Pada dasarnya Nesya bukan lahir di keluarga yang teramat religius. Parasnya memang ayu dengan sedikit rona serius karena senyumannya edisi terbatas.
Ditambah dengan penampilan terbarunya dari sebuah kacamata berbingkai perak hasil bernegosiasi dengan Bundanya.
"Bunda ngga berlebihan? Ternyata Bunda beli'in?" Nesya melotot sumringah.
"Bukankah seorang Ibu selalu memberi yang terbaik untuk putrinya?" Senyum menggoda khas Bunda tak luput dari wajahnya.
Wajah bundar mungil Nesya dipasangkan sebuah kacamata. Oleh Bunda.
Dua lensa bening dengan pengikat frame perak itu adalah reward atas kelulusan Nesya. Juga beberapa hijab segiempat aneka warna, kemeja dan celana panjang.
"Cuma gara-gara ngga nyontek dan ngga ikuti lembaga kursus?" Tanya Nesya masih tak percaya akan pernyataan Bundanya.
"Bukan 'cuma' atuh Teh, nilai standar mencukupi dan diterima di Kampus Negri satu-satunya di kota kecil ini."
Nilai yang sangat biasa itu dihargai dengan semangat yang seperti biasa_LUAR BIASAnya. Oleh Bunda.
"Bapa' udah tau Bun?" Nesya menjuruskan pandangan pada kantong plastik besar menggeletak di dekat kakinya. Dijawab anggukan Bunda. Plus senyum.
"Ya Allah! Nikmat-Mu mana lagi yang gagal Aku dustakan!" Imbuh Nesya lagi.