Angkasa turun dari mobilnya dengan kacamata hitam bertengger di ujung hidung mancungnya. Sudah lama ia tidak ke tempat ini. Angkasa menatap nisan itu, berjongkok di samping makam. Angkasa memegang erat nisannya lalu mengusapnya. Makam ini terlihat bersih, sepertinya petugas makam di sini selalu membersihkannya.
"Cel, gue masih gak nyangka lo bakalan pergi secepat itu," ujar Angkasa sambil menatap nisan yang bertulisan 'Marcel Aldriano Bagaskara'. Ya, itu adalah kakak kandung Angkasa yang meninggal beberapa tahun yang lalu.
"Lo harusnya tahun sekarang masuk kuliah dan gue bakalan di sibukkan ujian," katanya lagi.
"Lo selalu dateng di mimpi gue, lo kangen gue, kan?" Angkasa terkekeh, ia merasa dirinya miris sekali.
Setelah beberapa lama kemudian, Angkasa berdiri menatap lagi nisan tersebut sebelum meninggalkan area pemakaman. Angkasa tersenyum tipis lalu kembali memakai kacamata hitamnya yang tadi sempat di buka. Di jalan, Angkasa mendapatkan pesan untuk menjemput mamanya di mall.
Semenjak kepergian kakaknya, mamanya selalu perhatian pada Angkasa. Sementara papanya itu sibuk kerja dan sekalinya ada pun tetap jarang komunikasi. Angkasa sampai di mall dan ia harus mencari mamanya itu.
Angkasa berjalan santai, di luar sekolah pun ia menjadi sorotan. Angkasa pernah di tawari mamanya untuk menjadi aktor, tapi ia tidak mau. Angkasa ingin menikmati masa SMA-nya. Angkasa sudah kelas 12, tapi ia masih belum memikirkan tujuannya ke mana.
Langkah Angkasa terhenti saat ia melihat seseorang yang tak asing baginya. Angkasa mendekat lalu ia baru mengenalinya. Ternyata itu Shakira yang sedang memilih baju. Angkasa tersenyum jahil, ia melihat tali sepatu cewek itu lepas.
Saat Shakira akan melangkah, dari belakang Angkasa menginjak tali sepatu Shakira yang membuat cewek itu terjatuh. Shakira meringis lalu menengadahkan kepalanya menatap Angkasa. Shakira mendengus sebal, pasti ini gara-gara Angkasa.
"Lo emang jahat!" cibir Shakira, ia berdiri namun sial kakinya menginjak lagi tali sepatu milik dirinya sendiri.
Angkasa mengulurkan tangannya dan menangkap tubuh Shakira yang hampir jatuh. Jarak wajah mereka begitu dekat dengan pandangan yang saling terpaut satu sama lain. Shakira dapat merasakan hembusan nafas Angkasa. Lagi-lagi jantung Shakira berdetak lebih cepat membuat suara dari jam tangannya.
Shakira dan Angkasa sama-sama memalingkah wajahnya. Shakira diam-diam menahan malunya sambil memegang jam tangannya. Sementara Angkasa terdiam karena kedua kalinya menatap Shakira begitu dekat. Angkasa dapat melihat bulu mata Shakira yang sangat lentik.
Keduanya gengsi untuk berbicara duluan, padahal hati dan pikiran Angkasa ingin berkata. Bahkan Angkasa jadi teringat perkataan Dirga untuk meminta maaf pada Shakira. Apa ini waktu yang tepat?
"Sha, kamu gak apa-apa?" Mamanya baru saja selesai dari toilet dan mendengar jam tangan Shakira masih berbunyi.
Shakira langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Gak, kok, Ma. Ayo kita pulang!"
"Tante," sapa Angkasa dengan sopan saat mamanya Shakira menatap Angkasa.