ANILA - Kutukan Angin

Asya Ns
Chapter #20

Eps 20. Identitas Rahasia

Setelah tiga hari kemarin, Aldrich untuk pertama kalinya merasa penasaran terhadap seorang wanita. Sebelumnya, Aldrich sangat tak acuh pada hal-hal semacam itu. Sebenarnya, tidak serta-merta Aldrich penasaran kepada Anila karena parasnya. Aldrich lebih terfokus akan hal aneh yang terjadi, dan Anila menolak untuk menjelaskannya. Semua itu membuat lelaki itu melakukan segala hal untuk membuktikan bahwa pikirannya itu tidak salah.

Pagi itu, Aldrich melihat Anila berjalan kaki berangkat ke sekolah. Sengaja, Ia mengabaikannya tanpa menawarkan tumpangan atau menyapa.

Aldrich mendahuluinya cepat, melaju dengan kecepatan penuh.

Anila yang sedang berjalan santai melihat tingkah pria aneh itu. Wajahnya tampak muram karena moodnya sedang tidak baik hari ini.

"Tumben," gumamnya singkat.

Tit Tit Tit!

Suara alarm terdengar dari pergelangan tangannya. Bunyi, menandakan sudah pukul delapan pagi.

"ASTAGA! Ini sudah siang, Tuhan!" Anila berlari kencang, tanpa terkendali mengaktifkan kekuatan superspeed agar cepat sampai.

Wussh!

Secepat angin Anila melintasi kota. Hingga sampailah ia di depan pintu gerbang sekolah.

"Untung belum terlambat, Huh..." Anila mengeluh napas panjang. Tubuhnya tidak layak untuk berdiri, bibirnya terus melengkung ke bawah.

"Tenang aja, hari ini masih free... Perlombaan masih akan berlangsung setengah pekan lagi." Sebuah suara terdengar menyela dari belakang.

"Mari," ajaknya. Itu suara Aldrich.

Anila berjalan masuk ke dalam sekolah sejajar dengan langkah Aldrich. Banyak siswa mengelar kabar burung tentang siswa tampan moswanted sekolah Smart Insani kini telah memadu kedekatan dengan seorang siswi cantik bernama Anila. Beberapa yang lain bahkan menganggap mereka berpacaran. Karena, kedekatan mereka beberapa hari terakhir.

"Kamu gak tanding, tah, hari ini? Kok santai banget?" tanya Anila, sengaja, supaya Aldrich tidak perlu lagi menjajari langkahnya.

"Engga, teamku sudah ternominasi masuk final, aku tinggal menunggu seleksi adu team lain untuk lolos bertanding. Mungkin aku masih di sini hingga final nanti, sekitar empat hari lagi," jelas Aldrich.

Anila hanya mengangguk mengerti. Langkah mereka terpisah saat Anila membelokkan arahnya.

Tiba-tiba Aldrich menyambar tangan Anila, memegangnya erat.

Anila menoleh, melihat lengan tangannya, beralih menatap mata Aldrich.

Aldrich yang tersadar, lantas melepas genggamannya.

"Eh, Maaf, kamu kan sudah janji mau berbicara berdua denganku, kemarin."

Anila mengingatnya, kemarin di rumah makan, kemarin di sekolah, Anila selalu mengelak untuk dapat berbicara berdua dengan Aldrich. 

"Kali ini, aku harus menjawab apa?" batinnya.

"Nanti malam saja, seharian ini sepertinya aku sedang sok sibuk, hehe..." Anila menyengir, sengaja dia menjawabnya dengan candaan, supaya Aldrich tidak merasa kecewa atas penolakkannya.

"Oke, great! Temui aku di..."

"Di taman kota, saja. Aku akan kesana." Anila memutuskan sebelum Aldrich selesai bicara.

"Aku akan menjemputmu,"

Anila sudah pergi, dia hanya mengangguk lembut, tidak menunggu pembicaraan berakhir.

Lihat selengkapnya