ANDIN NABILA

Eddy Tetuko
Chapter #14

Anto Dikorbankan


Bukan sedikit uang yang akan dihitung. Demi meredam kemarahan Arphan, sekali lagi Andin mengikuti perintahnya. Anto, tidak jadi meraih radio.

Mulai menghitung jumlah uang ada didalam kardus. Cukup memakan waktu lama.

****

Beberapa lama kemudian, terjadi sesuatu di luar dugaan semua orang.

Tiba-tiba saja pintu mobil sebelah kanan terbuka, belum benar-benar terbuka sekali. Tapi terlihat jelas akan dibuka sepenuhnya dari dalam!

Serentak puluhan pucuk senjata mengarah ke pintu. Kapten Jatmiko, dan semua yang melihat adegan ini, dibuat berhenti napas sejenak. Apakah pelaku akan menyerahkan diri(?)

Perlahan, celah pintu mulai terbuka lebar, sedikit demi sedikit. Mulai terlihat kaki seseorang menggunakan sepatu catch putih, menjulur keluar. Semua mata mengarah ke lantai aspal.

Perlahan terlihat ragu, sampai ujung tumit sepatu menyentuh aspal. Diikuti sebelah kaki yang satunya lagi, menjulur keluar perlahan, Senada sewarna kedua sepatunya.

Berikutnya, seseorang mulai keluar dari celah pintu terbuka setengahnya. Semua pasukan bersiaga! diiringi bunyi puluhan senjata dikokang bersamaan. Siap menyalak!

Bersamaan itu pula, seseorang dari dalam menutup kembali pintu mobil rapat -rapat, di kunci. Ketegangan sampai pada puncaknya.

Tinggal seseorang berdiri tegang, di samping pintu mobil sudah tertutup kembali. Seolah tidak yakin pada dirinyai sendiri, menoleh ke kiri, kanan. Semua lampu sorot mengarah kepadanya.

Berdiri sempoyongan, sampai akhirnya memberanikan diri berjalan melangkah ke depan menuju pintu gerbang!

Ternyata, seseorang barusan keluar dari dalam mobil, sedang melangkah gontai, terlihat bimbang, ragu, adalah sosok perempuan. Dia adalah Andin .... Andin Nabila!

Dalam sekejap, puluhan petugas bersenjata menyerbu ke depan menyongsong Andin, membentuk formasi tameng, berjalan mengendap sambil merunduk, memayungi Andin, dari kemungkinan ada seseorang akan menembak dari dalam mobil.

Di bawa semakin menjauh dari mobil menuju pintu gerbang. Datang menyongsong mobil ambulans, di ikuti beberapa petugas tenaga medis. Segera menyambut Andin di pintu pagar, membopongnya masuk ke dalam, terlihat pingsan seketika itu juga, Shok! 

Dibawa ke rumah, berjarak satu block dari pintu gerbang, dikawal empat anggota bersenjata mengiringinya.

Sorak sorai, tepuk tangan, bergemuruh saat itu juga dari masyarakat melihat langsung kejadian itu. Sempat diliputi ketegangan, menguras emosi siapa pun, melihatnya. Menyambut dengan suka cita, Kebebasan Andin!

Andin, langsung di bawa masuk ke dalam rumah, di tempatkan di atas tandu dengan masker oksigen melekat dimulutnya. Kemudian ditangani oleh seorang dokter, di dampingi beberapa asisten, sebelum di baringkan di tempat tidur nyaman, empuk, kamarnya sendiri.

Ibunda Andin juga Hermanto, menyambut gembira kebebasan anak kesayangan satu satunya. Berharap tidak terjadi apa-apa dengan putrinya. Menunggu dengan cemas di depan pintu kamar tempat Andin berbaring, sedang ditangani oleh dokter. Tidak sabar ingin segera memeluk anaknya.

Kegembiraan masyarakat menyambut kebebasan Andin belum sepenuhnya dirasakan. Demikian juga Kapten Jatmiko, dan anak buahnya.

Tugas belum selesai!

Anto masih di sandera! Saat ini tinggal berdua dengan pelaku di dalam mobil tertutup rapat, gelap.

Mesin mobil mati seketika. Bensin habis!

Kapten Jatmiko merasa lega, pelaku telah membebaskan Andin dengan suka rela, tanpa kekerasan. Namun timbul tanda tanya besar, kenapa pelaku melakukan ini, skenario apa lagi akan dibuatnya.

Apa pun itu motifnya, masih ada tugas penting lagi menanti. Membebaskan Anto, dari cengkraman pelaku!

Kapten Jatmiko merasa Anto telah berjasa rela, menjadi tumbal untuk kebebasan Andin. Bagaimanapun, Anto harus secepatnya di bebaskan. Nyawanya dalam bahaya!

Lalu bagaimana ceritanya pelaku Arphan, akhirnya melepaskan Andin dengan suka rela. Rupanya pelaku masih memiliki jiwa ksatria, setelah mendapatkan uang tebusan sebanyak, 'Satu Milyar.'

Tujuan semula memang berencana akan membebaskan Andin, mengantarkan pulang, sesuai janji awal, ketika pertama kali bertemu Andin di restoran. Karena itu, pelaku memilih mengarahkan mobilnya menuju kediaman rumah orang tuanya.

Rencana berikutnya akan menyandera kedua orang tuanya sebagai pengganti Andin, juga Anto. Namun rencana itu gagal total, setelah pintu masuk gerbang ditutup, dijaga puluhan aparat.

Belum lagi ke empat ban mobil, dilumpuhkan petugas, agar mobil tidak dapat bergerak kemana-mana lagi. Tidak ada pilihan lain lagi, selain membebaskan Andin. Anto, sebagai penggantinya.

Sebelum membebaskan Andin, Arphan, memerintahkan menghitung uang berada di dalam kardus, Andin tidak menolak. Mulai menghitung setiap tumpukkan uang lembaran seratus ribu, dengan nominal Rp 10.000.000,- Sepuluh Juta Rupiah.

Tertera dalam pita kertas membalut di tengah setiap tumpukkan uang, Terdapat juga nama stempel sebuah bank, mengindenfikasikan di bank mana uang itu di ambil.

Lihat selengkapnya