"Hei, Asa. Gue boleh duduk di sini?" Shelma, seorang cewek kenalan Asa dari kelas lain tiba-tiba saja mendekat ke bangku kantin miliknya, meminta izin untuk bergabung.
Sejenak Asa masih terdiam, barangkali hal tersebut nampak cukup tiba-tiba baginya.
Namun toh, nampaknya Shelma tadi hanyalah berbasa-basi semata. Gadis dengan rambut panjang cukup bergelombang tersebut sudah mendaratkan dirinya duduk di dekat Asa.
Nampak tak jauh dari bangku kantin yang ditempati Asa serta Shelma juga ada geng Rania serta Sesyl tengah menikmati istirahat mereka dengan mengudap beberapa makanan.
"Hai, Shel." Sapa Asa lumayan kikuk, disertai senyuman.
"Em, gue kapan hari ketemu sama Chilla loh. Lucu banget. Rambutnya dikuncir, katanya dapat hadiah pita dari om Asa, gitu." Shelma masih meneruskan ceritanya cukup panjang lebar.
Sejenak membuat Asa buru-buru mencerna kalimat cukup panjang tersebut. Kemudian entah dari mana tawa Asa terbit saat itu juga.
"Dih, ketawa." Timpal Shelma cukup singkat melihat respon lawan bicaranya tersebut.
"Baru tahu gue lu perhatian amat jadi Om. Segitu niatnya." Senyum Shelma terbit kala mengatakan hal tersebut.
Asa dan Shelma bukanlah teman sekelas. Namun mereka berdua saling kenal lantaran rumah keluarga Shelma cukup berdekatan dengan rumah mas Bayu, kakak Asa.
"Lu belikan ponakan lu jepitan rambut?" iseng tanya Shelma kembali memastikan.
"Bukan gue sih." Cukup spontan Asa menjawab.
Shelma yang mendengarnya agak terdiam sejenak, dengan tatapan yang agak sulit diartikan.
"Maksudnya?"
"Bukan gue juga yang milihin." Asa mencoba meralat sekaligus menjelaskan ucapan spontan miliknya sebelumnya tersebut.
"Siapa dong?" Shelma nampak masih mengejar jawaban.
"Ada, seseorang." Jawab Asa nampak cukup misterius. Ada jeda sesaat sebelum dia menjawab hal tersebut.
Asa sempat sedikit curi pandang ke arah Rania yang duduk di seberang tak cukup jauh dari bangku kantin yang didudukinya tersebut.
Barangkali sedikit ada keraguan tentang apa yang seharusnya dikatakannya saat itu. Bahwa Rania sebenarnya yang memilihkan jepit rambut tersebut di tempat bapak penjual mainan anak yang mereka sempat temui di pemberhentian lampu merah kapan hari itu.
"Kenapa muka lu jadi tegang begitu?" tak jauh dari tempat Asa serta Shelma duduk, Sesyl mulai tak mau tinggal diam. Cewek tersebut mulai berbisik mode interogasi pada sahabat baiknya tersebut.
"Apaan sih? Biasa aja gue." Agak gelagapan Rania menjawab pertanyaan Sesyl yang tiba-tiba tersebut.