ANDIN NABILA

Eddy Tetuko
Chapter #18

Siska Handayani


Diantara Andin dan Cassandra, ke dua-duanya sama cantiknya, Cassandra memiliki paras cantik khas, gadis Manado, sedang Andin, mewakili putri dari Jawa Tengah, Semarang. Dari mana pun keduanya berasal, mereka cocok satu sama lainnya.

"Sore nanti mau temani Andin, besuk mas Anto. Kamu ada acara, nggak?"

"Boleh, Sandra nggak ada acara kok ... jam berapa nanti? Jemput Sandra kerumah, ya."

"Sebelum jam lima sore, Andin jemput kerumahmu."

"Sandra bawain apa, ya, buat mas Anto nanti, suka puding nggak, mas Antonya? Puding buatan mama Sandra sendiri."

"Aku aja suka puding buatan mamamu, apa lagi mas Anto, pasti suka sekali. Lagian, kan, mas Anto, belum boleh makan yang berat-berat."

"Cocok kalau begitu, nanti aku bawain lebih buatmu."

"Ya, sudah aku pulang dulu, ya, itu pak Dirman, sudah menjemput, mau, barengan?"

"Duluan saja, Sandra bawa mobil sendiri, kok. Sandra tunggu, ya, sore nanti."

Menjelang senja keduanya sudah berada di rumah sakit, kebetulan ada Mamanya Anto menemani.

"Selamat sore, Bu," Andin menyapa

"Wah, ada Nak Andin. Dengan siapa, ini?"

"Kenalkan, Bu, ini Cassandra, teman baik Andin."

Cassandra menyalami Mamanya Anto. "Ya, ampun, dua-duanya cantik sekali, Ya, sudah, Ibu mau ke bawah dulu. Itu Anto sepertinya sudah menunggu Nak Andin datang, masuk saja."

Mamanya Anto meninggalkan keduanya.

"Hi, Mas Anto, apa kabar? Maaf, sudah lama Sandra nggak, besuk Mas. Ini Sandra bawain puding buatan mama Sandra sendiri, enak lho. Mas."

"Kabar baik, jadi ngerepotin Neng Sandra saja," ujar Anto

"Bagaimana Mas, sudah ada perubahan?" Andin menimpali.

"Sejak jahitannya dilepas sudah mulai mendingan, rasa nyerinya sudah mulai berkurang. Bilang dokter, kurang dari seminggu lagi, Anto sudah boleh pulang."

"Syukurlah kalau begitu, sudah tahu, kan. Nanti, Mas, sudah tidak bawa mobil lagi, Papa akan menempatkan Mas, sebagai kepala gudang di salah satu perusahaan milik papa."

"Kemaren salah satu staff dari bapak sudah memberitahu Anto, tapi nanti Anto akan di training dulu."

"Selamat ya, Mas. Mas Anto, memang pantas mendapatkannya, nanti pas gajian kita bakalan di traktir, nih," ucap Cassandra.

"Belum apa-apa sudah kena todong sama Sandra. Cobain, Mas, puding bawaan dari Sandra, sini, Andin suapin."

"Eheem, ... Sandra mau juga dong disuapin." menggoda Andin.

"Apaan, sih, kamu ini"

Anto yang jadi salah tingkah.atas kelakuan keduanya.

"Tidak apa-apa, biar Anto sendiri. Malu Anto sama Neng Sandra."

Tetap saja Andin memaksa menyuapi Anto.

"Sudah, Mas, berbaring saja, jangan dengerin omongannya Sandra."

Ketiganya berbincang akrab sampai waktu besuk berakhir.

Dalam perjalanan pulang, Cassandra mengutarakan sesuatu.

"Din, kamu nggak lihat tadi, sepertinya ada seseorang yang memperhatikan kita?"

"Kamu ini ada ada saja, San, ngapain juga orang perhatiin kita."

"Kamu, sih, keasyikan nyuapin, Mas Anto. Tadi Sandra perhatiin kaya ada cewek, liatin kita terus dari jauh.

"Mungkin karabatnya, Mas Anto, kali. Andin sih, nggak kenal orangnya, pernah lihat sepintas saja, sepertinya orangnya pemalu. Andin juga nggak pernah nanyain siapa karabatnya itu. Mas Anto juga nggak pernah cerita apa-apa."

Sandra tidak salah, memang sedari tadi seorang gadis muda terus memperhatikannya dari jauh, tanpa diketahui oleh Andin, juga oleh Antonya sendiri.

Tidak tahan dengan apa yang dilihatnya, diam-diam gadis itu berlalu dengan berlinang air mata.

Gadis muda itu bernama, Siska Handayani.

Adalah Siska Handayani usia, 19 tahun. Gadis desa lugu bersekolah di pesantren, tinggal di kampung sebuah desa yang asiri terletak diperbukitan.

Sepanjang mata memandang, terbentang lahan perkebunan luas dengan rapi, berbagai jenis tanaman sayuran dan buah-buahan ada di sana. Iklim yang sejuk, dingin, membuat suasana desa itu semakin nyaman untuk ditinggali.

Siska tinggal bersama kedua orang tuanya, merupakan anak tertua dari tiga bersaudara. Dua adiknya, laki dan perempuan, paling bungsu perempuan Shinta, 9 tahun, duduk dibangku sekolah dasar kelas empat. Sedang kakaknya Rama, 14 tahun, bersekolah di pesantren juga.

Siska tinggal satu kampung dengan Anto, keduanya sudah saling mengenal lama. Di gadang-gadang Siska bakal menjadi calon istrinya Anto.

Kedekatan Andin dengan Anto sejak peristiwa dialaminya, mengganggu keharmonisan Siska dengan Anto, sudah dibina sejak lama.

Siska mulai gelisah sudah merasakan bahwasanya Andin, sepertinya menaruh hati kepada Anto.

Tidak hanya tahu saja, tapi pernah melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana Andin memperlakukan Anto sedemikian rupa. Andin tidak segan menyuapi Anto di depan kedua orang tuanya.

Lihat selengkapnya