Kepak Sayap Andromeda

Aulia Mumtaza
Chapter #18

Sebuah Akhir

Agustus 2013

POV Saiful

“Apa benar nak Saiful ini sudah bulat dan mantap dengan niatnya..?” suara Pak Rosyid memecah lamunanku.

“Insya Allah sudah bapak... saya juga sudah istikharah dan berdiskusi dengan kedua orang tua saya... maka dari itu saya hari ini memberanikan diri untuk mengenalkan diri kesini.

“Beneran ini Di.. Kau ini kan temenan sama Suzan sejak SMA.. kau tau sendiri gimana lah kerasnya anakku yang satu ini..” Pak Rosyid giliran bertanya pada Mas Ardi yang kuminta menemani kunjungan ini

“Insya Allah bener pak.. Saiful ini beneran tulus... dia staff saya yang paling rajin di kantor.. kalau pak Abdullah ini ngasih penilaian saya 10 untuk skor tertinggi, maka Saiful ini nilainya 10 plus.. plus...plus.. tiga plus..” Mas Ardi memujiku dengan agak lebay.

“Kau ini bisa saja... he...he...” kata Pak Rosyid dengan santai, “Pada prinsipnya gini kan Nak Saiful.. Suzan anak saya ini kan masih agak trauma setelah kejadian yang menimpanya tiga bulan yang lalu itu... bahkan kan belum mulai mengajar lagi di UI sampai sekarang...makanya dia sekarang pulang kesini...”

Aku menyimak dengan serius perkataan Pak Rosyid ini, Ya pada akhirnya setelah mengalami pergulatan batin sejak kejadian itu, hari ini aku memberanikan diri untuk datang ke sini, rumah orang tua Mbak Suzan di Sumedang, Aku meminta Mas Ardi yang memang satu daerah untuk menemani, aku mengutarakan keinginanku untuk melamar Mbak Suzan langsung , Mas Ardi kaget bukan kepalang saat mendengar niatku ini, bahkan kopi yang diminumnya saat itu sempat muncrat begitu aku ngomong dalam suasana obrolan santai, dia beneran tak percaya dengan niat nekatku ini, walaupun pada akhirnya menyetujui bahkan salut dengan keberanianku, maka jadilah hari ini aku berada disini, tepat dua bulan setelah bulan puasa. Aku sempat mengontak Mbak Suzan via WA, sempat tidak ada balasan, sampai beberapa waktu lalu, Dia membalas, kalau mau serius datanglah sendiri ke rumah orangtuanya di Sumedang.

“Kami sebagai orang tua akan selalu mengusahakan yang terbaik buat anak kami.. tapi persoalan niat nak Saiful ini ingin melamar anak kami... bahwa secara usia kalian berdua ini terpaut lumayan jauh... bahkan lebih pantas jadi adek malah mungkin saya tak mempermasalahkan... saya kembalikan pada Suzan sendiri... toh Rasulullah sama Khadijah sendiri pun juga begitu.. betul kan... tapi ya kalau secara psikologis.. dimasa sekarang..kembali ke masing-masing... yang jelas saya mengakui memang Suzan agak tertutup orangnya.. apalagi sejak kejadian itu...”

Aku hanya mengangguk pelan, ini adalah salah satu babak pertaruhan hidupku, boleh dibilang juga nggak kalah menantang dari yang pernah dialami Andra,

“Saya kedalam dulu ya manggil Suzan..” Pak Rosyid pergi kedalam dan meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Aku hanya beradu pandang dengan Mas Ardi.

Tak lama kemudian aku melihat Pak Rosyid keluar lagi, Mbak Suzan mengikuti dibelakang ditemani oleh Ibunya.

“Nah ini anak saya yang bernama Suzan...silahkan utarakan sendiri jawaban atas kemauan Nak Saiful ini..” kata Pak Rosyid lagi basa basi.

Suzan sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya Mbak Suzan berbicara, aku dapat melihat wajahnya tersipu malu

“Terima kasih atas kesediaan Mas Saiful untuk sudi jauh-jauh kemari... bertemu dengan orang tua saya...”

Mendengar sapaan Mas saja aku sudah menjadi salah tingkah, karena selama ini tak pernah Mbak Suzan memanggilku dengan sapaan itu.

“Sebagaimana sempat dibilang oleh Bapak... bahwa benar saya masih agak trauma dengan kejadian tiga bulan lalu... tapi selama saya menenangkan diri disini saya kemudian berfikir.. bahwa mungkin saja memang saat ini saya terlalu fokus pada karier dan nyaris melupakan urusan membangun rumah tangga...boleh jadi kejadian kemarin juga merupakan teguran atau jadi semacam Ibrah buat saya sendiri.. maka jika ditanya apa jawaban saya atas khitbah atau lamaran yang diberikan oleh Mas Saiful ini...” kulihat Mbak Suzan terdiam lagi, “Maka jawaban saya adalah.. IYA.. dan saya mempersilahkan Mas Saiful untuk mengajak kedua orangtuanya kemari dalam rangka lamaran yang lebih formal antar dua keluarga...

“Alhamdulillah... Ya Rabb...”Mas Ardi setengah berteriak, “Aku udah khawatir kau bakal ditolak...”

Lihat selengkapnya