ANDIN NABILA

Eddy Tetuko
Chapter #9

Drama Di Lantai Basement


 Mengetahui kenyataan bahwasanya sekarang Anto ikut dijadikan sandera oleh pelaku, membuat Kapten Jamiko memutar otak, bagaimana caranya menyelamatkan keduanya, bukan hanya Andin saja yang akan terancam jiwanya, tapi sekarang Anto juga.

Tapi situasi ini bisa menguntungkan bisa tidak, Baiknya, Andin tidak sendirian, sekarang ada sopir pribadi menemaninya, setidaknya bisa mengurangi rasa ketegangan dirasakan selama berjam-jam di sandera oleh pelaku. Tapi ini menjadikan beban lebih berat dipundak Kapten Jatmiko, untuk dapat membebaskan keduanya.

Kapten Jatmiko, tahu reputasi Anto, walaupun hanya sekadar sopir pribadi keluarga Bapak Hermanto, dirinya di segani oleh kawan-kawannya dari kalangan tukang ojek motor. 

Terbukti saat ini, puluhan rekannya membantu tanpa pamrih, turut serta dalam pencarian Andin. Sepertinya Anto memilki sedikit ilmu bela diri, pernah menghalau beberapa preman jalanan, ketika mereka hendak merampas kaca spion mobil, milik majikannya. 

Kapten Jatmiko yakin, Anto dapat mengatasi pelaku, apalagi hanya seorang diri. Tapi yang dihadapi Anto sekarang berbeda.

Pelaku ini tidak bisa dianggap remeh, tidak segan membunuh orang dengan tangan dinginnya. Dua orang tergeletak bersimbah darah. salah satunya sedang mengerang kesakitan, sepertinya terkena tembakan di lututnya. Satunya lagi tidak bergerak sama sekali, terkena tembakan dua kali, di dadanya. 

Di samping kedua orang itu, tergeletak dua buah pisau, sepertinya telah terjadi perkelahian sengit dengan pelaku bersenjata api tersebut. Keduanya berhasil dilumpuhkan, tidak bisa dipandang sebelah mata. Anto harus berhati-hati jangan sampai gegabah. Salah-salah, nyawanya sendiri melayang sia-sia, demikian juga dengan Andinnya sendiri!

Siapa kedua orang korban telah dilumpuhkan pelaku, apakah dari pihak security, atau pengunjung, mall? Begitu mengetahui ada seorang gadis disandera. 

Rasanya tidak mungkin dua orang pengunjung mall, membawa sebilah pisau secara bersamaan, bukan juga dari security mall, kedua korban berpakaian preman, tidak mengenakan seragam seceruty.

Jangan-jangan? Kedua orang korban itu, merupakan komplotan penyandera juga. Kapten Jatmiko berasumsi. Sepertinya, iya! Yakin, kedua korban itu komplotan penculik juga. Bisa jadi telah terjadi keributan di antara ketiganya. 

Berkemungkinan masalah pembagian uang didapat, setelah menguras kartu debit milik Andin. Atau, Andin, sandera mereka sendiri, menjadi rebutan di antara ketiganya. Mungkin saja itu bisa terjadi.

Segera memerintahkan anak buahnya memindai wajah ketiga orang itu, dengan lensa kamera zoom, untuk dapat mengidentifikasi siapa mereka ini? Tidak sulit, wajah ketiganya terlihat jelas di kamera.

Wajah ketiga pelaku segera di kirim ke pusat, untuk dianalisis oleh team khusus identifikasi, mampu mengenali seseorang melalui foto wajah. 

Jangankan itu, gambar seseorang berupa guratan sketsa saja, mampu dilacak. Apalagi ini, wajah pelaku terlihat jelas, terang benderang!

Terbukti tidak membutuhkan waktu lama, Kapten Jatmiko, sudah dapat mengantongi identitas ketiga orang itu. Luar biasa!

Pihak kepolisian terus bergerak melakukan penyelidikan dengan mendatangi perusahaan taksi digunakan. Juga melakukan penggrebekan bengkel milik orang tua Gudel, digunakan untuk membongkar mobil. 

Mendatangi ke tiga rumah keluarga pelaku, memeriksa, dan menginterogasi orang tua masing-masing. 

Laporan dari, Laboratorium Forensik, menyebutkan, pelaku menggunakan pistol, G2 Combat kaliber 9 x 19 mm, berisi 15 peluru. Korban diketahui benama Gudel, positif meninggal dunia, dengan dua lobang peluru, bersarang di dadanya.

Satu lagi ter-identifikasi bernama Jarot, masih dalam perawatan tertembak dibagian lutunya. Dari hasil penelusuran mereka bertiga merupakan sahabat saling kenal satu sama lainnya. Mereka secara bersama-sama berencana menculik korban sejak dari, mall. 

Sepertinya dua orang bersembunyi di belakang jok, setelah menemukan lokasi bengkel, tempat di mana mereka memodifikasi mobil. 

Bengkel itu milik orang tuanya Gudel. Satu lagi, di kantong mereka masing masing ditemukan uang sejumlah, lima juta rupiah.”

Team ahli negosiator dipersiapkan, kemungkinan bakal alot perundingan masalah uang tebusan, akan membujuk dengan segala cara agar pelaku melepaskan kedua sanderanya. Penembak jitu bersiaga disetiap sudut babgunan.

Alternatif terakhir akan ditempuh, menembak pelaku tepat sasaran di saat lengah, tanpa membahayakan kedua sandera, terutama Andin. Di mana ujung laras senjata api milik pelaku, terus menempel ketat di tengkuk Andin, sewaktu-waktu bisa meledak setiap saat!

Hermanto sebagai orang tuanya diperintahkan mempersiapkan uang cash, tunai, saat ini juga! 

Dipastikan pelaku akan meminta tebusan hari ini juga. Uang tebusan nanti akan dimasukkan ke dalam kantong kardus, sejumlah seberapa diminta. Pastinya tidak akan sedikit jumlahnya diminta oleh pelaku nantinya. 

Segala rencana ini telah dipersiapkan dengan seksama. Target utama menyelamatkan Andin, dan Anto. Melumpuhkan pelaku sebelum hari, menjelang tengah malam.

"Hidup, atau, Mati!" Tekad Kapten Jatmiko!

Di luar gedung semakin banyak aparat kepolisian berjaga, kemungkinan pelaku akan meninggalkan area basement, dengan membawa kedua sandera. Telah dipersiapkan juga beberapa mobil pengawal, bertugas akan memepet terus, ke mana perginya nanti, Termasuk sebuah Helikopter dari kepolisian disiagakan!

Area sekitar gedung pusat perbelanjaan di blokir total! Masyarakat semakin ramai berdatangan ke lokasi penyanderaan.

 Komando operasi penyelamatan sandera masih dipegang oleh Kapten Jatmiko, Reputasinya akan dipertaruhkan di sini! 

Nagoisasi dimula, “Saudara Arphan, dengan Kapten Jatmiko, di sini, masih bisa mendengar suara, saya?”

Kapten Jatmiko, langsung menyebut nama pelaku, mengawali negoisasi melalu radio komunikasi di tangan. Dengan menyebut namanya bisa berdampak menciutkan nyali pelaku.

Tentu saja Arphan terhenyak, kaget, polisi telah mengetahui siapa dirinya sebenarnya, tegang, wajah Arphan, seketika. Menyadari, konsentrasinya terbagi antara memegang radio, dan senjata diarahkan ke tengkuk Andin.

 Memutuskan menyerahkan radionya ke Anto, memilih konsentrasi memegang senjata api dengan mengancam Andin, takut ditembak para sniper begitu lengah sedikit.

Lihat selengkapnya