Ani-ani Metropolitan

Novi Wu
Chapter #3

Bagian 3




"Cepet-cepet banget, Bro? Mau lo bungkus? Kayanya dia masih...." Om Gerald tidak melanjutkan kalimatnya, ketika Samudra menatapnya tajam.



"Saya sudah pesan satu kamar. Ayo!" Pria itu mengulurkan tangan, dengan hati-hati gadis itu meraihnya dan berdiri.



"Nad... Semoga sukses." Amara membisikkan sesuatu, tapi Nada menggubris ucapan temannya itu, karena pikirannya fokus menatap punggung Samudra yang begitu tegap berjalan membelakangi dirinya.


Jantungnya dua kali lebih cepat, kedua melewati lorong panjang yang terdiri dari pintu-pintu kamar yang berjajar rapi, Nada tidak tahu kamar mana yang akan Samudra tuju, gadis itu hanya diam tidak mengucapkan sepatah kata apa pun. Hingga keduanya sampai di ujung lorong dengan pintu bercat cokelat bernomor dua ratus empat puluh satu. Samudra berhenti lalu menempelkan sebuah kartu, bersamaan dengan itu pintu itu terbuka dan memperlihatkan isi di dalam kamar hotel tersebut.



"Silakan masuk!" Tentu saja Nada tidak bisa menolak perintah dari calon om yang akan memelihara dirinya. Nada menarik napas panjang dan membuangnya perlahan hanya untuk mengurangi rasa grogi yang tercipta.



Ketika keduanya telah berada di dalam. Pria itu langsung duduk di atas sofa memerhatikan Nada yang berdiri tak jauh darinya. Nada bingung harus berbuat apa. Apakah dia harus langsung membuka baju atau apa? Tapi dia tidak mau memulai semuanya lebih dulu. Lagi pula ini baru pertama kali Nada lakukan sepanjang hidupnya. Dia sendiri tidak menyangka perjalanannya akan seterjal ini.



Tanpa pikir panjang, Nada langsung bergerak melepas satu persatu kancing bajunya.



"Kamu mau apa?" Pertanyaan Samudra menghentikan tangan Nada untuk melepas kancing ketiga di kemejanya.




"Melepas baju saya, Om."



Samudra terkekeh, pandangannya sinis menatap ke arah Nada yang tidak tahu harus berbuat apa.



"Siapa yang menyuruhmu melepaskan bajumu?"



Nada langsung mengatupkan bibirnya karena malu, wajahnya pun memerah, pelan dia mengancingkan kembali bajunya yang untung saja belum terlihat isi di dalamnya.



"Lalu untuk apa Om Samudra membawa saya kemari? Kalau bukan untuk itu."




"Temanmu sudah gila. Bisa-bisanya dia menjualmu padaku lewat Gerald. Aku tidak habis pikir. Kupikir kamu gadis yang urakan, tapi kelihatannya tidak."




Nada membuang muka, dan melihat ke arah jendela yang ditutupi tirai putih.



"Duduklah! Aku ingin menjelaskan sesuatu."




Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Nada menuruti apa pun yang keluar dari bibir Samudra. Gadis itu duduk di atas kasur, dan meletakkan tas di samping dirinya.



"Om pikir pasti saya cewek murah yang mau menjual diri demi uang?"



Samudra tersenyum tipis, dia merogoh sesuatu di dalam saku jasnya. Mengeluarkan rokok dan korek api dari sana. "Awalnya aku pikir kamu begitu. Sampai aku melihatmu tadi, dan kata Gerald kamu masih baru dalam dunia gelap ini."

Lihat selengkapnya