Desember 2012
POV Andra
aku masih dalam suasana kepenatan dan capek usai menyelesaikan draft skripsi ketika temanku yang satu ini mengajakku untuk bertemu, aku cukup lama merindukanya sudah lama dia meninggalkan kota semarang ini, kupikir dia sudah tidak mau kembali lagi ke kota ini, karena mungkin sudah menemukan kehidupan yang lebih baik di kota lain, dia mengajakku bertemu disebuah cafe kecil dekat perumahan Asri Megah dikawasan selatan Tembalang , sekitar 1 kilometer dari kampus Universitas Diponegoro, tumben juga dia ngajak ketemu dicafe pikirku, dulu-dulu paling di warung penyet pinggir jalan paling banter juga warung nasi goreng pak gembul.
Cafe ini berukuran tidak begitu besar, dikonsep dengan sederhana, dengan tempat duduk tidak lebih dari 15 meja , ornamen bambu dan lukisan beraliran naturalis tampak menghiasi ruangan utama cafe ini,air mengalir yang menghiasi jendela semakin menambah kesan natural yang dibangun, dipadu dengan warna merah dan warna gelap yang diterangi dengan cahaya lampu remang-remang, cafe ini memang ideal untuk dijadikan anak-anak muda untuk nongkrong atau kumpul-kumpul dengan gaya gaulnya, tapi bagiku tentu yang lebih sering beraktivitas dimasjid kampus tentu tidak terbiasa dengan kondisi seperti ini disamping kondisi keuangan yang memang khas anak kost banget.
Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, akhirnya temanku itu datang juga,Faiz begitulah kami biasa memanggilnya, ia memang memintaku datang duluan ke cafe ini dan memesankan makanan untuk berdua, dengan jaminan bahwa dia yang akan membayar, aku tentu langsung saja bergegas menurutinya. Pertama kali ketika dia memasuki pintu cafe aku seolah tidak mengenalinya, benar-benar gaya yang berbeda sekali dengan Faiz yang dulu aku kenal, ia mengenakan jaket kulit hitam, dipadu dengan celana jeans berlubang-lubang, ditambah sepatu boot warna coklat ala koboi yang dikenakanya benar-benar merubah penampilannya, Ia datang menghampiriku,
" kabar baik Dra?" ia menyapaku hangat, masih dengan rona wajah khas, walaupun sekarang kelihatan lebih mirip preman dibandingkan Faiz yang dulu kukenal .
" Alhamdulillah baik, lama kau tak kembali ke semarang ,Iz?aku hanya membalas singkat,
perhatianku masih tak percaya dengan apa yang kulihat didepanku,aksesoris yang dikenakanya, ikat pinggang dengan motif kepala tengkorak, untaian gelang perak dilengan kananya, jam gaya outdoor, dan kalung dengan bandul ala nazi. Ini benar kau Faiz ? aku tak percaya dalam hati.
"Kenapa ,Ndra? Kaget dengan penampilanku yang seperti ini?" Faiz menyadarkanku dari ekspresi bengong
Aku belum menjawab sampai dia mengambil posisi duduk didepanku dan meminum jus yang sudah kupesankan untuknya.
" Kau kenapa ,Iz? kembali dari Makassar kau tampak berubah sama sekali, penampilanmu berbeda sekali dengan Faiz yang dulu kukenal , Mantan ketua BEM mahasiswa Teknik, anak rohis, sekarang tampangmu seperti preman yang dipinggir jalan saja?"
Sambil tertawa kecil dia berkata, " He..he..apa ada yang salah? nggak juga kupikir, lagian aku kesini sebenaranya ingin bertemu denganmu, dan juga teman-teman lain satu mentoring kita dulu, bagaimana kabar mereka sekarang? Apa sudah lulus ?"
" beberapa sih, sudah lulus macam Saiful sisanya masih di Semarang, kalau yang lain masih pada sibuk ngerjain TA, aku juga lagi nge-draft, rencana bulan depan sidang"