Beberapa hari kemudian, Arya telah berubah. Dia tidak lagi tinggal di apartemen mewahnya, dia tidak lagi mengenakan pakaian mewahnya. Dia hidup di jalanan, berbaur dengan para tunawisma dan kriminal, mencari informasi tentang Serambi Nusantara di tempat-tempat yang paling gelap dan terpencil di kota. Dia menjadi hantu, sebuah legenda urban yang menakutkan, dengan mata merah yang muncul dari kegelapan.
Dia berhasil mengumpulkan lebih banyak bukti tentang kejahatan Serambi Nusantara. Dia meretas ke dalam sistem komputer mereka, menemukan dokumen-dokumen rahasia yang mengungkapkan eksperimen-eksperimen mengerikan yang mereka lakukan pada manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dia menemukan foto para korban, tubuh-tubuh yang cacat dan hancur, jiwa-jiwa yang hancur dan putus asa. Dia juga menemukan kesaksian dari para korban yang selamat, orang-orang yang berhasil melarikan diri dari cengkeraman Serambi Nusantara dan bersembunyi di sudut-sudut kota yang terlupakan.
Dia juga menemukan informasi tentang proyek rahasia lain yang sedang dikembangkan oleh organisasi tersebut: "Proyek Phoenix", sebuah upaya ambisius dan berbahaya untuk menciptakan manusia super yang lebih kuat dan lebih stabil daripada mutan-mutan sebelumnya, sebuah upaya untuk mengendalikan evolusi manusia itu sendiri.
"Mereka tidak pernah berhenti," kata Arya pada Bayu, saat mengamati foto para korban Proyek Phoenix di sebuah laptop curian di sebuah gang sempit.
"Mereka tidak peduli berapa banyak orang yang menderita, berapa banyak nyawa yang hancur, selama mereka bisa mencapai tujuan gila mereka. Mereka pikir mereka bisa bermain sebagai Tuhan."
"Kita harus menghentikan mereka," jawab Bayu, suaranya bergema di benak Arya, penuh dengan kemarahan dan kesedihan.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka menciptakan lebih banyak monster, lebih banyak penderitaan. Kita harus mengakhiri ini, sekarang."
"Aku tahu. Tapi bagaimana? Mereka selalu selangkah di depan kita. Mereka punya banyak sumber daya, banyak koneksi, dan banyak sekali pengikut yang fanatik," ucap Arya dengan nada frustrasi.
"Kita punya sesuatu yang mereka tidak punya," kata Bayu.
"Kita punya ikatan. Ikatan yang tidak bisa diputuskan oleh kematian atau pengkhianatan. Dan kita punya parasit ini. Dia lebih dari sekadar kutukan. Dia adalah kunci. Dia bisa membantu kita menemukan mereka, melacak mereka, dan menghancurkan mereka dari dalam."
Arya menatap simbol aneh di telapak tangannya, simbol Anima Terrae yang bersinar redup dalam kegelapan.
"Kau yakin? Aku masih belum sepenuhnya mengerti bagaimana dia bekerja. Kadang-kadang aku merasa seperti dia mengendalikan diriku, bukan sebaliknya," ucapnya dengan ragu.