Gadis Berhati Malaikat

Ardita
Chapter #1

Chapter 1 - Mutiara Kecil

Ketulusan seseorang dilihat dari seberapa seringnya dia membantu orang lain tanpa pamrih.

-Gadis Berhati Malaikat-

°°°

Semua yang terjadi di dunia ialah kehendak Allah, Allah yang mengatur segalanya, Allah yang mengatur kehidupan seorang hambanya. Bahkan Allah mengaturnya sebelum kita dilahirkan di dunia.Termasuk kehidupan Davina, walau hidupnya dibilang susah, tapi Davina harus tetap bersyukur, ia masih bisa makan walau hanya nasi dan kerupuk saja. Tidak apa-apa yang terpenting Davina masih bisa melihat ibunya makan dengan lahap.

"Ibu, Davina pergi kerja dulu ya. Ibu sehat-sehat di rumah," sebelum melangkahkan kaki keluar, Davina mencium telapak tangan Fatimah dan beralih mencium pipi kanan dan kirinya.

"Hati-hati Nak," ucap Fatimah sembari membelai pucuk kepala Davina yang terbalut hijab.

"Iya Bu, Davina pergi ya assalamuallaikum..." wanita itu membawa alat kerjanya, seperti; sikat sepatu, semir kiwi dan kain lap. Lalu ia berjalan keluar rumah dengan mulut kumat-kamit berdzikir. Dzikir itu sederhana, tapi pahala yang didapat luar biasa.

Sepanjang perjalanan Davina tidak lupa untuk tersenyum dan menyapa orang-orang yang lewat. Malam tadi hujan lumayan deras mengakibatkan jalanan becek, Davina harus hati-hati agar tidak terkena becekan itu. Tiba-tiba mobil berwarna merah melaju kencang sampai kotoran itu mengenai bajunya.

"Astagfirullah, yah jadi kotor deh bajunya," kalau sudah begini Davina harus pulang ke rumah dan mengganti bajunya.

Davina melihat mobil ber-plat B 0202 itu melaju kencang tanpa meminta maaf padanya. Huh? Orang kaya memang selalu gitu ya?

"Astagfirullah gak boleh suudzon Vin, positif thinking orang itu sedang buru-buru," ujarnya lagi.

Davina meneruskan perjalanannya menuju perkantoran Anugerah tanpa menghiraukan bajunya yang sedikit kotor. Kalau pulang ke rumah pasti dia telat, jadi ia memilih untuk tetap bekerja, demi ibu.

"Nak tukang semir ya? Bisa tolong semirin sepatu Bapak?" tanya seorang pria paruh baya.

"Ah iya Pak, boleh-boleh," Davina tersenyum ramah sembari menyiapkan alat-alatnya. Lalu ia menyemir sepatu pria itu dengan telaten.

"Sudah Pak."

Pria itu tersenyum sembari mengeluarkan selembaran uang 50ribuan dan meyodorkannya ke arah Davina, "Nih uangnya, terima kasih Nak."

"Maaf Pak, ada uang kecil? Saya gak punya kembalian."

"Ambil aja gak pa-pa."

Davina tersenyum hormat, "Maaf Pak bukannya saya menolak rezeki, tapi nyemir sepatu ini hanya 10 ribu. Jadi saya akan ambil uang sejumlah itu," jeda beberapa detik Davina melanjutkan bicaranya, "sebentar ya Pak saya tukarkan uang dulu."

Melihat betapa tulusnya hati Davina, pria itu tersentuh bahkan tertohok. Selama ini dia sangat jarang melakukan kebaikan kepada orang lain.

"Nak ambil aja gak pa-pa. Bapak ikhlas kok."

Dari tatapan mata pria itu terlihat ketulusan yang mendalam.

"Ta-ta-tapi....."

"Gak pa-pa. Besok-besok Bapak nyemir di kamu lagi."

"Bener Pak?" Davina tersenyum canggung.

Sedangkan pria itu mengangguk mantap.

"Ya Allah, terima kasih banyak Pak. Semoga Allah melipat gandakan rezeki Bapak," doa Davina.

"Aamiinnn Ya Allah. Nama kamu siapa?" tanya pria itu lagi.

"Davina Angelin, nama Bapak siapa?"

"Hilman Anugerah."

°°°

Seratus dua puluh ribu, penghasilan Davina hari ini. Sungguh ini pertama kalinya Davina mendapatkan uang melebihi puluhan ribu, biasanya paling besar lima puluh ribu sampai enam puluh ribu. Ia benar-benar bersyukur dipertemukan oleh Pak Hilman, seorang pria paruh baya yang sangat baik kepadanya. Pak Hilman mempromosikan pekerjaannya kepada karyawan kantor. Alhasil tujuh orang datang kepadanya untuk menyemir sepatu. MasyaAllah begitulah nikmat bersyukur, kalau kita bersyukur Allah akan menambahkan nikmat hidup kita.

Hari sudah mulai sore, Davina bergegas untuk kembali ke rumah. Karena hari ini ia sedang berhalangan shalat jadi Davina memanfaatkan waktu haid nya dengan bershalawat Nabi.

Rasuullah SAW bersabda, "Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali." (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).

Davina menyebrangi jalan raya ketika lampu lalu lintas berwarna merah, itu tandanya para pejalan kaki diharapkan untuk menyebrang jalan. Tiba-tiba mobil berwarna merah melaju kencang hampir menabrak dirinya, tapi sepertinya pengemudi membanting stir yang mengakibatkan mobil itu menabrak pembatas jalan.

"Astagfirullah Ya Allah!" pekik Davina, lalu ia berlari menghampiri mobil itu.

Lihat selengkapnya