Kilas Balik Angin

Winda Azhari Pasaribu
Chapter #2

Pertengkaran #2

Ba'da Isya di malam itu, perut mama yang besar terasa sakit. Mungkin sudah waktunya dedek bayi lahir. 

“Owek, Owek, Owek...”,

Setelah dua jam bersama sakit yang dirasa mama, akhirnya suara tangisan bayi terdengar dari dalam rumah. Aku beserta dua saudara laki-laki bergegas lari ke dalam. Bayi perempuan dalam kondisi sehat, dengan berat sekitar 2,5 kg. Tapi sayang, malam itu kelahirannya tak didampingi oleh Ayah. Terpaksa kakek sebelah rumah yang melaksanakan tugasnya.

Empat tahun telah berlalu...

Sejak malam itu Ayah berubah. Ia sering pulang malam, mabuk-mabukan bahkan sampai berjudi. Malam ini mama tau, bahwa Ayah telah main perempuan. Ia bahkan tak pulang dalam beberapa waktu, tak memberi kami nafkah. Hingga mama yang harus mengambil alih tanggung jawab Ayah. Kini Mama juga menjadi Ayah bagi kami.

“Assalamu’alaikum”, ujar Ayah. Sekitar satu Minggu sudah Ayah tak kembali ke rumah. Aku bahkan sempat lupa kapan ayah terakhir kali bersama kami.

“Wa’alaikumsalam, ngapain pulang lagi? Tak butuh lagi kami samamu. Pergi kau! Jangan anggap ini rumahmu lagi. Sanggup kau meninggalkan anakmu demi perempuan lain. Pergi kau! Pergi!”, ujar Mama dengan nada keras.

 “Apanya kau? Orang baru pulang kok dimarahi. Mau pulanglah aku, mau jumpa sama anakkulah aku “, jawab Ayah seolah tak bersalah.

“Alah, pulanglah kau ke rumah perempuan itu! Tak rumahmu lagi ini. Tak ada lagi anakmu disini”, ujar Mama. Emosinya sedang tak stabil, ia marah, tapi matanya berkaca-kaca, itu artinya ia sangat kecewa.

Lihat selengkapnya