Cowok bertubuh tegap berjalan menuju sisi lapangan. Ia baru saja mengakhiri permainan basketnya bersama timnya. Latihannya menjadi lebih rutin karena akan di adakan lomba sebentar lagi. Ia mengambil tasnya dan menuju ruang ganti pakaian.
Selesai berganti pakaian, cowok berpostur tinggi itu yaitu Angkasa segera menuju parkiran untuk pulang. Angkasa memakai helmnya kemudian melajukan motornya ke jalan raya. Seperti biasanya Angkasa selalu membawa motor dengan kecepatan tinggi.
Angkasa menurunkan kecepatannya menjadi sedang, ia bingung karena kendaraan mobil di depannya itu tidak jelas arahnya. Saat Angkasa ingin ke arah kanan, mobil itu seperti akan ke arah kanan juga, begitu pun sebaliknya. Saat Angkasa memaksakan ke arah kanan, mobil itu pun sama hingga mengerem mendadak hingga motor Angkasa tertabrak.
"Sialan!" umpat Angkasa, baru kali ini ia bertabrakan dengan mobil. Memang tidak terjatuh ataupun semacamnya. Justru Angkasa turun dari motornya dan menghampiri si pengemudi mobil tersebut.
"Keluar lo!" ucap Angkasa berdiri di dekat kaca mobil tersebut.
Si pemilik mobil mengigit bibir bawahnya, ia dengan perlahan membukakan kaca mobilnya hingga mendapati cowok beralis tebal alias pemilik motor yang di tabraknya. "Eh? Lo gak apa-apa?"
"Pantesan yang nyetirnya cewek! Lo kalau gak bisa gak usah bawa mobil, bisa celakain orang lain!" Angkasa memberi peringatan pada cewek itu, padahal jika si pemilik mobil ini cowok bisa saja Angkasa sudah memukulnya. Mengingat bahwa Angkasa itu kapten basket sekaligus ketua geng di sekolah.
"Gue baru belajar," ungkap cewek itu dengan jujur.
"Gak pantes lo bawa mobil, gak usah gaya!" ucap Angkasa dengan sinis.
"Lah? Kok gitu? Suka-suka gue kali kalau mau belajar mobil atau enggak!" kata cewek itu tak mau kalah.
"Terserah! Tapi gue cuma mau bilang, lo gak akan tenang karena udah berbuat ulah sama gue!" Setelah mengucapkan itu, Angkasa pergi dengan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Sedangkan cewek itu hanya menghela nafasnya lalu melajukan mobilnya dengan hati-hati.
* * *
Malam ini, teman-temannya akan menginap di rumah Angkasa karena kedua orang tuanya pergi ke rumah neneknya di Jakarta. Angkasa sudah mengeluarkan semua makanan dan minuman untuk teman-temannya. Ia mengecek ponselnya yang hanya ramai karena grup. Sudah lama ini tidak ada yang mengisi hatinya setelah seseorang yang meninggalkannya.
"Angkasa! Main yuk!" Fabian berkata dengan nada seperti anak kecil yang mengajak main.
Fabian melangkah masuk duluan lalu di susul ketiga temannya. "Sa! Main yuk!"
"Ini udah main, kan?" Angkasa menatap Fabian yang kadang tidak jelas jika berbicara.
"Gak asyik lo!" balas Fabian pada Angkasa.
"Udah, Sa, gak usah di ladenin," timpal Dirga melirik Fabian.