Aku membungkuk, mengambil kertas robekan itu dan aku langsung tahu bahwa kertas itu memang merupakan robekan dari jurnal tersebut. Mataku langsung dengan cepat bergerak menelusuri tulisan tangan Hilda.
sejak dulu dia memang membenciku karena satu hal. Sesuatu yang sejak dulu sudah mungkin sudah sering dia katakan padaku. Tapi aku sendiri terlalu takut untuk bisa memahaminya.
Sampai detik ini, aku masih berpikir bahwa semua yang dikatakan Sarah tentangku memang benar. Semuanya.
Dia benar saat menyebutku bodoh, gadis tidak berguna dan pelacur.
Aku bodoh karena membiarkan pria itu menghancurkan hidup keluargaku dan aku sama sekali tidak berusaha melawan sedikit pun. Aku bodoh karena telah menyerah duluan dan membiarkan semua pikiran seisi kota ini merasukiku. Pria itu seperti Tuhan di kota ini dan kami hanya budak yang terus menempel di kakinya, menunggunya memberikan sesuatu ke mulut kami.
Pak Rey.
Reyhan Waksono.
Ayah kandung Sarah.
Dia Tuhan di kota ini.
Dulu, saat dia pertama kali mengunjungi kami, aku begitu mengaguminya dan menjadikannya sebagai pengganti Ayah. Aku pernah berkata pada Ibu bahwa Pak Rey benar-benar mengingatkanku pada Ayah karena setiap berkunjung ia selalu sempat bermain dan bercanda gurau denganku.
Aku tidak tau kedatangan Pak Rey ke rumahku justru menjadi bibit kehancuran hidupku dan keluargaku.
Aku tidak tau ternyata kedatangannya justru membuat Sarah mulai membenciku dan selalu berusaha menyampaikan hal itu padaku secara langsung dengan sangat jelas.
Sarah hanya mencintai ayahnya, sama seperti aku mencintai ayahku. Dan aku lupa dengan hal itu. Dia membenciku karena perlakuan ayahnya kepadaku. Tapi aku juga yakin dia akan semakin membenciku jika aku melakukan perlawanan dan membeberkan semua perlakuan ayahnya pada dunia.
Sarah akan selalu membenciku. Dan rasa benci itu tidak akan hilang, justru malah akan semakin besar.
Dan aku tau dia menginginkan kematianku.
Sampai sekarang aku masih mengingat jelas kejadian di danau sekalipun sudah lewat bertahun-tahun sejak kejadian itu. Sarah berkata padaku bahwa aku adalah anak pelacur. Dan aku sadar sejak saat itu ia sudah mengetahui bahwa ibuku adalah pelacur ayahnya. Matanya saat itu menatapku dengan jijik, seolah aku adalah manusia yang lahir dari sesuatu yang menjijikan dan pantas untuk dilenyapkan.
Jadi dia mendorongku jatuh, sekali pun dia tau bahwa aku tidak pernah mengikuti kelas renang selama ini.
Dan setelah itu aku terus menanti dengan ketakutan setiap kali Sarah mendekatiku. Sekali pun dia dan seisi kota ini mulai memperlakukanku seperti tidak pernah ada di dunia ini. Di hatiku yang paling dalam, aku masih bisa merasakan bahwa Sarah masih membenciku. Sekalipun saat itu aku masih belum tau alasannya.
Begitu tangan kotor pria itu menyentuh badanku, aku langsung bisa membayangkan berapa besar rasa benci Sarah padaku. Dan aku bisa membayangkan betapa keinginannya untuk melenyapkanku kini semakin besar.
Tapi kali ini aku tidak lagi takut.
Karena aku sendiri juga menginginkan hal itu terjadi.
Aku tau malam ini Sarah akan membunuhku.
Beberapa minggu terakhir ini, aku selalu mendapati surat ancaman. Surat itu selalu muncul di loker pribadi kantorku. Dan isinya selalu sama.
‘Bunuh dirimu, atau aku yang akan membunuhmu’
Dan surat itu selalu dilumuri noda darah yang sudah mengering, tapi baunya tetap begitu menyengat hingga terus berbekas di dalam lokerku. Aku tau itu Sarah. Aku cukup tau karena tidak ada alasan lain orang lain menginginkan kematianku selain Sarah. Dan aku tidak yakin Pak Rey perlu membunuhku untuk menutup mulutku tentang semua hal yang dia lakukan padaku. Dia tau aku tidak akan berbicara. Dan dia tau semua orang kota ini tidak akan peduli sekali pun mereka semua akhirnya tau.
Aku tau itu artinya Pak Rey membiarkan Sarah membunuhku. Dan aku tidak terlalu terkejut betapa dia tidak peduli dengan nyawaku sedikit pun.
Awalnya aku berusaha berpikir itu hanya surat gertakan seperti yang biasa Sarah lakukan dulu padaku. Tapi semakin lama aku semakin yakin dia sungguh-sungguh.