ANHEDONIA

Nesya Endah Rahayu
Chapter #18

KOLOSEBO

Minggu pagi yang akan menjadi cerah sepanjang hari ini. In Syaa'Allah. Terlihat tandanya dari kumpulan awan yang berwarna putih terang di langit. Juga diramaikan oleh celoteh sekumpulan anak-anak bersepeda ria mengelilingi perumahan daerah tempat tinggal Nesya. Perumahan asri dengan lebar jalan yang cukup untuk dua mobil besar. 

Nesya berdiri lunglai di teras samping rumah. Mata dan tubuhnya tidak terkoordinasi dengan baik akibat masih mengantuk. Semalaman tadi Nesya sibuk menyiapkan baju-bajunya untuk perkuliahan seminggu ke depan. Juga laporan praktikum yang dikumpulkan setiap hari Senin. Jangan lupakan juga Nesya ada janji jual jas laboratorium. Jahit sendiri, uangnya buat sendiri. Buat beli kuota, kata Bunda. Jadwal sudah tersusun untuk satu Minggu ke depan. 

Terlihat Bunda sedang menyirami tanaman-tanaman yang ditata sedemikian rupa sehingga tampil segar dipandang mata. Harum petrichor memecah indera pencium Nesya ketika menegakkan tubuhnya. Tidak turun hujan tetapi Bunda sudah "membanjiri" semua bagian tanah di halaman bagian depan. Nesya memanjakan paru-parunya dengan aroma geosmin perpaduan hujan buatan Bunda dan kegiatan bercocok tanam Bapa'. Terlihat didekat pohon mangga, Bapa' sedang menggali tanah. Menambahkan sekantong pupuk yang kemarin masih teronggok di pojok pagar. 

Sebuah lagu khas Jawa terputar di televisi. Rupanya Bapa' memutar tayangan Kidung Wahyu Kolosebo. Sebuah renungan yang dibuat oleh seorang remaja bernama Sri Narendra Kalaseba. 

Keren. Apa ya artinya? Pikir Nesya sambil melamun. Lamunan yang sangat jauh. Meresapi bait-demi bait.

Memuji ingsun kanthi suwito linuhung 

Saya memuji dengan menghadap maha tinggi

Segoro gando arum, suhrep dupo kumelun

Laut berbau harum seperti dupa semerbak

Tinulah niat ingsun, hangidung sabdo kang luhur 

Lihat selengkapnya