Tiga minggu telah berlalu sejak kejadian mengerikan di gudang tua itu. Arya kini hidup berpindah-pindah, bergerak dari satu tempat persembunyian ke tempat persembunyian lainnya, menghindari radar Serambi Nusantara yang dia yakini masih mencarinya tanpa henti. Organisasi itu memiliki sumber daya yang tak terbatas dan koneksi yang kuat di berbagai lapisan masyarakat. Arya tidak bisa mempercayai siapa pun.
Selama ini, dia mengumpulkan informasi tentang organisasi tersebut melalui jaringan kontaknya di dunia bawah tanah dan beberapa mantan rekannya di militer yang masih setia.
Dia menemukan lokasi-lokasi penelitian rahasia mereka yang tersebar di seluruh negeri, nama-nama pejabat tinggi pemerintah dan korporat yang terlibat, bahkan beberapa bukti video dan dokumen yang menunjukkan eksperimen-eksperimen mengerikan yang mereka lakukan.
Yang dia tidak tahu adalah bahwa sesuatu telah berubah dalam dirinya sejak malam itu. Mungkin percikan darah Bayu yang mengenainya saat ledakan, atau mungkin cairan hijau misterius yang memercik saat dia menembak tabung, atau mungkin sesuatu yang lain yang tidak dia pahami. Tapi Arya mulai merasakan perubahan aneh dalam tubuhnya.
Malam kedua setelah kejadian di gudang, Arya menemukan catatan digital di ponsel Bayu yang berhasil dia ambil sebelum gudang itu meledak. Sebuah jurnal audio yang direkam Bayu sendiri, berisi pemikiran-pemikiran terakhirnya sebelum dia sepenuhnya diambil alih oleh parasit,
“Aku bisa merasakannya … Mendesak di balik tulang rusukku. Itu bukan rasa sakit. Itu seperti aku, tapi bukan aku.”
“Aku tahu ini akhir. Aku bisa dengar suaranya sekarang. Suara yang bukan milikku. Aku takut .…”
Arya menutup matanya. Kalimat itu terdengar seperti permohonan, bukan pengakuan. Suara Bayu… tak terdengar seperti Bayu. Tapi ada kesedihan di sana.
“Maaf kalau nanti aku berubah. Tapi tolong ... Jangan biarkan aku menyakiti siapa pun. Jangan biarkan aku jadi sesuatu yang kau benci.”