Mei 2013
Suzan masih sibuk mengetik di depan Macbook Air miliknya disebuah Cafe, Segelas Es Kopi Cappucino yang sudah berkurang hampir separuh tersaji juga didepannya, sedikit kudapan berupa roti croissant juga menemani aktivitasnya kali ini, sesekali ia mengecek pesan Whatsapp di HP miliknya, menanti kabar dari seseorang yang dia buat janji ketemuan malam ini, mereka memilih janjian di kawasan kebayoran baru ini, sebagai titik tengah.
“Itu anak muda memang perlu dijarin arti soal disiplin.. udah hampir setengah jam aku nunggu disini..” kata Suzan lirih dengan agak kesal.
“Posisi sampai mana Ful ? Jangan kebiasaan ngaret kalau janjian ama orang ya..” pesan WA itu pun terkirim pada Saiful, ya mereka berdua memang janjian bertemu untuk membahas beberapa hal sebagai follow up kunjungan mereka ke kawasan baduy kemarin.
Sebuah balasan masuk tak lama kemudian.
“Maaf Mbak..ini kejebak macet di radio dalam, aku naik Kopaja ini dari kantor tadi... kalau nggak gerak juga nanti ganti naik ojek aja... sorry-sorry banget ini...”
Suzan tersenyum kecil, “Naik Kopaja... beneran masih kebawa kebiasaan berhemat anak kuliahan, kenapa nggak naik taksi aja sih...
Suzan lalu kembali asyik melanjutkan aktivitas mengetik dan melengkapi beberapa artikel yang sedang dia tulis.
Perhatian Suzan sempet teralihkan lagi, ketika ada benda yang menggelinding dilantai menyentuh kakinya, Suzan mengambil benda itu, sebuah pulpen eksklusif,
“Maaf mbak... itu pulpen saya jatuh itu tadi...” sebuah suara terdengar menyapa.
Suzan menoleh ke arah Suara dan melihat seorang lelaki tiba tiba sudah berdiri di dekatnya.
“Oh iya... ini mas...” kata Suzan sambil menyerahkan pulpen itu.
Lelaki itu pun menerima Pulpen ,dari Suzan, namun dia tak beranjak pergi,
“Sendirian aja Mbak..?” tanya lelaki itu
“eh enggak... lagi janjian ama temen.. belum dateng aja orangnya..” balas Suzan dengan eksprsi dingin, buatnya ini bukan pertama kali dia tiba-tiba didekati orang asing dan mencoba bercakap-cakap akrab, sebuah pendekatan laki-laki yang menurut Suzan terlalu konyol
“Oh begitu..”lelaki itu masih mencoba berusaha lagi, Ia melirik gelas es kopi yang tersaji di meja itu, “emm.. Suzan ya, nama yang menarik...”
“Maaf mas.. saya sedang sibuk.. jadi tidak bisa melayani obrolan basa-basi dari orang yang belum dikenal.. apalagi kelewat ofensif kayak anda ini...” kata Suzan dengan ketus, sambl masih menatap ke depan Mac
“sorry... bukan bermaksud menyinggung.. tak ada salahnya kan mencoba mencari kenalan baru..”kata lelaki itu lagi.