Kepak Sayap Andromeda

Aulia Mumtaza
Chapter #17

Aksi Jiwa

Suzan menatap pasrah dan lemah pada sosok lelaki mengerikan yang sekarang didepannya itu, tangan dan kakinya terikat pada kursi, Mulutnya juga diikat dengan kain, sehingga dia tak bisa berteriak. sementara disebelahnya ada sebuah ranjang kusam, Suzan merasa dalam kecemasan akut, Ia merasa sudah berakhir hidupnya ditangan sosok didepannya ini, Semalam orang yang menyapanya di Cafe dan mengenalkan diri dengan nama Andra, saat ini berubah total menjadi sosok penjahat, psikopat dengan penuh nafsu bejat pada dirinya. Suzan tak ingat apapun sejak lelaki ini mengenalkan diri dengan nama Andra, Ia seolah terhipnotis dan tidak ingat apapun, ketika dia terbangun sudah dalam kondisi terikat semacam ini sejak pagi. Suzan menghabiskan waktu dalam sunyi, mencoba untuk kabur pun tak bisa, upayanya sia-sia semua. Habis Maghrib tadi sosok ini menampakkan lagi dirinya ditempat ini. Suzan masih coba meronta-ronta berharap ikatannya bisa lepas. Sudah sejak tadi sosok mengerikan ini melecehkan dirinya, namun tak sampai memperkosanya, Ia hanya bermain dan memberikan siksaan psikologis, Suzan hanya berfikir ini hanya persoalan waktu saja sebelum lelaki itu beneran akan memperkosanya atau bahkan menghabisi nyawanya.

“Sudahlah sayang... percuma saja berusaha melepaskan tali itu.. lebih baik nikmati saja momen-momen bersama kita ini... sorry kalau aku agak telat kesini tadi... kerjaan di kantor banyak banget...” lelaki itu kemudian meghisap asap rokok dan melepaskan ke udara.

“Sampai kapan kau akan bermain-main seperti ini.. kenapa tidak kau tuntaskan saja..” suara seorang perempuan terdengat dari pojok ruangan yang gelap.

“Sabarlah sedikit Angel... kau ini orangnya selalu nggak sabaran... kau cemburu ya kalau aku sellau bersenang-senang dengan perempuan lain terus... ha...ha... heh, aku nglakuin ini semua gara-gara kau juga...

Suzan semakin menujukkan ketakutan, ia melihat sosok didepannya itu sebagai seorang Psikopat gila. Beterlanjang dada penuh tato, ia seolah ingin menunjukkan dominasi patriarki dan relasi kuasa atas ketidakberdayaan Suzan malam ini, sosok itu juga menngunakan saring tangan karet, menunjukkan dia sangat teliti agar sidik jarinya tidak terdeteksi

“Terserah Maumu aja Iz...” kata perempuan itu lagi

Ya lelaki itu tak lain adalah Faiz, ia telah menjelma menjadi psikopat mengerikan malam ini, Faiz pun berjalan mendekat ke arah Suzan, ia menghirup asap rokoknya lalu menghembuskan asap rokoknya ke wajah Suzan, Suzan pun terbatuk-batuk tertahan akibat ulah Faiz barusan, tak lama kemudian Faiz pun meletakkan rokoknya ke arah paha Suzan, bara rokok itu punmelukai paha Suzan, Ia pun berteriak mengerang kesakitan, menahan perih tak terkira. Faiz terlihat menikmati kondisi ini.

“Sabar... pertunjukan baru dimulai...Sayang...”

Faiz lalu beralih ke meja dekat situ, Ia mengambil belati yang ada di meja dan dan kembali ke arah Suzan lagi, Ia memainkan dengan pelan pisau itu di wajah Suzan, Suzan pun bergidik ngeri, dan meneteskan

“Tenang... kita akan sedikit bersenang-senang, wajah mulusmu ini akan tercabik-cabik..tapi tidak sekarang.... pisau ini terlalu menyakitkan... aku bisa memberikan sedikit yang lebih lembut...” kata Faiz lirih sambil melempar pisau itu ke Arah ranjang. Seketika Faiz langsung mencekik leher Suzan dengan kedua tangannya. Nafasnya terasa sesak seketika. Faiz hanya tertawa terbahak-bahak melihat Suzan yang meronta kesakitan, sebuah ekspresi piskopat yang mengerikan.

Semantara disaat Faiz sedang bersenang-senang di sekeliling gedung itu, rombongan polisi yang dipimpin oleh Iptu Heri sudah datang mengepung.

“Kau yakin lokasinya disini...?” tanya Iptu Heri.

“Betul pak... ini gedung yang saya maksud..”

“Ko kau bawa tiga orang kebelakang... stand by kalau pelaku kabur lewat belakang gedung. Anton kau stand by disini dengan Saiful...”

“Reymond kau dan tim Bravo.. ikut aku masuk kedalam dan mencari pelaku, ingat ada kemungkinan Korban masih hidup.. bisa jadi dia dijadikan sandera... prioritaskan selamatkan korban dulu...

“Siap Ndan...” Reymond yang komandan Tim Bravo menyatakan kesanggupan.

“Oke Maju...”

Rombongan polisi itu lalu menyebar, Reymond melihat mobil Suzan terparkir di bagian bawah gedung itu. Rombongan itu melaju ke dalam dan mereka mendengar suara dari lantai 2. Heri memimpin rombongan untuk maju, dilantai 2 mereka menemukan sebuah kamar dengan pintu terkunci, terdengar suara erangan dan orang tertawa terbahak-bahak dari dalam ruangan. Reymond beradu pandang dengan Heri memberi Kode dalam hitungan ke 3, Reymond lalu mendobrak pintu itu.

“JANGAN BERGERAK...!!!teriak Reymond

Faiz yang kaget karena suara dobrakan respon mengangkat tangan, Ia tengah berada diatas ranjang dengan posisi menindih Suzan,

“BERDIRI DENGAN TETAP ANGKAT TANGAN...!!!” teriak Heri tak kalah lantang, “HADAP KE TEMBOK...”

Faiz menuruti saja apa kata para polisi itu, gerebekan ini tentu tak diduga olehnya, lokasi ini cukup tersembunyi dan sulit ditemukan oleh polisi, Suzan yang terbebas dari Faiz lalu berlari ke arah pojok ruangan, seorang petugas polisi menghampirinya dan memberikan Jaketnya untuk melindungi tubuh Suzan yang beberapa bagian pakaiannya sudah robek-robek.

“Jadi ini pelaku kita...rupanya masih bocah ya...” umpat Heri, dia llalu menendang kaki Faiz, Faiz pun jatuh dan mengerang kesakita. Petugas polisi lain lalu memborgol Faiz.

“Bapak boleh tangkap saya... tapi jangan tangkap Angel...biarkan dia bebas...”kata Faiz

“Angel...angel siapa, jangan ngigau kamu...” PLAKKK... Reymond pun ikut kesal.

Faiz akhirnya digiring keluar kamar itu.

Heri lalu menghampiri Suzan yang masih tampak shock dan mengigil ketakutan.

“Tenang Ibu Sudah Aman... mari ikut kami turun... ada seseorang yang sudah menanti Ibu diluar...”

Suzan hanya membalas dengan anggukan pelan,tanpa suara, semua kejadian yang dialaminya benar-benar membuatnya shock dan trauma.

ARGHKK... BUK... BUK...!!!

terdengar suara teriakan dan beradu pukul diluar,

“Sebentar Bu...” Heri lalu menyusul keluar sambil mengacungkan pistol, Ia kaget melihat Reymond dan lima orang anggota tim bravo sudah roboh, Heri respon mengambil HT,

“Anton... amankan jalur depan... tersangka kabur... eko cek kondisi belakang...” kata Heri dengan panik.

Sementara Faiz yang berhasil mengalahkan para Polisi hanya dengan kakinya itu kemudian berlari meninggalkan gedung, kemampuan beladiri Faiz tak diragukan lagi. Ia terus berlari menyusuri halaman depan gedung yang lapang

“Jangan bergerak..!!! Anton Berteriak sambil mengarahkan Pistol ke Arah Faiz

Seolah tak mengindahkan peringatan itu, Faiz terus berlari lalu dia meluncur laksana pemaian bola yang akan memberikan tackle pada pemain lawan, Bruakk..!! dia menabrak anton, Anton pun terguling, dan pistolnya pun terlepas.

Faiz lalu bangkit berdiri, dan menendang dada anton.. Bukk,.Bukk... bagian wajah dan kepala Anton pun tak luput dari tendangan Faiz, ia sangat brutal dan buas, meski dengan kondisi tangan diborgol, Wajah Anton bpun berdarah-darah...

Dhuakkk... !!!! tiba-tiba sebuah tendangan mendarat di punggung Faiz, dia pun terhuyung kedepan.

Faiz lalu balik badan dan mencari siapa yang berani menendangnya tadi.

“Faiz...!!!”

“Saiful... kenapa kau bisa ada disini...?”

“Jadi kau yang jadi pelaku semua ini... tak kusangka... “

Dua orang kawan lama ini bertatap muka dalam kondisi canggung,

“bener yang diceritain Andra rupanya.... kau benar-benar sudah berubah... total malahan... tak ada sisa sisa anak ngaji sama sekali...

“Diam kau... jangan sebut nama Andra lagi... aku udah muak...” kata Faiz lalu menerjang ke arah depan hendak menghajar Saiful, namun Saiful dengan sigap menangkis tendangan itu dengan tendangan kakinya juga.

Lihat selengkapnya