Kepak Sayap Andromeda

Aulia Mumtaza
Chapter #5

Lara Hujan

Februari 2013

POV Faiz

Hujan deras mengguyur kota solo siang ini, Langit pun dihiasi dengan kilatan petir yang menyambar. Suasana Jalan Slamet Riyadi, salah satu jalan protokol di Kota Solo,masih tetap ramai dengan lalu lalang berbagai macam kendaraan yang nekat menerobos derasnya hujan. Mau gimana lagi? Hujan tetaplah hujan, urusan kerjaan tetaplah mesti diselesaikan, mungkin itulah yang ada dalam pikiran orang-orang itu, terlebih jasa delivery order makanan cepat saji, laris sekali mereka di kala hujan seperti ini, beberapa bahkan berani mengusung semboyan tiga puluh menit sampai atau kami gratiskan, wuihh. Entahlah sudah berapa banyak lalu lalang kendaraan delivery order berlalu didepanku, aku tak memeperdulikannya, aku lebih memilih duduk santai menikmati hujan dari balik kaca resto jepang di salah satu sudut Jalan Slamet Riyadi ini.

Karena urusan hujan ini pulalah rencana perjalananku di kota solo siang ini agak tertunda. Untung saja klienku mau memahami kondisi ini dan mau menjadwal ulang pertemuan yang seharusnya siang ini. Bagiku kota ini memiliki sebuah kesan tersendiri, ini bukan perjalanan pertamaku ke kota ini. Namun sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu ketika aku terakhir berkunjung ke kota ini. Cukup banyak perubahan yang aku temukan di kota terbesar kedua di jawa tengah ini. Aku akhirnya memutuskan merantau ke Jakarta dan meninggalkan bisnis yang sempet kurintis di Kota Makassar, aku ditipu oleh rekan bisnisku disana, berbekal koneksi dari Pamanku aku akhirnya bisa diterima bekerja di salah satu perusahaan konsultan, bagaimana dengan kuliahku di Undip ? aku memutuskan tak melanjutkan, sebagai gantinya ku transfer ke kelas karyawan di salah satu kampus di Jakarta, mengambil jurusan yang benar-benar berbeda, beberapa mata kuliah yang bisa ditransfer seperti mata kuiah umum bisa dipakai, sisanya aku benar-benar mengambil mata kuliah yang baru, jurusan manajemen, padahal sebelumnya aku adalah mahasiswa teknik lingkungan, aku tak memperdulikan itu, toh sekarang aku bisa hidup mandiri disini, aku akui sempat alami stress berat akibat masalah yang bertubi-tubi melanda, tapi dengan sedikit terapi Yoga dan konsultasi dokter masalah itu beberapa akhirnya terurai, aku menjalani rutinitas pekerjaanku dengan nyaman termasuk berada di Kota Solo hari ini.

Sambil menunggu pesenan makananku tiba, aku kembali fokus menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor di depan laptopku. Sejumlah file-file laporan keuangan beberapa perusahaan swasta dan BUMN menumpuk untuk diaudit segera. Pekerjaan sebagai auditor salah satu lembaga audit asing kenamaan memang menjadi prestige tersendiri buatku, walaupun kadang terasa membosankan namun akau sadar disinilah jiwaku sekarang. Berkutat dengan berbagai macam angka, statistik, neraca keuangan sudah menjadi makananku sejak lama.

Sejenak aku mengalihkan perhatianku pada suasana restoran ini, cukup cozy dan menyenangkan menghabiskan waktu disini. Ornamen khas jepang berada disetiap penjuru ruangan, belum lagi ditambah arsitektur interior gaya asia timur menjadikan suasana benar-benar hidup. Meskipun begitu pengunjung disini bisa dibilang sepi siang ini. Cuma ada aku dan satu pengunjung lagi terpaut lima meja denganku, seorang pria paruh baya dengan kemeja hijau tengah asyik menikmati hidangan teriyaki yang ada didepannya. Aku kembali fokus pada laptop didepanku.

"Permisi Pak..ini pesenan bapak" Seorang pelayan muda mengagetkanku

"Oh iya makasih mbak.." kataku

"Ada yang mau dipesan lagi Pak?" pelayan itu berkata dengan senyum manis

"Oh cukup mbak makasih..."

"Kalau begitu saya permisi dulu, kalau ada tambahan bisa mengubungi kami disebelah sana pak.." katanya sambil menunjukkan salah satu bagian restoran itu, bagian pemesanan sekaligus kasir.

"Okey.."kataku pelan sambil melempar senyum pada pelayan itu.

Hidangan Sushi didepanku itu sudah menggodaku, ah.. ku tinggalkan sejenak pekerjaan dilaptopku. Baru berniat menyantap sushi itu, sebuah Pesan Whatsapp atau WA masuk ke Smartphoneku, terpaksa kutunda keinginanku, kubuka dulu WA itu, siapa tahu WA Penting, tuh bener kan WA dari Manajerku,

From: Bos Rio

Faiz buka emailmu segera ada job kamu yang mesti direvisi,dah kukirim barusan catetan perbaikannya,deadline malam ini, besok pagi mau dibawa ke klien kita.nggak pake terlambat ya !!!

Fiuhh..!! kerjaan lagi.. nafsu makanku sejenak hilang.

"Nggak tahu apa di sini juga banyak kerjaan... yang ngirim ke solo siapa..yang nambahin kerjaan siapa" aku ngedumel sendiri.

Aku meminum jus sirsak yang ada didepanku, lumayanlah meredakan emosiku

Aku mengalihkan perhatianku pada pelayan yang mengantarkan pesananku tadi, ia mengobrol didepan meja kasir bersama salah seorang rekannya. Sesaat kemudian Ia menoleh padaku dan melempar senyum. Ah..bodoh kenapa malah melakukan tindakan nggak jelas kayak gini,

Aku menarik nafas pelan, bukan pelayan itu yang menarik perhatianku melainkan seseorang yang lain,wajah pelayan itu mengingatkanku pada sesosok perempuan yang kutemui di bandara tadi pagi.

Sama-sama memiliki gurat wajah oriental, mereka agak mirip, walaupun kubilang masih lebih cantik perempuan yang kutemui di bandara tadi. Sayang tadi aku tidak sempat berkenalan, hanya sesaat berjumpa ketika sama-sama mengambil koper, namun senyum itu bener-benar kuingat, ah andai saja bisa bertemu lagi dengan perempuan itu.

Aku tertawa sendiri, "Ngarep dan ngayal tingkat tinggi nih"

Aku pun menikmati sushi didepanku. Tak perduli dengan segudang beban pekerjaan yang mesti kuselesaikan, sekarang adalah saatnya bersantai.

Terdengar bunyi gemericing tanda pintu masuk dibuka, menandakan ada pengunjung datang, entah karyawan ataupun beneran pengunjung aku tak peduli. Namun aku benar-benar terkejut,

"Oh My God.." aku tersentak kaget

Wajah itu..mantel hitam yang dikenakannya.. tidak salah lagi itu Perempuan yang kulihat dibandara tadi. Aku mengamati Perempuan itu, ia berjalan menuju meja pelayan dan tampak memesan makanan. Kulihat ia masih terdiam didepan sana. Pelayan yang mempersilahkan duduk duluan tidak digubrisnya, mungkin dia menunggu pesenannnya langsung. Tak lama kemudian setelah pesenannya jadi Ia pun berjalan menuju salah satu meja. Perempuan itu berjalan mendekat ke arahku, akhirnya ia mengambil tempat duduk tak jauh dari tempatku. Hanya terpaut satu meja. Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang kulihat, dia beneran perempuan yang tadi, aku tak mungkin salah. Aku mengamati serius tajam ke arahnya. Dia berbalik menatapku dan tersenyum padaku,

"Anjriit.....senyumnya bikin lupa urusan disini."

Aku beralih lagi pada hidangan didepanku. Grogi, Nervous apapaun istilahnya, sekarang inilah yang kurasakan. Aku hanya mencuri-curi pandang.

Kulihat perempuan itu menghentikan aktivitas makannya dan beralih menuliskan sesuatu di buku agendanya. Tak lama, ia pun meneruskan aktivitas makannya kembali.

'Ayo di sampai kapan kau mau diam gini terus...sapa terus ajak ngobrol..jangan bengong aja kayak dibandara tadi" aku memotivasi diri sendiri.

Sebuah dering telpon terdengar, kulihat perempuan itu tergesa-gesa mengambil hp yang ada ditasnya, Kakinya menendang meja makannya, ia meringis kesakitan, Pulpen hitam yang ada dimejanya jatuh ke lantai, menggelinding tepat dibawah kakiku.

Lihat selengkapnya