AndroMega

Korona Noire
Chapter #2

Chapter 1 : Invasi Kecil

Posisi seorang pria bermantel hitam berbulu saat ini tengah berada di hadapan sebuah layar monitor berukuran besar, menampilkan macam-macam rekaman kiriman langsung dari berbagai kamera dan drone yang tersebar di banyak daerah. Iris amber-nya yang tajam memperhatikan secara rinci setiap rekaman tersebut, tak ingin melewatkan sedikit pun kejadian-kejadian di sana.

Pria lainnya juga terlihat mengoprasikan tab di tangannya, mengatur berbagai rekaman dalam monitor. Salah satu rekaman memperlihatkan banyak sekali tumpukan robot bekas. Semua robot bekas itu kini menjadi fokus perhatian mereka berdua.

“Area bawah Kota Erlan menyimpan banyak sekali robot-robot buangan para elit. Selain menjadi tempat saluran air bawah dan juga pembuangan rongsokan mesin, di sana juga terdapat pemukiman kumuh bagi orang-orang tidak mampu,” jelas pria berkacamata di sampingnya.

“Pinta Virtozous manapun untuk menginstal ulang sistem mereka. Kita akan membuat pesta kecil-kecilan di sana.”

Sang pria berkacamata segera mencatat perintah sang atasan di sampingnya. Segera ia juga menghubungi orang yang diperintah untuk segera menjalankan perintahnya.

“Soal area bawah, aku menemukan seseorang yang menarik di sana.”

Si kacamata mengganti semua rekaman yang ada dengan satu foto samar-samar, foto itu menampakan seorang pria muda berjaket merah sedang berjalan di jalanan kumuh di area bawah. Walau foto yang didapat samar-samar dan tidak begitu jelas, tetapi si mantel hitam merasa familiar dengan perawakannya.

“Maaf jika drone-ku tak dapat mengambil foto dengan sempurna. Masa aktif sistemnya hampir habis, jadi kerjanya tidak maksimal,” jelas si kacamata, “Tetapi, drone-ku sempat mendeteksi apa yang dimiliki oleh orang itu. Dia memiliki AndroMega dalam status tidak aktif. Padahal area bawah hanya menampung warga sipil yang kurang mampu. Bagaimana bisa ada salah satu warganya memiliki AndroMega?”

Ia melirik tajam pada pria berkacamata itu. “Apa dia bagian dari Serikat Galaksi?”

Si kacamata menggeleng yakin. “Sepertinya tidak. Mungkin hanya warga sipil yang beruntung menemukan AndroMega yang lepas dari pemiliknya, mengingat AndroMega tersebut dalam status tidak aktif.”

Pria bermantel itu bersedekap, memperhatikan foto pada layar monitor. Memang rasanya tidak masuk akal jika ada warga area bawah memiliki AndroMega. Mungkin benar apa yang dikatakan bawahannya bahwa orang dalam foto itu hanya beruntung menemukan AndroMega. Tetapi, mana mungkin ada pengguna AndroMega yang seceroboh itu bisa kehilangan alat berupa gelang canggih tersebut?

“Bagaimana menurutmu, Dragon?”

Ia menoleh tajam pada sosok di samping satunya. Sosok pria bermantel merah dengan topeng naga ikut memperhatikan foto tersebut. Dia merasa ada suatu hal yang aneh pada pria dalam foto itu, tapi ia tidak mau peduli.

Tanpa menjawab apapun, Dragon berbalik mengibaskan ekor mantelnya secara dramatis, melangkah meninggalkan ruangan yang dipenuhi oleh monitor itu tanpa berucap sepatah kata pun untuk kedua pria dewasa di sana.

Sang pria bermantel hitam hanya diam memperhatikan kepergian bawahan misteriusnya. Dia memang lebih sering diam dibandingkan dengan bawahan lainnya. Tapi walau begitu, Dragon termasuk bawahannya yang paling kuat dan selalu menyelesaikan tugasnya dengan baik.

“Master Obsidian?”

Ia mengangkat satu tangannya di hadapan sang bawahan berkacamata, memberi aba-aba untuk diam.

“Profesor Satan, lakukan saja yang kuperintahkan. Tetap fokus pada proyekmu dan tuntaskan juga eksperimen-eksperimen yang tersebar di berbagai negara,” perintah Obsidian tegas, tak mau dibantah, “Bila ada sesuatu yang kurang dalam bentuk dana, kau bisa memintanya padaku. Jika itu dalam bentuk material, kau mendapat izin sepenuhnya dariku untuk meminta bantuan pada anggota lain.”

Pria berkacamata itu, Satan panggilannya, hanya terkekeh. Turut senang jika diberi kepercayaan penuh dari sang master. Semua proyek ditangani oleh Satan, itu suatu kehormatan baginya bisa bekerja di bawah perintah Obsidian.

“Terima kasih, Master Obsidian. Kupastikan seluruh galaksi akan menjadi neraka terindah untuk kita nikmati.”

~*~*~*~

Sebuah keycard digesekan di dekat gagang pintu, diketikan sebaris sandi pada keypad monitor untuk menguncinya. Kosan ini sudah lama menjadi tempat tinggal dirinya. Sosok ini hidup sendirian selama belasan tahun semenjak kejadian na’as yang dialaminya dan mendiang ayahnya di luar angkasa. 

Dulu dia berhasil selamat dari peristiwa meledaknya sebuah pesawat luar angkasa yang menampung banyak wisatawan untuk berlibur ke Planet Dinosaur. Dia dan beberapa penumpang berhasil selamat, tapi tidak sedikit juga yang tewas tak terselamatkan, termasuk ayah tercintanya. Kapsul darurat yang ia gunakan untuk menyelamatkan diri berhasil ditemukan beberapa astronot keamanan yang tengah berpatroli di sekitar planet. Setelah selamat, ia ditampung di sebuah panti asuhan.

Dua tahun setelahnya, dia diadopsi oleh pemilik kosan ini. Diberi tempat tinggal di area bawah, mendapat kesempatan untuk bersekolah walau hanya sampai tamat SMA, dan kerja serabutan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Walau diadopsi dan tidak dikenakan biaya untuk menyewa kos oleh sang pemilik kosan yang dikenal ramah dan baik, tetapi dia berusaha untuk tetap membayar kos setiap bulan. Dia tidak ingin terlalu bergantung dengan orang lain, apalagi orang tersebut tidak memiliki ikatan darah dengannya.

Dia akan berusaha, berjuang melakukan hal-hal positif dalam hidupnya, seperti yang dijanjikan oleh sang ayah.

“Hei, Rick! Mau berangkat kerja?”

Dia menoleh pada tetangga kosannya sambil mengantongi keycard ke dalam jaket merah yang ia kenakan. “Cuti dulu, Cuy. Mau belanja mingguan,” jawabnya akrab.

“Terus, Xeno kemana?”

Ia sempat berpikir sejenak tentang keberadaan kawan satu kosnya. Xeno memang akhir-akhir ini sering keluar lebih pagi dari kos, tidak tahu apa yang pria satu itu lakukan. Tapi setahunya, Xeno sering pergi untuk mengurus ternak ayam samping kos mereka.

“Sedang mengurus ternak ayam milik Pak Xavier, kali.” Ia menggulung lengan jaketnya. “Katanya, lumayan buat nambah-nambah penghasilan dari mengurus ternak ayam.”

“Wah! Bagus, dong!” Sang tetangga turut senang. “Xeno sekarang sudah bisa cari uang sendiri. Tapi, kau yakin membiarkannya untuk kerja serabutan, mengingat orangnya aneh begitu?”

Benar juga kata tetangganya. Dia memang sering kepikiran tentang Xeno. Xeno tipikal pria yang aneh dari pria-pria sebayanya dan dulu sering membuat masalah di area bawah walau tanpa disengaja.

“Tak apalah.” Dia mengibaskan tangannya di depan, terlihat enteng menanggapinya. “Dulu waktu membantuku angkut-angkut karung di toko Pak Lou, dia yang paling banyak angkat karung dalam sekali angkat.”

Lihat selengkapnya