Shakira masuk rumah sakit lagi, obat-obatnya selama ini tidak ada perubahan apapun. Kedua orang tua Shakira terus mengatakan untuk segera operasi. Namun dokter bilang sulit menemukan donor jantung karena jantungnya harus sesuai tubuh Shakira bahkan golongan darah yang harus sama.
"Lalu kapan putri saya mendapatkan donor jantung, dok?" tanya Eriska kepada dokter tersebut.
"Saya akan berusaha terus mencari pendonor jantung yang tepat, kemarin baru saja ada yang meninggal dan saya memeriksa jantungnya tapi tidak sehat, itu artinya tidak cocok untuk Shakira," ujar dokter tersebut.
Eriska dan Arsen memilih masuk ke dalam ruangan dan menatap putrinya itu yang terlelap. Shakira adalah anak satu-satunya dari Eriska dan Arsen. Orang tua mana yang tidak sayang kepada anaknya, semua orang tua ingin anaknya yang terbaik. Tetapi memang berbeda-beda cara orang tua mendidik anaknya.
Satu jam kemudian, Shakira sudah sadar. Ia harus di rawat untuk beberapa hari ke depan. Bagi Shakira, rumah sakit itu sudah seperti rumah keduanya karena ia sering ke sini. Shakira juga lelah dengan semua ini.
Ia melihat mamanya keluar lalu tatapannya beralih kepada seseorang yang baru saja masuk.
"Sha, kamu udah baikan?" Dava, cowok itu duduk di kursi samping tempat tidur sambil matanya menatap Shakira.
Shakira menghela napasnya. "Kamu bisa liat sendiri."
"Sha, aku tadi di telpon sama mama kamu terus aku ngebut ke sini," ujar Dava dengan nada lembut.
"Aku gak suruh kamu ke sini, kok," balas Shakira.
"Kamu gak suruh, aku bakalan datang untuk kamu," ucap Dava lalu tangannya terulur untuk menggenggam tangan Shakira.
Jujur, Shakira merasa sedih. Ia memang dapat melihat ketulusan dari Dava. Tapi cowok itu salah besar.
"Sha, tatap aku," kata Dava lalu mencium tangan Shakira.
"Lepasin, Dav," ujar Shakira menepis tangan Dava.
"Kamu kenapa, hm?" tanya Dava bingung pada Shakira.
"Dav," panggil Shakira akhirnya menatap Dava.
"Kenapa?" Suara Dava begitu lembut.
"Kita putus ya." Ucapan itu terlontar dari mulut Shakira, ia memang sudah memikirkannya sejak tadi.