ANGKASA untuk RANIA

Fenny C Damayanti
Chapter #6

Kertas Putih Bernama Chilla

"Duh. Siapa ya?” kalimat pertama yang langsung keluar begitu saja dari mulut Asa. Tentu saja dia hanya bercanda.

Seorang gadis kecil yang barangkali saja sudah akan menginjak 4 tahun bernama Chilla tersebut mendadak menghantikan langkah kecilnya.

Padahal beberapa detik sebelumnya gadis kecil tersebut nampak cukup antusias bangkit dari pangkuan sang ayah di bangku taman yang tengah mereka duduki sore tersebut.

Di lain sisi Asa justru menahan taanya agar tak meledak, mengamati respons spontan gadis kecil tersebut.

“Siapa ya? Kok Om bisa jadi pangling gini ya?” tak menunggu aba-aba lanjutan, Asa memeluk serta mengangkat atau menggendong gadis cilik tersebut.

“Duh. Berat juga ya? Coba bilang sama Om lagi, siapa ceek cantik ini namanya? Huh?” gadis cilik tersebut sudah berada dalam dekapan Asa. Mata beningnya berbinar, senyum kecilnya sudah mulai nampak malu-malu. Dia hanya pasrah saja, tak berniat meronta sedikit pun.

“Chilla, Om. Kok nggak jaab sih. Diem aja, Chilla?” mas Bayu alias ayah Chilla justru membantu putri kecilnya tersebut membalas pertanyaan basa-basi dari Om-nya tersebut.

Barangkali bukan hal yang berlebihan jika Asa serasa dibuat meleleh oleh gadis cilik bernama Chilla tersebut. Gadis dengan binar mata cemerlang, mulut serta hidung menggemaskan, berpadu dengan kulit lembut serta tak ketinggalan pula sepasang lesung pipit yang nampak sempurna.

Sore tersebut Chilla juga mengenbakan pita rambut yang diberikan oleh Asa. Dengan aksen hiasan besar bernuansa gold.

Sementara layaknya oiutfit orang dewasa saja, Chilla memakai celana berbahan jeans dengan kaos santai berarna gelap. Namun ada aksen kartun di bagian depan kaos yang dikenakannya tersebut. Nampaknya gambar kartun dinosaurus.

Dengan Chilla yang nampak masih cukup diam dan malu-malu tersebut, justru membuat Asa semakin semangat mengganggu bocah tersebut. Makin digelitikinnya perut Chilla. Mmebuat taa gadis kecil tersebut [evcah menggema.

Sesekali Asa menciumi bocah menggemaskan tersebut. Meski tidak terlampau sering bertemu juga namun nampaknya Asa masuk tipikal orang yang cukup serasi untuk membaur dengan anak-anak. Tak sedikitpun Chilla merasa kurang nyaman dengan tingkahnya teresebut.

“Sudah lama, Mas?” sapa Asa kemudian sambil menyusul duduk di bangku taman tersebut. Chilla masih berada dalam pangkuannya.

“Belum sih. Nih si tuan putri minta ketemu sama on Asa, kangen katanya. Sekarang aja pake sok malu-malu.” Terang Bayu blak-nlakan saja.

“Bener klangen sama om Asa? Masa sih? Bohong ya? Coba cium Om sini kalo emang kangen?” Asa masih terus mengusili bocah tersebut. Sambil mulai agak menyoidorkan pipinya.

Aalnya Chilla cukup sok bvergeming juga, namun aplaah daya pada alkhirnya bocah tersebut menuruti permintaan Omnya tersebut juga. Ditingkahi dengan senyuman juga.

“Duh, manisnya keponakan Om ini. Eh, tapi Chilla mau makan juga ya? Udah mau ditemenin sama suster ya?” Asa sejenak menghentikan aktifitasnya menjahili Chilla.

Lihat selengkapnya