didatangi.

“Bagaimana, Anto, perkembangannya? Apa, yang kalian dapatkan, di sini?"

“Belum ada, Pak, kami sudah menyisir setiap kendaraan melintas di sini, tapi, keberadaan Andin, masih misterius. Kami, berencana menuju terminal satunya lagi, mencari tahu di sana,"

jawab Anto ketika ditanya.

Sempat berpandangan dengan juragannya, Hermanto. Namun, raut wajah majikannya menunjukkan wajah datar, mungkin masih kesal dengan Anto, ia pun tidak berkata sepatah kata pun, dengan Anto.

"Bapak, akan memeriksa daerah ini."

“Apa, ada indikasi, Andin, berada didekat sini, Pak?"

Rasa penasaran Anto memuncak, dia tahu reputasi Kapten Jatmiko. Mampu, mengendus buronannya sejauh, puluhan kilo meter! Begitu julukan dari kalangan, Intel kepolisian.

Anto, sering mendapat cerita dari orang-orang,  kalau Kapten Jatmiko itu, paling ditakuti, dan disegani para bromocorah, juga preman-preman jalanan.

Majikannya juga pernah menceritakan perihal Kapten Jatmiko, malah berpesan, kalau ada masalah di jalan, di tilang, atau, apa saja, hubungi beliau.

“Hidung, Bapak, mengendus bau tikus di sekitar sini!” Ucapan bercanda, tapi meyakinkan dari Kapten Jatmiko, khas seorang detektif kawakan layaknya. Seperti cerita novel seputar spionase, detektif, "Sherlock Holmes." Rekaan dari penulis terkenal, "Sir Arthur Conan Doyle."

“Team, pelacak "siber," (Team yang menangani masalah jaringan internet) mendapati frequenzy ponsel milik Andin, berkedip. Hilang, timbul, dikawasan ini, satu jam yang lalu!

Namun kemudian, mati total seketika! Sepertinya ponselnya sengaja dimatikan, mungkin juga mereka telah kabur dari sini. Menyisakan baunya saja!" ucap kapten Jatmiko.

Menggelikan, lucu sekali ungkapan Kapten Jatmiko, memiliki rasa humor yang tinggi, tapi cerdas. Majikannya ikut tersenyum dibuatnya, tetap saja rasa getir, cemas, jelas terbaca dari raut wajahnya.

 “Sebaiknya, Bapak, cabut juga dari sini, sama- sama kita menuju ke sana. Siapa tahu, buronan kita berada ada sana.”

Kapten Jatmiko, memberikan kode kepada anak buahnya untuk berkumpul kembali. Termasuk anak buah Anto. Sudah bersiap mau berangkat.

"Tunggu, Pak! .... Jangan pergi dulu!" sergah Anto, tiba tiba, padahal sejak tadi terlihat malamun, sepertinya sedang memikirkan sesuatu(?)

Lihat selengkapnya