Mei 2013
Dhuaaak..
Gadis itu meronta mencoba melepaskan diri dari ikatan yang saat ini mengikat kedua tangannya di kursi, kakinya tidak diikat, dia mencoba menendang-nendang kursi yang didudukinya, berharap patah, namun usaha itu sia sia, malah kakinya bertambah memar,. Mulutnya yang disumpal dengan kain terikat hingga ke belakang juga membuatnya tak bisa berteriak. Ia terus meronta ronta sambil menangis, berharap ada keajaiban atau belas kasihan yang bisa mencoba menyelamatkan dirinya saat ini.
Lampu temaram yang menghiasi ruangan tempat dia disekap ini menambah suasana kalut yang membuat pikiran gadis itu semakin tertekan, Ia seolah pasrah dan menyerah, air matanya tumpah semakin deras, tak lama kemudian seseorang memasuki ruangan itu, gadis itu menatap iba, mengharap ia dilepaskan, meski tahu usahanya bisa jadi sia sia, yang saat ini berdiri didepannya adalah sang penculik yang beberapa jam sebelumnya telah membiusnya sebelum dibawa ketempat ini. Penculik itu lalu mendekati gadis itu dan menjambak rambut panjang disemir merah milik gadis itu, ditarik hingga mendongak keatas, wajah gadis itu kini berhadapan dengan wajah sang penculik yang menatapnya dengan sangat intimidatif penuh nafsu, gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya memberikan isyarat penolakan dan perlawanan, sambil terus menangis, penculik itu tak bergeming, malah makin mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu, lalu menjilatinya pelan memberikan sensasi tersendiri antara seram dan kegelian.
Plakkk... Tamparan keras mendarat di pipi gadis itu, gadis itu hanya bisa menangis menahan sakit, dikepalanya sudah benar benar kacau, penculik itu lalu mengeluarkan alat kejut listrik dari saku jaketnya, dia tempelkan pada pipi gadis itu yang memar, terus digerakkan kebawah ke leher gadis itu, memainkan sebentar alat kejut listrik itu tanpa dinyalakan, kemudian diarahkan menyusuri kemeja gadis itu yang kancing atasnya memang sudh dirobek sejak tadi, sebelum akhirnya sengatan listrik itu dinyalakan, memberikan kejutan menyakitkan pada gadis itu, ia mengerang kesakitan lalu seketika pandangannya menjadi gelap.
*******************************
Hujan turun rintik rintik saat Heri sampai di lokasi Tempat Kejadian Perkara, sebuah Kebon kosong yang hanya ditanami pohon pisang di daerah Sawangan Depok. Heri yang merupakan perwira pertama kepolisian berpangkat Iptu di Polres depok ini kali ini terpaksa meninggalkan aktivitasnya di kantor dan turun kelapangan langsung, setelah ditelpon salah satu anak buahnya yang bernama Bripda Eko tentang penemuan sebuah mayat di Sawangan ini, ada memo yang diteruskan ke beberapa Polres di wilayah Polda Metro tentang hilangnya salah seorang anak pengusaha batu bara yang tinggal di Jakarta selatan. Ciri Ciri anak yang hilang itu mirip dengan mayat yang ditemukan di lokasi ini.
Ardian melintasi garis pembatas polisi berwarna kuning, nampak beberapa petugas forensik tengah bertugas di lokasi, sementara ambulans Jenazah terparkir tak jauh dari situ.
“ sudah kau pastikan identitasnya...?” tanya Heri begitu bertemu dengan Eko yang masih sibuk mencatat.
“Belum bisa pasti..nunggu hasil dari tim forensik sekalian otopsi, tapi dari ciri fisik mirip, sesuai yang saya laporkan tadi ndan... Kisaran usia 25-30 tahun rambut panjang disemir merah, tapi wajah rusak dan juga sidik jari juga dirusak, tangan dan kaki, pelaku nampaknya orang yang profesional dan rapi, paling nanti dari struktur gigi atau tes DNA dengan keluarga pelapor yang kehilangan kemarin untuk memastikan...” balas Eko
“Ada tanda tanda pemekorsaan?” tanya Heri
“Iya ada..luka penganiayaan seperti jeratan kawat, memar, bekas gigitan atau bekas sengatan strum listrik dan beberapa luka lain juga ada...”