ANILA - Kutukan Angin

Asya Ns
Chapter #18

Eps 18. Ayar dan Candra

Anila duduk di meja belajarnya, menghadap sebuah buku 'Mereya' dan beberapa buku pelajaran.

Niatnya belajar, tapi pikirannya ruwet. Tiap kali dia membaca sebuah judul dan sedikit penjabaran. Otaknya selalu berkeliling ingin mengartikan penjabaran tersebut secara lebih detail dari yang dituliskan.

"Halah! Taulah!" Anila menutup buku sekolahnya, melemparkannya di meja, sembarang.

Bergantian mengambil pena. Lebih baik dia menulis puisi saja; jika seperti ini.

"Kakak! Kakak!!" teriakan tidak sabaran Ayar terdengar dari balik pintu.

"Apa, sih.... Masuk Ayar sayang, masuk...." ucap Anila berusaha menetralkan kembali emosinya.

Ayar duduk di ranjang Anila. Mukanya menyiratkan rasa sebal kepada seseorang, pipinya ditahan membesar. Matanya hampir hilang tertutup besarnya pipi chubby-nya itu.

Anila mencubitnya, "Ada apa? Kenapa si Adikku sayang...?"

"Ayar sebel kak," dengusnya.

Anila ikut duduk di samping Ayar. Kakinya disatukan rapi. Bersiap mendengarkan.

"Sebel sama siapa? Ayo cerita," pinta Anila.

"Jadi, tadi Ayar sekolah, Kak."

"Lalu?"

"Ayar sebel?!"

"Ayar! Jadi... Ayar sebel karena sekolah? Itu ga boleh Ayar, sekolah itu–" Sebelum Anila berceramah lebih panjang, Ayar langsung memotong ucapannya.

"Bukan, Kakak. Ayar bukan gak mau sekolah! Ih, kakak mah!"

"Terus gimana?"

"Jadi, tadi tuh ada anak baru di kelas Ayar, dia sok keren banget. Padahal, biasa aja."

"Ya, biarin. Terus masalahnya apa sama Ayar? Ealah."

Anila merasa keheranan, cerita Ayar selalu saja tidak bermutu.

"KAKAK!! Masalahnya! DIA Itu..... Ngikutin Ayar terus.... Katanya dia ga punya temen, dan gak mau temenan sama yang lain juga. Cuma pengen temenan sama Ayar,"

"Ya elah, gitu doang. Ya, biarin si.... Kasian juga kan, dia gak punya temen?" Anila kembali beranjak dari tempat duduknya. Sepertinya pembicaraan ini tidak se-asyik dan seserius raut muka adiknya sebelumnya.

"Ya, Kakak gak tau sih! Dia sampe ngikutin Ayar ke kamar mandi! Sangking gak maunya Ayar tinggalin... Aish.... Sebel! Sebel!"

Anila yang sedang membereskan buku di mejanya, menoleh. 

"Ha?! Ke kamar mandi?!"

Ayar mengangguk. Tiba-tiba menangis. Adiknya memang begitu—aneh, sering merasa sangat menyedihkan dan menangis atas hal-hal kecil. Entahlah, apa sebabnya.

"Ayar, tidak suka, Candra!" ucapnya sambil menangis, menutupi mukanya.

"Oohh.... Jadi namanya Candra?" tanya Anila, berlagak sok serius.

"Pokoknya! Kakak harus temuin dia, terus kakak ceramahin dia sampai ga berani ngikutin Ayar lagi! Harus!"

"Ealah, dasar bocah kecil. Seperti itu saja dibawa serius sekali. Lagian mengapa harus bawa-bawa dirinya?" pikir Anila, mengerutkan dahinya, bingung.

"Ee.... Bukannya ga mau Ayar, tapi itukan–"

Lihat selengkapnya