Kepak Sayap Andromeda

Aulia Mumtaza
Chapter #15

Jejak

Saiful melangkah pelan memasuki kompleks bangunan kampus FISIP itu lagi, hari sudah mulai sore, lewat jam tiga. sejak pagi dia gelisah karena mencoba menghubungi Suzan tak pernah bisa, WA tak terkirim, telepon pun juga tak diangkat, bahkan nomernya tak aktif, kemungkinan HP-nya mati, ini bukan sekedar urusan permintaan maaf atau menyelesaikan urusan pekerjaan, Saiful merasa ada kekhawatiran atas apa yang terjadi dengan Suzan semalam, tadi sesampainya di kantor Saiful sempat melapor ke Ardi dan meminta izin menemui Suzan hari ini dikampus, Ardi pun mengizinkan tentu saja dengan sedikit candaan dan godaan.

Sesampainya Saiful didepan ruang sekretaris jurusan Sosiologi, ia mencoba mengetuk pintu, namun tak ada suara balasan dari dalam, ia mencoba membuka pintu dan dilihatnya ruangan itu kosong, minuman yang tersaji di meja pun tak berkurang, pertanda yang punya ruangan juga tak hadir disitu.

Saiful lalu bergeser menuju ruangan dosen yang terletak tak jauh dari situ, ia bermaksud bertanya pada dosen yang ada disitu, ruangan dosen ini cukup ramai, ada sekitar 7 orang yang berada disitu.

“Permisi... “ Saiful mengetuk pintu sambil memasuki ruanga.

“Ya mas cari siapa...?” salah seorang dosen bertanya.

“Saya sejak semalam kesulitan menghubungi Bu Suzan... sampai hari ini pun masih susah.. saya ada janjian untuk membahas follow up laporan kunjungan di Baduy...”kata Saiful

“Mas ini siapa ya..? bukan mahasiswa sini atau mahasiswa bimbingan Bu Suzan ya..?” tanya salah seorang dosen perempuan.

“Bukan Bu... saya Saiful dari LSM Jagad Bumi.. kemarin saya ama Bu Suzan kunjungan ke baduy...” balas Saiful dengan sopan.

“Oh begitu... Bu Suzan dari pagi juga belum keliatan di kampus... tadi beberapa mahasiswa juga bilang kalau hari ini Bu Suzan absen tidak ngajar di kelasnya... saya juga nggak tahu kemana... Coba tanya Bu Ratih tuh yang deket ama Bu Suzan.. mungkin Sakit...” kata dosen tadi sambil melihat ke arah dosen lain yang tengah mengenakan headset dan fokus mengetik di depan laptop.

Saiful pun lalu berjalan pelan mendekati dosen yang bernama Bu Ratih itu,

“Ya gimana mas...” Bu Ratih agak terkejut melihat Saiful yang tiba-tiba berdiri di dekatnya, ia pun melepas headset yang sedang dia kenakan, “Nyari Bu Suzan ya... saya terakhir chat ama dia kemarin sekitar habis maghrib.. dia bilang ada janjian ama seseorang di daerah kebayoran... habis itu ndak ada kabar lagi... tadi saya coba WA sampai sekarang juga belum dibales...”

“Iya bu... yang kemarin janjian ama Bu Suzan itu saya... tapi begitu saya sampai di lokasi Bu Suzan udah nggak ada... saya agak telat sih emang datengnya... mikirnya sih Bu Suzan udah balik duluan... tapi malah sampai sekarang ndak bisa dihubungi sama sekali..”

“Wah mas... Bu Suzan itu orangnya disiplin... jangan sampai telat janjian ama dia... bisa kena semprot kamu... bisa jadi semalam dia kesel terus balik duluan...” kata Bu Ratih lagi.

“Tapi info dari petugas Cafe... Bu suzan sempet bertemu sama seorang laki-laki dan terlihat keluar barengan dari Cafe.. saya malah jadi khawatir kalau kenapa kenapa...” lanjut Saiful

“Ih mas ini sok care deh... lagi PDKT ya ama Bu Suzan...? berani bener.. dosen-dosen muda sini aja pada segen.. ha...ha..” kata Bu Ratih yang diiringi gelak tawa, beberapa dosen lain pun ikut tertawa kecil.

“Apa saya bisa minta alamat tinggal Bu Suzan..? saya mau memastikan kesana...” pinta Saiful dengan intonasi agak ragu-ragu

“Wah mas ini frontal banget...” Bu Ratih masih menggoda, “saya coba telpon dulu aja ya...”

Tak lama kemudian Bu Ratih nampak menekan dialphone di Hpnya dan mencoba menelepon, menunggu beberapa waktu,

“Nomornya nggak aktif.. aneh juga...” komentar Bu Ratih singkat

“Gimana Bu...? apakah saya bisa dibantu alamatnya..” Saiful terus mendesak.

“Saya suka semangat Mas ini... pantang menyerah... Pak Herman mestinya niru anak muda brondong ini dong kalau mau deketin Bu Suzan...” Bu Ratih berkata sambil melihat ke arah salah satu dosen laki-laki yang berusia masih muda, sosok yang dipanggil Pak Herman itu hanya tersenyum santai.

“Gini aja deh mas... saya selesaikan kerjaan saya dulu ini sekitar 10 menit lagi... Mas boleh tunggu diluar... nanti saya ajak pulang bareng... saya ama Bu Suzan kebetulan tinggal di Apartemen yang sama.. hanya beda lantai saja...”

“Wah makasih bu... saya malah jadi ngerepotin, jadi nggak enak..” kata Saiful

“Udah santai aja...”

“Baik Bu kalau begitu saya mohon izin tunggu diluar dulu... permisi...” Saiful pun akhirnya berlalu meninggalkan ruangan dosen itu dan menunggu di salah satu kursi tunggu di depan ruang dosen itu. Gurat kecemasan nampak diwajahnya, ia begitu khawatir akan sosok dosen muda yang belum lama dikenalnya itu, firasat buruk yang dia rasakan.

**************************************

“pak Heri semalam sempat marah besar pas ke Cafe itu... ngomel-ngomel sama manajer cafe... gara-gara sampai sekarang ndak pernah mau pasang CCTV di Cafe... padahal menurut Pak Heri, beberapa korban pembunuhan yang ditemukan pernah berkunjung ke Cafe itu sebelum menghilang..” Eko berkata dengan mimik muka serius pada Anton salah satu rekannya/

Lihat selengkapnya