ANILA - Kutukan Angin

Asya Ns
Chapter #2

Eps 2. Buku

Anila tidak menjawab pertanyaan Pak Malik, dirinya hanya terdiam menunduk.

Erika dan teman-temannya menyeringai senang.

"Lihatlah si Nenek reot itu, bukankah bodoh sekali dia?" ucap Erika tertawa sinis diikuti tawa teman-temannya.

Anila mulai melangkah pergi.

"Oh iya, jangan lupa bawa kan bola kesayangan bapak di atas meja guru!"

Anila berbalik sebentar, pandangannya tetap menunduk.  

"Dan satu lagi, Anila, tidak boleh ada yang membantu. Kamu harus membawa semua itu sendiri karena ini adalah hukuman!" tambah Pak Malik.

Anila hanya mengangguk. Mengiyakan.

Kakinya berjalan menuju ke gudang sekolah, pikirannya berkecamuk "Mengapa aku dihukum? Padahal aku hanya telat beberapa menit. Sedang kemarin, Erika dan teman-temannya bahkan membolos untuk tidak mengikuti pelajaran olahraga tetapi mereka?" Muka Anila tampak sedih, "Ah sudahlah" Ia menangkis pikiran buruknya.

 

"Sadar diri saja Anila, kau ini siapa? Bukankah sudah biasa ya? Yang cantikkan selalu di depan," tukas hatinya mengingatkan. 

Anila tersenyum. Mengambil beberapa barang. Dirinya kini berjalan sempoyongan membawa peralatan voli. Tangan kanannya memegang ranjang bola. Tangan kirinya menenteng net dan satu bola spesial milik pak Malik.

Kali ini dirinya teringat buku itu lagi. Dia lupa belum menanyakannya kepada Gata.

 "Oh iya, aku ingat! Gata kan sangat tidak suka diajak ngobrol oleh teman-temannya. Dia benci membicarakan atau bicara hal yang tidak penting. Lebih baik dia berangkat terlambat atau berangkat sepagi mungkin. Jadi, mungkin tadi dia terlambat, dan aku tidak melihatnya," sangka Anila melamun. 

Di dalam sebuah kelas, ada seorang pria sedang fokus menulis tugas di bangku depan. Pria itu melihat Anila dari bingkai pintu. Melamun, berjalan sempoyongan membawa peralatan voli.

Karena tidak fokus pada jalan yang dilalui, bola kesayangan milik pak Malik, yang dibawa Anila pun terjatuh.

"Aduh!" Bola itu menggelinding. Anila berusaha untuk mengambilnya.

Pria itu semakin tidak tega melihat Anila begitu kesusahan mengambil bola. 

"Bu, izin keluar," ucap Pria itu singkat. 

"Mau kemana kamu?" tanya bu Ria yang sedang menjelaskan. 

Pria itu sama sekali tidak hirau, langsung saja keluar entah diijinkan ataupun tidak.

"Hey, jawab Ibu! atau nilaimu akan ibu kurangi!"

Sangat tak acuh, Ia tetap tidak peduli dengan ancaman gurunya barusan. Justru langkahnya malah semakin Ia percepat.

                   彡

"Kemana anak itu, disuruh ngambil bola malah kayak ibu-ibu belanja di pasar. Lama banget!" ucap Pak Malik yang dengan badan besar dan kekarnya sangat ditakuti anak-anak. Mungkin ini efek karena sering berolahraga, wajahnya terlihat sangat bengis.

"Andra! Cari di mana temanmu itu pergi. Kenapa kok belum kembali juga," perintah pak Malik pada Andra, sang ketua kelas. 

"Siap Pak!" tanpa disuruh dua kali Andra langsung bergegas pergi. 

Anila masih berusaha keras mengambil bola yang terus menggelinding. Tiap kali Anila hendak mengapai, bola itu malah tergelinding semakin menjauh. 


Tiba-tiba ada sebuah tangan membantunya, berbarengan mengambil bola itu. 

Kepala Anila mendongak ke atas melihat seorang Pria di depannya. Rambutnya lurus dan tebal. Rambut poninya sedikit menutupi sebelah matanya mengembang. Bajunya tidak terlalu rapi. Tetapi, tubuhnya sangat masuk untuk digunakan pakaian apa pun. Bahkan, jika memungkinkan untuk baju pangeran kerajaan sekalipun.

"Gata." Wajah anila semringah. 

Pria itu adalah Gata.

Gata hanya menjawab mengembangkan senyumnya. Wajahnya yang tampan, kulitnya yang putih semakin sempurna dipadu cahaya matahari pagi yang menyengat. 

Lihat selengkapnya