ANDIN NABILA

Eddy Tetuko
Chapter #13

Menjelang Kebebasan Andin


Kapten Jatmiko bertekad akan mengakhiri penyanderaan malam ini juga. Tidak akan membiarkan pelaku kabur lagi, semua jalan ditutup dengan brigade kawat berduri. 

Diam-diam memerintahkan beberapa penembak jitu untuk menyelinap di belakang mobil. Terlihat empat anggota sniper merayap di belakang mobil di antara dua trotoar di kiri, kanan jalan. Menyamarkan diri serupa dengan rumput, dan tanaman menghias kedua trotoar.

"Lumpuhkan ke empat roda pelaku, sekarang juga! 

Perintah tegas dari Kapten Jatmiko diberikan kepada salah seorang anggota snipernya. Dengan tujuan, mobil pelaku tidak akan bisa lagi beranjak dari tempat ini.

Salah seorang anggota sniper dengan senjata peredam di tangan, melepaskan tembakkan empat kali beruntun mengarah tepat pada ke empat roda mobil pelaku seketika itu juga! 

Akibatnya ke empat ban roda depan, belakang, hancur berkeping. Rata dengan aspal!

Melalui pengeras suara Kapten Jatmiko memberikan ultimatum.

“Saudara Arphan! Lepaskan kedua sandera sekarang juga, letakkan pistol, menyerah tanpa syarat. Kami tidak akan melakukan kekerasan akan memperlakukan saudara baik-baik, asalkan bersedia menyerahkan diri dengan suka rela." 

Menunggu reaksi pelaku, lama ditunggu tidak juga menyerah. Hilang kesabaran Kapten Jatmiko.

"Tidak ada jalan keluar lagi semua jalan telah kami blokir. Kita akhiri semua ini tanpa ada lagi yang cidera satu pun. Sekali lagi saya perintahkan letakan senjata! Keluar dari dalam mobil, angkat kedua tangan ke atas!”

Percuma saja perintah dari Kapten Jatmiko untuk menyerahkan diri, dianggap angin lalu saja oleh pelaku penyanderaan. Meskipun tahu tidak akan bisa lagi meninggalkan tempat ini, karena keempat roda mobilnya sekarang sudah rata dengan aspal. Baru saja ditembak oleh aparat.

Bagaimana ini, Bang, kita tidak bisa bergerak lagi, semua ban, depan, belakang pecah semua." 

Semakin marah pelaku dibuatnya. "Diem, lo! Kalau perlu, lo, dorong sendiri mobil ini."

Tidak berani lagi Anto berkomentar, salah-salah ngomong bisa tambah runyam jadinya. Pelaku sudah marah sekali.

Anto dan Andin, semakin cemas dengan kejadian ini. Bakal terjadi yang lebih mengerikan lagi, seandainya pelaku dan aparat mengepungnya, sama-sama kehilangan kendali. 

Sekali lagi Kapten Jatmiko memberi ultimatum agar pelaku menyerahkan diri baik-baik, dengan membebaskan kedua sanderanya.

Arphan sepertinya tidak akan mau menyerah begitu saja, tumpukkan uang ratusan juta sudah berada dalam genggamannya menjadi alasan untuk tetap bertahan. Harus bisa kabur dari tempat ini dengan segala cara. Meskipun harus menembak mati ke dua sanderanya!

Suasana menjadi tegang, hari sudah menjelang malam, pelataran sekitar kompleks semakin ramai. Semua sudah tidak sabar, berharap drama penyanderaan ini cepat berakhir.

Kesibukan semakin bertambah, ketika beberapa anggota mulai menempatkan beberapa lampu sorot di tempat yang strategis. Sadar mobil tidak akan bisa lagi bergerak kemana-mana, teringat sesuatu.

Arphan membuka laci mobil terletak di tengah-tengah antara Andin, dan Anto. Mengambil tabung kecil didalamnya .... Ternyata sebuah tabung cat pilox berwarna hitam.

Kenapa barang itu berada dalam laci mobil? Apakah benda ini sudah dipersiapkan sejak semula, atau memang kebetulan sudah ada di laci mobil? Atau mungkin, cat pilox itu milik Gudel tertinggal di laci ketika selesai membongkar mobil. 

Arphan tidak perduli mau dari mana datangnya itu barang, yang jelas dia punya gagasan baru dengan tabung kecil ditemukan tanpa sengaja dalam laci mobil. Cat Pilox Hitam!

“Semprotkan cat hitam ini ke semua kaca jendela mobil sampai ke belakang. Cepat!” 

Rupanya ini maksudnya, membuat Anto bingung. “Maksudnya bagaimana, Bang?”

“Goblok amat sih, lo, semprot saja kaya gini!"

Benar-benar kurang ajar Arphan ini, memberi contoh dengan menyemprotkan cat hitam itu ke wajah Anto sendiri. Tentu saja Anto kaget, cepat mengelak agar tidak mengenai ke dua matanya. 

Tak pelak wajah Anto sekarang seperti badut. Hitam legam sebagian, berusaha menghapus dengan lengan bajunya.

Membuat Andin ikut marah. "Apa-apaan ini, apa maksud, Abang?" Andin tidak terima dengan kelakuan Arphan.

"Cepat ambil! Semprot pakai pilox ini. Semua kaca depan, samping, belakang juga." Sambil mengokang pistolnya.

Anto tidak lagi bertanya, langsung mengambil tabung cat pilox tanpa melihat ke belakang. Mulai menyemprot, 

Seketika itu juga, kaca depan menjadi hitam legam, bau cat menyengat seluruh ruangan dalam mobil. Andin menutup hidung dan mulut, tidak tahan baunya. 

Andin masih penasaran bertanya baik-baik. “Kenapa kacanya di cat, Bang?” 

Lihat selengkapnya