Andini

Andika Paembonan
Chapter #5

Awal yang Baru

Beberapa bulan setelah Andini meninggalkan dunia jurnalistik, perubahan mulai terasa, meskipun hidupnya kini lebih teratur. Tiap pagi, ia terbangun dengan perasaan yang campur aduk—sebagian dirinya menikmati kestabilan baru, tetapi ada bagian yang merindukan ketegangan dan adrenalin dari dunia jurnalistik yang penuh kejutan.

 

Sekolah tempat Andini bekerja dikelilingi oleh pagar tinggi dan pepohonan rindang yang melambai lembut saat angin pagi bertiup. Langkah kakinya yang ringan menuju kantor baru itu seolah membawa dirinya ke dunia yang lebih tenang, jauh dari hiruk-pikuk pemberitaan yang pernah membelenggu pikirannya. Anak-anak berlarian di halaman sekolah, tawa mereka memenuhi udara, menghadirkan kehidupan baru di mata Andini. Suasana itu memberikan semacam ketenangan yang sebelumnya asing baginya, namun semakin ia rasakan, semakin ia merasa nyaman.

 

Namun, ada perasaan kosong yang diam-diam mengintai di balik ketenangan itu. Setiap kali Andini berjalan di koridor sekolah, melihat para guru dan siswa sibuk dengan kegiatan mereka, ia terkadang merenungkan hidupnya yang dulu. Suara murid-murid mengerjakan tugas tak lagi menggantikan gemuruh bisik-bisik di ruang redaksi, dan di balik setiap percakapan kecil tentang rencana pelajaran atau kegiatan sekolah, ada nostalgia yang perlahan-lahan merayap di pikirannya.

 

Suatu sore, setelah selesai bekerja, Andini memutuskan untuk mengunjungi pantai yang tak jauh dari sekolah. Pantai Losari selalu menjadi tempat favoritnya saat ia butuh waktu untuk merenung. Angin laut yang sejuk dan deburan ombak yang lembut memberinya ruang untuk berpikir, mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah benar-benar hilang dari pikirannya.

 

Sambil menatap cakrawala, Andini bertanya-tanya apakah keputusan untuk meninggalkan dunia jurnalistik adalah keputusan yang benar. Mungkin kehidupan yang lebih tenang memang baik untuknya sekarang, tetapi ada sesuatu yang masih menggantung di dalam hatinya. Sebuah kehampaan yang tak bisa diisi hanya dengan rutinitas baru ini.

 

Ponselnya bergetar di dalam saku, membuyarkan lamunannya. Sebuah pesan dari Andri muncul di layar.

 

“Din, apa kabar? Lama nggak ngobrol. Kita perlu ketemuan, mungkin?”

 

Pesan itu sederhana, tetapi cukup untuk membuat hati Andini terasa lebih hangat. Andri memang tak pernah benar-benar jauh dari hidupnya, meski kini mereka tak lagi bekerja bersama. Hubungan mereka tetap terjalin, meski dengan ritme yang berbeda. Dalam beberapa bulan terakhir, Andri tetap menjadi teman setia yang selalu mengulurkan tangannya, meski Andini sering kali masih tenggelam dalam pikirannya sendiri.

 

Tanpa berpikir panjang, Andini membalas pesan itu, “Boleh, kapan? Aku juga udah lama pengen cerita”.

 

Keesokan harinya, mereka bertemu di kafe kecil yang biasa mereka datangi dulu. Tempat itu kini terasa berbeda bagi Andini, bukan lagi tempat pelarian di antara rapat redaksi, tetapi lebih sebagai ruang untuk mengenang. Ketika Andini melangkah masuk, ia melihat Andri duduk di meja pojok, seperti biasa, dengan senyum khasnya yang tenang. Ia terlihat lebih santai dari biasanya, mungkin karena sekarang mereka berdua menjalani kehidupan yang lebih stabil dibandingkan dengan masa-masa dulu di redaksi.

 

“Kamu kelihatan lebih bahagia, Din,” kata Andri, mengawali percakapan setelah mereka memesan minuman. Matanya menatap Andini seolah mencoba membaca lebih dalam.

 

Andini tersenyum kecil, “Aku nggak tahu. Mungkin lebih damai, tapi bukan berarti nggak ada yang hilang. Kadang aku merasa ada sesuatu yang kurang.”

 

Andri menyesap kopinya sebelum menjawab, “Itu wajar. Kamu udah terbiasa dengan hidup yang serba cepat dan intens. Sekarang, semuanya lebih lambat. Butuh waktu buat beradaptasi.”

 

Andini mengangguk pelan. Mereka mengobrol lama, membicarakan kehidupan masing-masing dan refleksi Andini tentang perubahan besar yang ia alami. Setiap kata yang keluar dari mulut Andri membuat Andini merasa lebih ringan, seolah beban yang ia pikul selama ini perlahan-lahan terangkat.

 

Lihat selengkapnya