ANDIN NABILA

Eddy Tetuko
Chapter #8

Anto Disandera


Tiga kali suara tembakan, dalam selang waktu beberapa detik, terdengar sampai di luar dan di dalam gedung, membangunkan macan sedang tidur! 

Gabungan aparat bersenjata lengkap, sedang mencari keberadaan Andin, sontak berhamburan, menuju arah suara tembakan. Diperkirakan datang dari lantai bawah gedung.

Pengunjung mall panik, berebut keluar, disangkanya ada perampokan di dalam mall. Security mall, berlarian kesana kemari, tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi, membantu mengevakuasi pengunjung keluar dari dalam gedung.

Rombongan Kapten Jatmiko, paling dekat mendengar suara tembakan itu, sudah berada di mulut pintu masuk basement. Bergegas mereka masuk ke dalam, dengan mengendap-ngendap.

Sebagian bertiarap dilantai, bersiaga! Dengan memanfaatkan tiang-tiang beton, untuk berlindung Terus bergerak merangsek masuk ke dalam, mencari sumber suara tembakan.

Hermanto, dan Anto mengikuti dari belakang, bersembunyi di balik tiang beton. Tidak sulit menemukan arah datangnya suara tembakan,

Mendapati sesuatu yang mencurigakan. Sebuah mobil taksi, terparkir di ujung lorong lantai dasar, Terlihat pula dua sosok manusia terkapar di lantai. Satunya mengerang kesakitan, satunya lagi, tidak bergerak sama sekali. Persis di samping mobil yang dicurigai.

Seorang wanita berada di dalam mobil duduk di depan kemudi, bersama seorang laki-laki dibelakangnya.

Kapten Jatmiko mengenal siapa wanita di dalam mobil itu. Ternyata yang dicari-cari, Andin Nabila, putri Hermanto. Menghilang sejak pagi tadi, baru ditemukan sekarang.

Dugaan Anto tidak salah. Andin memang berada di sini! Disekap di lantai bawah tanah, perparkiran mobil. Entah, sudah berapa lama disembunyikan di sini.

Buronan sudah didapatkan, Andin sudah diketahui keberadaannya. Sekarang tinggal bagaimana membebaskan Andin, saat ini tengah berada dalam cengkeraman pelaku penculikan.

Kapten Jatmiko, mulai mengatur anak buahnya, memerintahkan mengambil pengeras suara, serta radio komunikasi , akan digunakan untuk melakukan perundingan dengan pelaku penyanderaan. 

Memperkirakan perundingan nantinya bakal berlangsung lama, alot, dan menegangkan. Bisa sampai jadi sampai larut malam.

Dengan menggunakan pengeras suara sudah ditangannya, mulai mengatur posisi anak buahnya. Segala sesuatunya harus diperhitungkan dengan matang, karena ini menyangkut keselamatan jiwa Andin.

Beberapa mobil ambulans beserta team medis telah didatangkan.

“Tahan! Jangan melakukan tindakan apa-apa, Tunggu perintah!” 

Sambil bersandar di salah satu tiang beton, tangan kirinyanya menggengam sepucuk pistol. Buronan dicari di depannya ternyata memiliki senjata api, tidak boleh gegabah menanganinya.

Andin dalam genggaman penculik, nyawanya bisa menjadi taruhan.

Sudah ada dua korban tergeletak dilantai, sepertinya, keduanya ditembak dari jarak dekat. Siapa yang melakukannya? 

Kemungkinan dilakukan oleh seseorang saat ini sedang berada di dalam mobil bersama Andin, sedang mengarahkan ujung laras pistolnya ketengkuk Andin.

Arphan, di dalam mobil, melihat dengan jelas puluhan aparat bersenjata lengkap, berada persis di depannya. Sebagian menyebar pada tiang-tiang beton di kiri, kanan bangunan, dengan beberapa senjata laras panjang mengarah kepadanya. 

Melihat gelagat tidak baik, merasa dirinya terancam, sewaktu-waktu bisa ditembak oleh salah satu aparat, dengan menggunakan teropong menempel dibahu senapan laras panjangnya. Arphan memerintahkan Andin, pindah ke depan, memegang kemudi. 

Ikatan tali rafia dilepas, untuk sewaktu waktu dibutuhkan mengemudikan mobil, kabur keluar dari sini.

Tidak menyangka kejadiannya seperti ini, biasa dilihat di bioskop, filem aksi pembebasan sandera. Kali ini Andin mengalaminya, melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana puluhan aparat bersenjata lengkap mengepungnya. 

Bermaksud akan membebaskan dirinya, perasaannya bercampur aduk antara kemungkinan dirinya berhasil dibebaskan atau akan ditembak oleh Arphan. Ujung laras pistol terus menempel di tengkuk, masih terasa hangat dirasakan. 

Andin dijadikan tameng! Merasa lega dengan posisi ini, bisa melihat jelas situasi didepannya. Meskipun saat ini jiwanya berada di ujung tanduk, seandainya ada salah satu aparat, gegabah melakukan tindakan penyelamatan, tanpa memikirkan keselamatan dirinya.

Tidak membuang waktu lama Kapten Jatmiko langsung melakukan komunikasi dengan speaker kecil ditangannya. Tidak bisa menggunakan ponsel, sudah mencoba menghubungi Andin, tidak terjawab. 

“Siapapun, anda, saya Kapten Jatmiko, akan berneogasi. Sebelumnya saya ingatkan, jangan melakukan tindakan apa pun terhadap sandera. Para penembak jitu kami, telah bersiaga disetiap sudut akan menembak, apa bia saudara bertindak nekat."

Terdengar jelas, apa lagi di lantai bawah tanah, suara Kapten Jatmiko menggema seantero gedung. Kemudian melanjutkan lagi. 

“Petugas medis kami akan mengevakuasi korban. Kemudian, salah satu anggota kami tanpa bersenjata, akan membawakan sebuah pesawat radio, untuk kita dapat berunding, apa yang saudara inginkan. 

Kalau anda setuju, nyalakan lampu dim, dua kali, jika tidak setuju, nyalakan lampu dim, tiga kali." Diulang sekali lagi oleh Kapten Jatmiko.

Hening suasana lorong lantai bawah.

Hanya suara rintihan kesakitan dari Jarot, terdengar jelas, dirinya membutuhkan pertolongan segera sebelum kehabisan darah. 

Lihat selengkapnya