Pertengkaran selalu terjadi di dalam rumah, padahal rumah semestinya menjadi tempat teraman dan ternyaman. Namun kali berbeda, rumahku menjadi tempat paling kejam dan mencekam. Tak kenal waktu; pagi, siang ataupun malam sama saja. Selalu ada percikan api yang membakar emosi hati manusia di rumah ini.
Sudah tak terhitung berapa tetes air mata yang terlahir dari setiap pertengkaran. Suara keras serta jeritan lantang yang mengagetkan para tetangga, sudah menjadi tabuh. Hampir sembilan tahun berlalu. Selama itu juga batin manusia lemah di rumah ini tertekan. Hingga mama jatuh sakit. Didiagnosa mengidap penyakit tumor, sehingga harus dioperasi.
Sebelum hari kelulusanku tiba dari Sekolah Menengah Kejuruan, kondisi mama belum bisa ku tinggalkan. Tapi aku ingin kuliah, walaupun kekurangan dana. Aku percaya dimana ada kemauan, disitu ada kemudahan. Aku diambang kebingungan. Antara pergi atau bertahan, tak ada yang mudah ku lakukan.
Biasanya arah angin selalu memihakku, tapi kini ia seakan melawanku. Aku harus kuat untuk mentang arah angin ini dan menciptakan arah angin hidupku sendiri.
"Masalah membuatmu tahan banting untuk menentang arah angin".