KLINING-KLINING
Bel sekolah berbunyi.
“Anak-anak sudah waktunya kita pulang, besok jangan lupa ulangan matematika bab 3 ya, belajar yang rajin di rumah.”
“BAIK BU ANGGUN!” sahut anak-anak berseragam putih merah bersemangat, mereka segera memasukkan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas punggung bergegas pulang.
Ada satu anak perempuan menghampiri mejaku.
“Bu Anggun lihat tas baruku, kemarin Ayah membelikannya sebagai hadiah ulangtahunku!”
“Wow cantik sekali tas barumu Putri! Frozen Disney ya! Selamat ulang tahun ya nak!”
“Frozen kesukaan saya Bu, saya juga mempunyai kostum Elsa!”
“Ibu juga punya cap bergambar Frozen loh, kalau Putri besok ulangan matematikanya 100 nanti Ibu berikan cap Frozen di kertas ulangan Putri ya!”
“Asik! Janji ya Bu! Putri akan belajar giat hari ini buat ulangan besok! Dah Ibu, Putri pamit dulu!”
“Sampai ketemu besok Putri!” Kulambaikan tanganku, Putri berlarian ke arah pintu keluar kelas. Putri merupakan anak yang paling pintar di kelas 2 Sekolah Dasar Bintang Harapan, anaknya riang, wajahnya lucu. Putri adalah murid kegemaranku.
Sebelum sempat keluar kelas, seorang anak laki-laki menghampiri Putri dan menarik kunciran kuda rambut Putri.
Putri kaget ada yang menarik rambutnya dari belakang, kepalanya tertarik kebelakang, mukanya merah karena kesal, tak lama ia menangis.
Aku segera menghampiri Putri dan anak laki-laki nakal yang bernama Elang.
"Putri, jangan menangis ya." Kuelus-elus kepala putri dengan lembut.
“Elang kenapa kamu menarik rambut Putri?” tegurku tegas.
“Soalnya Putri selalu mendapat nilai 100 sedangkan aku selalu mendapat nilai 50 Bu, ini tidak adil!”
“Lang, Putri mendapat nilai 100 karena ia selalu belajar sebelum ulangan. Apakah kamu suka belajar sebelum ulangan?”
Elang menggelengkan kepalanya, “Belajar tidak asik Bu! Lebih baik aku bermain bola!”
“Kalau bagi Elang belajar itu tidak asik, coba bayangkan betapa tidak asiknya Putri belajar berjam-jam seharian di rumah, ia mengorbankan waktunya untuk tidak bermain agar nilai ulangannya bagus. Apakah sekarang kamu masih merasa tidak adil?”
“Tidak Bu.” Elang mulai menyadari kesalahannya.
“Lang, Putri sangat menyukai Frozen, kalau kamu suka apa?”
“Aku suka Batman Bu!”
“Lang kalau hari ini kamu belajar rajin untuk ulangan matematika besok dan mendapat nilai diatas 50, Ibu akan memberikan cap bergambar Batman di kertas ulangan kamu, bagaimana?”
“Beneran Bu??? Kalau begitu, hari ini Elang akan mencoba belajar dan tidak bermain bola.”
“Bagus sekali semangatnya Lang! Nah, karena tadi kamu sudah menarik rambut Putri, ayo sekarang minta maaf sama Putri ya.”
“Put, maaf ya.” Elang mengulurkan tangannya.
“Ya, lain kali jangan tarik rambutku lagi, janji?” Putri membalas salaman Elang.
“Iya janji.”
Aku tersenyum puas melihat Elang dan Putri berdamai.
Ruangan kelas telah kosong, anak-anak telah pulang semua, aku berjalan menuju ruangan guru.
Sesampainya di ruangan guru, kusegera duduk di mejaku dan mempersiapkan soal ulangan matematika besok.
Seorang pria menghampiriku, “Gun, mau pulang bareng? Kebetulan hari ini saya membawa mobil.”
Pria itu adalah Dimas, guru olahraga di Bintang Harapan yang juga merupakan tetanggaku. Dimas sudah lama menyukaiku, tapi aku hanya menganggapnya sebagai teman tidak lebih.
“Terima kasih tawarannya Mas, tapi aku masih mau membuat soal matematika buat ulangan anak-anak besok, aku pulang sendiri saja.”
“Baiklah kalau begitu, aku pulang duluan ya Gun.”
Kulihat sosok Dimas keluar dari ruangan guru, kumenghela nafas. Entah sampai kapan Dimas akan selalu mengejarku. Dimas sudah berkali-kali menyatakan perasaannya, tapi selalu kutolak dengan halus. Ia selalu berkata bahwa aku adalah cinta pertamanya dan ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan hatiku.
♥