ANIER

MONSEUR
Chapter #4

Eden Altar

Ras pohon, yang bernama suku Altar. Hidup berjuta-juta tahun lalu di pedalaman hutan Blaise Empire. Bahkan mereka telah hidup sebelum berdirinya kerajaan itu. mereka adalah makhluk immortal, tidak dapat mati selama tidak ada yang mengusik peradaban mereka. Selama alam masih terjaga dengan baik.

Bertahun-tahun lalu, raja pertama Blaise Empire menemukan mereka. Makhluk kerdil dengan wujud seperti manusia namun memiliki kulit layaknya batang pohon, ditambah dedaunan yang tumbuh di bagian tertentu tubuh mereka. Untuk ukuran dewasa, tinggi mereka seukuran anak usia lima tahun. Ukuran anak-anak? Lebih kecil lagi.

Saat kedatangan raja pertama Blaise Empire dengan pasukannya, para ras pohon hanya menoleh sekali, lantas melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Tidak menghiraukan kedatangan raja pertama Blaise Empire dengan pasukannya. Seakan hanya melihat hewan liar yang kebetulan lewat.

“Apakah kita harus menyerang mereka, Yang Mulia?” salah satu jendral Blaise Empire mendekat. Menghadap sang raja dengan postur tubuh yang tegap. Sebilah pedang tergantung di punggungnya. Tanpa tameng.

Raja pertama Blaise Empire memegang pundak jendralnya itu. “Siapkan pedangmu untuk membelah pohon prajuritku. Tapi tunggu instruksi dariku.” Perlahan sang raja melangkah maju. Wajahnya tenang. Tatapannya tajam menusuk kedepan. Kearah kerumunan suku Altar. “Aku akan mencoba berkomunikas dengan mereka.”

Tiba-tiba ada sesuatu yang memeluk kaki raja pertama Blaise Empire. Membuat langkah sang raja terhenti. Ia menoleh kebawah. Ternyata itu adalah anak kecil dari suku Altar. Memeluk kaki sang raja dengan sangat kuat.

Raja pertama Blaise Empire tetap terdiam. Membiarkan kakinya di peluk anak kecil ini. Tetap menatapnya tajam.

“Kau menginjak tanamanku.” Itulah kata yang keluar dari mulut anak pohon itu. dengan mata yang berbinar menahan tangis. Mengerjap-ngerjap menatap sang raja.

Sang raja memindahkan kakinya. Ternyata benar, ia menginjak setangkai bunga mawar kecil. Bunga mawar itu telah mati. Tangkainya patah, daunnya rusak. Anak pohon itu menangis. Mengambil jasad bunga mawar kecil itu. memeluknya. Lalu memetik daun yang kebetulan tidak terinjak. Menanamnya kembali. Anak pohon itu menatap sang raja dengan tatapan marah. Lantas berlari menghampiri kerumunan suku Altar yang sedang beraktivitas.

Itu pertama kalinya peradaban suku Altar ditemukan oleh manusia. Saat raja pertama Blaise Empire membangun kerajaannya, menyebarluaskan kekuasaan, berkelana menaklukan negri-negri, kawasan-kawasan. Akhirnya di pedalaman hutan yang sangat jauh dari peradaban manusia, raja pertama Blaise empire menemukan mereka. Suku paling aman, paling kuat dan paling berperan bagi alam sekitar.

Sekuat apa mereka? Itu terbukti setelah mereka dapat mengusir raja pertama Blaise Empire bersama pasukannya dengan sangat mudah. Bahkan sang raja dan pasukannya tidak sempat memberikan perlawanan sedikitpun. Para pasukan Blaise Empire tidak menyangka suku Altar dapat memiliki kekuatan sekuat itu. Satu-satunya yang menyadari kekuaran mereka sejak awal adalah sang raja. Sejak pertama kali menatap wujud dari Ras pohon itu, ia telah menyadari kekuatan besar yang dimiliki mereka. Namun sayangnya dia membuat satu kesalahan besar. Menginjak tanaman mereka. Membuat sang raja dan pasukannya seketika dalam bahaya.

Saat anak pohon itu mengadu pada kerumunan dewasa suku Altar. Sontak, sang raja langsung berteriak pada pasukannya untuk melarikan diri. Namun, sebelum kalimat itu keluar dari mulutnya, seluruh tubuh sang raja telah terikat oleh puluhan akar yang keluar dari bawah tanah. Melihat itu, pasukan Blaise Empire maju, menyerang. Namun tidak ada satupun yang bisa mendekat. Akar pohon itu terus menjalar ke berbagai arah menghadang pergerakan mereka. Beberapa pasukan telah terikat akar. Menyisakan beberapa orang termasuk jendral yang terjebak dalam tembok akar yang sangat kokoh.

Beruntung mereka dapat melarikan diri berkat sang raja. Dalam kondisi terikat, sang raja mengaktifkan kekuatannya. Membuat tubuhnya diselimuti api yang sangat panas. Perlahan akar pohon yang mengikatnya hangus terbakar. Sampai akhirnya sang raja terbebas dari belenggu akar yang sangat kuat. Lalu dia menghunuskan pedangnya yang juga diselimuti oleh api. Menebas kesana kemari. Membelah akar-akar yang terus bermunculan dari tanah. Sampai tiba di lokasi jendral dengan beberapa pasukannya yang masih selamat. Lalu membawa mereka pergi dari kawasan berbahaya ini.

Lihat selengkapnya