"Diam-diam berkencan di perpustakaan. Gimana menurutmu, Ran?" seorang siswi bernama Sesyl mulai berbisik sambil sedikit menyenggol siku temannya yang bernama Rania di sampingnya.
"Apa?" Rania yang belum langsung paham dengan arah pembicaraan tersebut, menimpali dengan pertanyaan pula.
"Tuh, liat. Romantis ato norak?" lanjut Sesyl sambil ekor matanya menunjuk ke pasangan siswa-siswi yang nampak asyik dengan dunia mereka sendiri, mengabaikan yang sekitarannya.
"Mulai usil deh, Sesyl." Rania yang menangkap arah pembicaraan tersebut langsung memotong ucapan gadis berambut sebahu tersebut dengan kalimat pendek.
Gais bernama Sesyl tersebut nampak memandang temannya itu dengan tatapan yang agak susah untuk diartikan.
"Lo normal kan, Ran?" ucapan yang lantas keluar dari mulut Sesyl tiba-tiba setelah usai diam beberapa saat.
Sejenak Rania hanya memandangi temannya yang memang terkesan konyol tersebut tanpa sepatah kata pun keluar.
"Lo kan cantik, Ran. Kenapa lo nggak pacaran? Pasti banyak cowok yang mau rebutan jadi pacar lo." Terang Sesyl kemudian.
"Berisik banget ya lo, Syl." Gadis berambut panjang, berkulit bersih dengan proporsi wajah menggemaskan tersebut menimpali sambil mengisyaratkan temannya tersebut untuk mulai diam.
"Kenapa lo nggak pacaran, Ran?" Sesyl nampaknya belum puas tak mendapat jawaban atas pertanyaannya barusan.
"Gue pikir kita ke sini mau belajar ya, Syl? Mau mojok buat ghibah ternyata ya?" Rania balik bertanya sambil takut-takut memandang sekitar, kali aja keributan kecil yang mereka timbulkan mengganggu orang sekitar.
"Gue cuma peduli sama lo ya, Ran. Masa muda nggak akan keulang kedua kali. Jangan terlalu keras sama diri lo sendiri, Ran. Lo juga butuh have fun." Terang Sesyl lumayan panjang lebar.
"Mas, mbak, kalo mau mesum bukan di perpus tempatnya. Lagian ajaib bener anak sekolah zaman sekarang ya." Tiba-tiba suara ibu paruh baya menegur pasangan siswa-siswi tadi lumayan memenuhi penjuru ruangan perpustakaan.
Pasangan siswa-siswi tadi hanya bisa menunduk, menghentikan aktifitas tangan mereka dari apapun yang sebelumnya mereka lakukan sebelumnya.
"Saya yang bertanggung jawab untuk menjaga perpustakaan tetap kondusif ya. Masalah ini nggak akan saya biarkan begitu saja ya." Lanjut ibu paruh baya tadi. Sejenak ruang perpustakaan didominasi nuansa hening yang lumayan canggung dengan insiden barusan.
"Maaf, Bu." Timpal pasangan siswa-siswi tersebut cukup takut.
"Ikut saya sekarang juga. Jangan buat masalah di sini. Buat yang lainnya, Ibu minta maaf sedikit ketidaknyamanannya ya." Putus ibu paruh baya tersebut sambil memastikan pasangan siswa-siswi tersebut mengikutinya di belakang, usai sempat menyapu pandangan ke penjuru ruangan.
Tak lama suasana canggung barusan agak kembali seperti semula, orang-orang mulai sibuk kembali dengan buku mereka usai ibu paruh baya dan pasangan siswa-siswi tersebut keluar dari ruangan perpustakaan.
"Having fun, huh?" dengan nada agak mengejek Rania berbisik pada Sesyl yang masih terdiam belum memulai percakapan.
"Well, mungkin saja itu tadi agak keterlaluan sih, Ran. Tapi memang begitu kan namanya anak muda?" bayangan kelebatan pasangan muda-mudi lumayan mesum tadi kembali bergelayutan. Tadinya mereka dan beberapa orang di sekitaran barangkali mau berusaha mengabaikannya begitu saja. Namun ternyata ibu pengurus perpustakaan turun tangan tak mau tinggal diam.
"Konyol, ah. Masa muda nggak harus segitu bermasalah juga kali."
"Gue juga nggak nyuruh lo cari masalah kali, Ran. Cuma ya agak heran aja, lo ini pasti banyak yang suka, tapi lo malah menutup diri gitu. Cobalah agak terbuka soal urusan hubungan lo, Ran." Sesyl masih terus panjang lebar menimpali.