Anima Terrae

Novian
Chapter #5

Menyusup di klinik

Malam ini, Arya berada di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota Bandung, mengawasi sebuah klinik yang dicurigai sebagai front untuk kegiatan ilegal Serambi Nusantara.

Klinik itu bernama "Klinik Pratama Medika," sebuah bangunan tiga lantai yang tampak normal dari luar, dengan papan nama yang sopan dan staf medis yang ramah. Namun, Arya telah mengumpulkan bukti bahwa di balik wajah itu, terjadi hal-hal mengerikan.

Tiga hari pengintaian yang melelahkan mengkonfirmasi kecurigaannya. Pasien-pasien yang masuk ke klinik itu tidak pernah keluar lagi, dan truk-truk besar datang di tengah malam, membawa kontainer-kontainer yang ditutupi terpal hitam, mengeluarkan suara-suara aneh dan bau yang memuakkan. Dia juga melihat beberapa orang dengan ciri-ciri fisik yang aneh memasuki klinik itu, orang-orang dengan kulit pucat, mata merah, dan gerakan-gerakan yang tidak wajar.

Arya menyiapkan peralatannya di ruang tamu apartemen yang remang-remang. Dia membersihkan dan memeriksa pistol Glock 19 miliknya, memastikan peredam suara terpasang dengan baik. Dia juga menyiapkan pisau tempur Karambit kesayangannya, mengasah bilahnya hingga setajam silet. Dia membawa beberapa granat asap dan granat kejut yang dia dapatkan dari kontak lamanya di dunia bawah tanah, berjaga-jaga jika situasinya menjadi tidak terkendali.

Dia akan menyusup ke klinik, mencari bukti lebih lanjut, dan jika beruntung, menemukan Profesor Hadiwijaya atau orang lain yang bertanggung jawab.

Namun, sebelum dia beranjak, ponselnya bergetar, nomor tidak dikenal. Arya mengangkatnya dengan hati-hati, firasat buruk menyelimutinya.

"Halo?" jawab Arya dengan suara rendah dan waspada.

"Arya... Tolong..." suara di seberang terdengar lemah, terdistorsi, dan penuh dengan kesakitan, tapi Arya langsung mengenalinya. Suara itu seperti gema dari masa lalu, suara yang seharusnya sudah mati.

"Bayu?" Arya tersentak, hampir menjatuhkan ponselnya karena terkejut. Jantungnya berdegup kencang, antara harapan dan ketidakpercayaan.

"Tidak mungkin. Kau... Mati di gudang itu. Aku melihatmu mati."

"Tidak mati... Tapi tidak hidup juga," jawab suara itu, terdengar seperti bisikan dari alam lain.

"Mereka... Menyimpanku. Eksperimen... Terus-menerus. Aku di... Basement klinik yang kau awasi. Datanglah sebelum mereka mengambil semuanya dariku."

Lihat selengkapnya