Satu tahun. Intens Ditra mendekati Nesya juga kedua orang tuanya. Menikah menjadi solusi bagi Ditra. Nesya menandatangani surat nikah. Kesalahan Nesya yang pertama, tidak pernah bertanya pada Ditra, apakah Ditra mencintainya? Nesya lalai, hanya karena sebuah statement "Aku akan menikahimu secepatnya." Nesya terlalu fokus pada ucapan "menikahimu" sehingga lalai dalam menginterpretasikan "secepatnya". Memangnya mau kemana Ditra?
Selanjutnya semua kegiatan dilanjutkan seperti wajarnya suatu pernikahan diadakan. Siapa laki-laki beruntung yang menikahi Nesya? Dia laki-laki biasa yang bisa jadi suaranya terkenal di setiap koridor kampus dan perkumpulan-perkumpulan eksistensial lainnya. Kecuali kantin. Yups. Lelaki itu salah satu yang menggerakkan kegiatan Radio Kampus. Bersama teman lainnya dari berbagai jurusan. Radio Kampus yang kata teman-temannya baru satu tahun berdiri sebelum Nesya menjadi mahasiswi Kampus itu. Tua dong? Beda usia sekitar satu setengah tahun. Itu relatif ya tua atau tidak tua. Kaka senior itu yang masuk kuliah lebih dulu dari Nesya, bahkan setelah setahun berkuliah, Nesya tidak pernah mengetahui ada seseorang bernama Ditra di kampus itu.
Pernikahan berlangsung luar biasa. Pantas saja ibu penata rias mengatakan bahwa menikah itu diibaratkan menjadi "Raja dan Ratu Sehari." Karena yang lebih dari sehari itu uangnya pasti tumpah-tumpah, balas Nesya. Wah, Nesya mulai bisa bercanda ya.
Adik laki-laki semata wayang Nesya langsung pulang begitu dikabarkan Nesya akan menikah. Adiknya tinggal di pulau Jawa bersama Eyank. Masih SMA. Meskipun Eyank tidak bisa hadir karena kesehatannya tidak memungkinkan, Nesya bersyukur Eyanknya tetap sehat sampai saat ini.
Ah, what a wonderful wedding day. Flowers, kindness people, smile, blessing. Dan ceremonial duet kultur. Sunda dan Jawa.