ANDIN NABILA

Eddy Tetuko
Chapter #10

Andin Tidak Bisa Disalahkan


Sudah hampir tujuh jam, lamanya, Andin di sandera. Diawali ketika hendak pulang dari sebuah mall, menggunakan mobil atas ajakan seorang pemuda tidak dikenal.

Mengaku sebagai karyawan, mengatas namakan pemilik restoran yang didatangi oleh Andin. Ditugaskan untuk mengantarkan pulang, merupakan pelayanan tambahan dari pemilik restoran diberikan kepada pelanggan setia, tanpa ada biaya tambahan.

Berita awal mula penyanderaan dialami oleh Andin, telah beredar luas, dikalangan masyarakat, setelah Manager restoran, hdan pihak securiy mall, diwawancari langsung oleh media televisi dan surat kabar.

Membuat warga beragumen sendiri-sendiri. Sebagian ada yang menyalahkan Andin, sebagian lainnya, membela. Siapa juga yang mau terkena musibah? Apa lagi sampai diculik, dan disandera di dalam mobil, siapa pun, tidak ada yang menginginkanya.

Sebagian warga berpendapat, pelayanan tambahan dari pemilik restoran untuk pelanggan setia, berupa diantar gratis menggunakan mobil, baik itu mobil taksi, atau mobil pribadi, terasa janggal, dan tidak lumrah.

Sepertinya tidak ada restoran mana pun, melakukan hal itu. Umumnya memberikan diskon menu makanan, atau, lebih masuk akal memberikan promosi, "Buy One, Get One." artinya; 'Beli satu, dapat satu lagi.' Seperti itu yang biasanya banyak dilakukan oleh restoran-restoran terkemuka, untuk menarik pelanggannya. 

Kalau soal antar-mengantar gratis menggunakan kendaraan, biasanya sering dilakukan oleh pemilik hotel. Apa bila ada tamu yang menginap, akan menuju bandara. Itu pun, kalau lokasi hotel tidak terlalu jauh dari bandara setempat.

Tidak pernah ada dalam sejarah, pemilik restoran memberikan service tambahan berupa mengantar pelanggannya pulang, dengan mobil gratis. Memang tidak pernah ada!

Seandainya ada, mungkin teman dekat, atau karabat pemilik restoran itu sendiri, diantarnya pulang.

Kejadian dialami oleh Andin, itu hanya akal-akalan, pintar-pintarnya pelaku bersandiwara di depan korbanya.

Kok, bisa-bisanya, pelaku mempunyai gagasan seperti, itu? Modus seperti ini harus menjadi pembelajaran bagi semua orang, terutama bagi wanita. Banyak cara dilakukan oleh orang jahat, untuk memperdayai korbannya. 

Yang menjadi pertanyaan sebagian banyak orang.

"Mengapa seorang gadis muda, terpelajar, anak dari seorang konglomerat terkenal, kuliah di luar negeri, bisa terperdaya oleh akal bulus semacam, itu?"

Sulit dipercaya memang. Pihak kepolisian mencoba mengurai benang merah, menganalisa, dan mencermati kronologi kejadian dari awal, sampai Andin, memutuskan menghubungi pemuda tidak dikenal itu. 

Selain mewancari beberapa saksi, juga dengan melihat rekaman cctv terpasang di restoran, dan lobby depan, mall.

Pertama, Andin terkesan dengan cara penyampian Arphan, terlihat sopan, ketika menawarkan diri akan mengantarkannya pulang, tanpa ada paksaan sedikitpun. Hanya memberikan secarik kertas, tertera nomer mobil kendaraannya, berikut nomer ponsel dirinya, sempat mengatakan, hubungi saja bila tidak berkenan diantar. Tidak masalah.

Di sini jelas, bagaimana pintarnya pelaku memposikan dirinya sebagai sosok pemuda baik-baik. Tidak ada yang perlu dicurigai ajakan untuk.mengantar pulang kerumah. Lain halnya, bila memaksa dengan ancaman, baik secara fisik maupun verbal dengan kata-kata kasar.

Kedua, Pada saat kejadian itu, gesture, gerak tubuh, Manager restoran terkesan, dirinya memang yang memerintahkan pemuda itu, untuk mengantarnya pulang ke rumah, seolah-olah tahu, Andin datang kerestorannya tidak membawa mobil sendiri, atau, diantar oleh sopirnya. 

Padahal, Manager itu tidak tahu menahu, apakah Andin membawa mobil sendiri, atau tidak. Tapi gesture, gerak tubuh, disertai senyum, Manager restoran sambil mengangguk itu, meyakinkan Andin.

Padahal, itu memang biasa dilakukannya kepada setiap pelanggan yang datang.

Di sini mungkin kesilapan Andin, salah mengartikan bahasa, gerak tubuh, Manager restoran, Momennya, kebetuan, pas, bersamaan dengan pelaku menawarkan diri. Sepertinya, siapapun, mendengar dan melihat kejadian pada saat itu, tidak bisa menyalahkan Andin.

Ketiga, kejadian di depan lobby utama, ketika Andin memutuskan menghubungi pemuda itu, Andin berpikir, setidaknya mobil yang di kendarai sekelas, sedan Alphard, yang akan menjemputnya. Sehingga tidak ragu menghubungi pemuda akan mengantarnya pulang, Tapi, ternyata Arphan, mengendarai sebuah taksi.

Pada saat itu, sudah ada kecurigaan pada diri Andin, kenapa taksi yang datang menjemputnya? Padahal, tidak pernah merasa memesannya. 

Coba kita perhatikan, adegan terekam pada cctv terpasang di depan lobby mall. Andin, terlihat ragu-ragu untuk naik ke dalam mobil taksi, dikemudikan oleh Arphan, pemuda barusan dihubunginya.

Namun pelaku kelewat cerdik, sengaja berlama-lama berhenti di depan lobby. Tidak memperdulikan banyak mobil lain antri di belakangnya. Agar dirinya ditegur oleh security mall, untuk segera pergi. Dia bisa beralasan menunggu penumpang diincarnya masuk ke dalam mobilnya. Karena sudah melihat Andin berdiri terlihat ragu.

Pada saat itu Andin merasa jengah, banyak pengunjung mall, lainnya sedang menunggu jemputan mememperhatikannya, sepertinya mereka kesal, kenapa Andin, tidak segera masuk ke dalam taksi sudah dipesannya, sedari tadi menunggu lama di depannya.

Membuat Andin memutuskan segera masuk ke dalam mobil, apa lagi security mall, juga sudah menegurnya.

Setelah masuk ke dalam, Andin, sempat bertanya dalam hati, kenapa taksi yang datang menjemput? Bukan mobil sedan pribadi, seperti yang disangkakan Andin semula. 

Sudah terlanjur masuk ke dalam mobil, tidak mungkin keluar lagi, malu dilihat banyak orang. Lagian, dalam pikiranya rumahnya tidak jauh, sebentar lagi juga sampai. Namun pada kenyataanya tidak pernah sampai kerumah.

Lihat selengkapnya