Mei 2012
Hari ini pertengahan bulan Mei, musim harusnya sudah berganti menjadi musim kemarau, namun kekacauan iklim telah menyebabkan hari-hari ini masih diguyur hujan deras, hal ini tentu agak tidak disukai oleh kalangan mahasiswa Undip yang merencanakan rihlah ke Lereng Gunung Merapi-Merbabu ini, dikemas dengan nama Kemah Ukhuwah, mereka menyelenggarakan even semacam kemah bakti di masyarakat,niatnya sekaligus observasi lapangan pasca erupsi merapi. Namun ceritanya menjadi berubah, sejak mendarat di posko Selo tadi siang, hujan deras terus mengguyur, apalagi dipadukan dengan kondisi pegunungan yang dingin lengkap sudah penderitaan mereka, gagal total semua planning mereka dihari pertama. Sekitar 30an orang mengikuti Kemah Ukhuwah ini, ikhwan dan akhwat, even ini dikoordinasikan oleh salah satu elemen mahasiswa ekstra terbesar di Semarang. Mereka sementara ditampung di rumah pak lurah setempat, tepatnya di salah satu jalur pendakian Gunung Merbabu. Meyda bersama Yulisa termasuk dalam salah satu panitia even ini.
"Yul, dingin banget ya disini? Mana hujan terus dari tadi" gerutu Meyda sambil mengigil kedinginan.
" Namanya juga Gunung, yo mesti dingin kayak gini, kalau mau panas ya di Semarang sana!" timpal Yulisa dengan muka dingin.
"Yeee..maksudnya ? dasar ndak ngerasaian susahnya orang kalau nggak cocok ma cuaca esktrem kayak gini?" balas Meyda
" Emang Semarang nggak kalah ekstrem, panasnya bisa bikin kanker kulit kaliii" kata Yulisa nggak mau kalah.
" Ah! Ada-ada saja kau ini" balas Meyda, sambil memastikan persediaan obat pribadinya yang disimpan dalam Tas Ransel miliknya. Dia berpikir pasti ayahnya bakal marah dan nggak mengizinkan, kalau ikutan acara di Gunung kayak Gini, Meyda memang agak ngedrop kalau sudah bertemu dengan cuaca kelewat dingin kayak gini, dulu aja pas masih SMP saat liburan di Puncak Bogor, Dia sempat pingsan karena nggak kuat, namun kali ini dengan pertimbangan even terakhir yang diikutinya di Semarang sekaligus perpisahan dengan teman-teman dekatnya ia memaksa untuk berangkat juga. Setelah wisuda bulan lalu, Orang Tua Meyda memang meminta dia segera pulang ke Jakarta, praktis dia nggak bisa lama-lama lagi disemarang.
Bintang, ketua panitia dan penanggung jawab utama acara ini tampak memasuki ruangan utama rumah tempat sebagian peserta Transit.
"Kawan-kawan sepertinya kita tidak bisa menjalankan rencana kita untuk menuju ke lokasi Kemah Ukhuwah Sore ini, paling cepat jika hujan reda, habis Isya kita baru bisa berangkat kesana" katanya tegas memberitahu semua peserta.
"Memang berapa Jauh Mas, jarak menuju lokasi?" tanya salah seorang peserta.
"Sekitar setengah kilo dari sini, medan menuju kesana jalannya naik terus jadi perlu dipastikan benar-benar save, lagipula transport kesana juga baru bisa siap habis maghrib jika cuaca terus kayak gini, kita tadi nyewa pick up punya warga sini, mending kalian semua beristirahat dulu sambil menunggu hujan reda! Ok!" jawab Bintang.
"Siap pak Bos!" Yulisa tiba-tiba menyahut.
Bintang hanya tersenyum kecil, sambil melangkah keluar ia menekan nomer HP miliknya, Ia menghubungi Saiful yang sudah ada di lokasi kemah ukhuwah, ia meminta bantuan Saiful untuk menyiapkan beberapa hal disana.
"Assalamu'alaikum, gimana bro persiapan disana?" Bintang mengawali pembicaraan.
"Disini dah beres, tadi saya sudah komunikasi dengan Pak RT disini, sudah disiapkan tiga rumah untuk transit malam ini, dua untuk peserta dan satu untuk panitia, nanti panitia akhwat gabung aja ma peserta akhwat, besok pagi kalian baru bisa menuju lokasi tempat kalian mau mendirikan tenda dan Sosialisasi program ke warga" jawab Saiful diujung telepon
"Bagus-bagus, teman-teman disini juga sedang istirahat, habis Isya nanti baru bisa berangkat kesana, perjalanan paling lima belas menit, Mas Rudi dah disana kan?
"Udah, ni lagi ngopi ditempat Pak RT, Oh Ya, besok saya mesti ke puncak gunung Merbabu, jadi ndak bisa bantu-bantu lebih banyak, kalian dah siap kan? Karena sinyal agak susah disini, tadi sudah saya pinjamkan Handy Talki pada kawanku yang Dinas di Tim SAR Boyolali, gunakan aja untuk komunikasi panitia, satu saya bawa ke puncak, kalau ada apa-apa, tinggal kontak aja"
"Ok Bro, syukron bantuannya, afwan jika banyak merepotkan"
"Ndak papa kok, dah ya, saya mau ngopi ma ngobrol lagi ma pak RT,Assalamu'alaikum"
Setelah menutup telepon, Bintang lalu bergabung dengan panitia yang lain, mereka asyik mengobrolkan banyak hal tentang kondisi di lereng Merbabu ini.
*****************************************************
Malamnya rombongan itupun menuju lokasi kemah ukhuwah dengan naik tiga mobil pick up. Sambutan warga pun cukup ramah atas kedatangan mereka. Keesokan paginya mereka pun mendirikan tenda di lapangan SD didesa terebut, dan mulai mensosialisasikan beberapa program pada warga sekitar, sekaligus melakukan observasi pada kondisi masyarakat sekitar.
Setelah seharian disibukan dengan berbagai macam aktivitas sosial pada warga,Rudi yang merupakan ketua Organisasi Ekstra ini memimpin rapat evaluasi acara disalah satu ruangan SD. Disela-sela rapat tiba-tiba dia meminta Meyda untuk memberikan Testimoni selama aktif di Organisasi ini, karena Rudi tahu bahwa sebentar lagi Meyda akan balik ke Jakarta dan tidak akan aktif lagi di Semarang. Meyda terdiam beberapa waktu, sebelum akhirnya mulai berbicara, dengan agak terbata-bata dia berkata,
"Ehh..eeh Jujur saja saya berat rasanya harus berpisah dengan kalian semua sebentar lagi... mesti meninggalkan Yulisa yang cerewet, Tari yang suka membantu, Mas Rudi yang hobinya nyuruh-nyuruh aja..hee.hhe semua terasa berlalu begitu cepat, terlalu banyak aktivitas yang sudah kita lalui bersama, bergulat dengan idealisme kita sebagai mahasiswa, melihat realitas masyarakat, semuanya telah mengajarkan pada saya arti peduli dan berbagi....."
Meyda terdiam sejenak,
"Dalam even kali ini memang saya agak memaksakan diri untuk berangkat, walaupun jujur dari segi fisik, kondisi ekstrem semacam ini tidak cocok, namun saya anggap ini adalah momen yang baik untuk pamitan dan kontribusi terakhir saya disemarang, semoga setelah saya meninggalkan semarang, Organisasi ini bisa berkembang jauh lebih baik lagi dan bisa mendatangkan manfaat bagi banyak pihak..., Terakhir...." Kali ini sedikit butir air mata kelihatan menetes dari mata Meyda.
Melihat kondisi itu, Bintang spontan nyeletuk,"Whoii, tisu-tisu ada yang mau nangis, jangan sampai banjir disini!" , beberapa panitia ikhwan nampak tertawa kecil mendengar ocehan bintang
Yulisa secara responsif memeluk Meyda yang masih berdiri, berusaha menenangkannya, namun Meyda menahan dirinya untuk duduk, Meyda masih berat untuk berbicara, Ia berpikir ini bukan saat yang tepat untuk menyampaikannya, Hal yang memaksanya harus segera balik ke Jakarta, untuk menjalani perawatan, mereka tidak boleh tahu sekarang, pikir Meyda. setelah bertahun-tahun, kali ini adalah kulminasi dari penyakit yang dideritanya,sehingga ia mesti menjalani perawatan lebih Intensif, ia selalu menyembunyikan dari teman-temannya, hanya Ustadz Fahmi dan Istrinya yang tahu, kemarin sebelum wisuda orang tua Meyda memaksa Ustadz Fahmi agar meyakinkan Meyda untuk tidak berlama-lama lagi di Semarang dan Segera balik ke Jakarta atas pertimbangan penyakitnya, awalnya Meyda berpikir untuk menyampaikan semuanya disini untuk memohon Doa dari semua rekan-rekannya, namun Ia tak sanggup berbicara, batinya masih berkata, "mereka tidak usah tahu"
Melihat Kondisi Meyda yang terdiam sambil menahan air mata, Rudi langsung mengambil alih Forum,
"Okey kita cukupkan saja evaluasi kali ini, silahkan kembali beraktivitas, nanti malam akan ada pentas seni khas daerah sini dari warga, jangan lupa yang jadwal jaga, besok pagi kita akan lanjut dengan aktivitas tadabur alam ke ladang warga dan hutan yang ada di daerah sini , jadi siapkan diri baik-baik, Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh"
Setelah forum Usai, Yulisa menghampiri Meyda yang masih duduk terdiam, dikelilingi beberapa panitia akhwat yang lain,
"Kenapa Mey? Ada beban apa sih, kok sampai mau nangis kayak gini, padahal kan kalau kangen ma kita-kita nanti tinggal berkunjung aja lagi kesini? Ya nggak? "Yulisa mencoba menghibur.
"Iya mbak Mey cerita dong?" Tari yang dari tadi diam turut menimpali
"Enggak kok, ndak papa, nanti setelah selesai acara ini Mbak pasti cerita, kalian fokus aja nyiapin acara biar lancar, Okey! Ayo kita balik ke tenda aja, ngecek tugas peserta dah diselesaiin pa belum laporan surveinya?" Meyda berdiri sambil mencoba untuk tetap tersenyum pada teman-temanya, walupun senyum yang dipaksakan.
Hari berganti malam, suasana berganti menjadi khas kondisi pegunungan,dingin dan lembab.Malam harinya acara pentas seni warga berlangsung meriah, warga menampilkan atraksi kuda lumping dan berbagai macam kesenian yang lain. Semua peserta dan panitia tampak larut dalam suasana gembira bersama warga, namun hal itu tidak dirasakan Meyda, suasana dingin yang sangat akut menyebabkan staminanya makin Drop, walaupun sudah meminum obat pribadinya, ia masih merasa perlu beristrahat lebih awal. Jam 10 malam acara pentas seni usai, warga langsung balik kerumah masing-masing, peserta kemah ukhuwah juga sudah beristirahat, beberapa panitia ikhwan nampak berjaga secara bergantian.
"Kang sepertinya bakalan hujan malam ini ?" kata bintang memanggil akrap Rudi,"Lihat langitnya, angin sini juga semakin kencang dan dingin menusuk tulang"
"Bisa jadi Tang, sampaikan aja pada yang lain untuk siap-siap, kalau cuaca makin buruk kita pindah saja ke gedung sekolah atau tempat kemarin transit, bisa diurus tho?
"Santai aja, saya dah ngomong kemarin ma pak RT, malah beliau yang nawarin untuk tetap tinggal dirumah warga,katanya kalau malam-malam butuh bantuan jangan sungkan untuk ngomong"
"Kita lihat aja perkembanganya, kasih tahu yang jaga sana buat nyiapin ruangan" kata Rudi Kemudian.
Bintang lalu bergegas menghampiri panitia yang berjaga, namun dia nampak ngomel-ngomel tak lama kemudian, melihatnya Rudi lantas bertanya,
"Ada apa Tang?"
"Payah mereka, tadi sore kunci ruangan dah dibalikin ke penjaga sekolah,katanya pas pentas seni biar aman, takut ada fasilitas ruangan rusak dan kita yang tertuduh nanti"
"Ya Udah ngontak pak RT aja sekarang, biar aku yang ngontrol disini HT kamu bawa aja satu."Rudi memberi perintah.
"Siap pak Bos"
Bintang lalu menuju rumah Pak RT yang berjarak kurang lebih 100 meter dari tempat pendirian Tenda. Sesuai yang diprediksi, Hujan deras melanda 15 menit kemudian, semua panitia kelimpungan membangunkan peserta untuk pindah tempat, sementara ke emperan sekolah dulu, tas-tas milik peserta dipindahkan, sedangkan tendanya dibiarkan tetap berdiri. Angin juga semakin kencang bertiup,listrik mati tak lama kemudian, menambah pas kombinasi malam yang mencekam.
Rudi dan beberapa panitia ikhwan yang lain mengontrol peserta apakah ada yang membutuhkan atau tidak. Dengan berbekal senter,Mereka mencek satu persatu, termasuk panitia dan peserta akhwat juga