Akhirnya, mereka siap. Mereka terbang menuju pulau Proyek Phoenix, menghindari radar dan patroli musuh dengan terbang rendah di atas ombak. Mereka mendarat di dekat fasilitas utama Proyek Phoenix, sebuah kompleks besar yang terdiri dari beberapa bangunan bertingkat yang menjulang tinggi ke langit dan laboratorium bawah tanah yang tersembunyi di bawah tanah. Fasilitas itu tampak seperti sarang laba-laba raksasa, penuh dengan jebakan dan bahaya.
"Ini tempatnya," kata Arya, menatap fasilitas itu dengan mata merahnya yang menyala.
"Ini tempat di mana mereka menciptakan monster-monster itu. Ini tempat di mana mereka mengkhianati umat manusia."
"Kita akan mengakhiri ini," kata Bayu.
"Kita akan menghancurkan tempat ini dan membebaskan semua yang mereka kurung di sini. Kita akan membalaskan dendam mereka."
Arya dan Bayu menyusup ke dalam fasilitas itu dengan mudah, menggunakan kekuatan dan kecepatan barunya untuk mengalahkan para penjaga bersenjata yang menghalangi jalan mereka. Mereka bergerak seperti hantu, menghilang ke dalam kegelapan dan muncul kembali di tempat yang tak terduga, meninggalkan jejak mayat dan kehancuran di belakang mereka.
Mereka menemukan para korban Proyek Phoenix, orang-orang yang telah diubah menjadi monster oleh eksperimen Serambi Nusantara. Ada yang memiliki anggota tubuh yang tidak proporsional, ada yang memiliki organ dalam yang terlihat dari luar, dan ada yang memiliki kemampuan aneh dan mematikan. Mereka semua tampak menderita, baik secara fisik maupun mental.
"Kita akan mengeluarkan kalian dari sini," kata Arya kepada para korban, suaranya penuh dengan tekad.
"Ikuti aku. Aku akan membawa kalian ke tempat yang aman. Kalian tidak akan menderita lagi."
Para korban mengikuti Arya keluar dari fasilitas itu, tapi mereka dihadang oleh pasukan musuh yang lebih banyak dan lebih kuat. Pertempuran sengit terjadi. Arya dan para korban bertarung dengan berani, menggunakan semua kekuatan dan kemampuan mereka untuk melawan musuh. Tapi mereka kalah jumlah dan kalah persenjataan.
Tiba-tiba, sebuah suara keras dan menggelegar terdengar di seluruh fasilitas, menghentikan pertempuran untuk sesaat.
"Hentikan pertempuran ini! Aku ingin bicara dengan Arya!"
Arya mengenali suara itu. Itu Profesor Hadiwijaya, sang pemimpin Serambi Nusantara. Dia muncul di depan fasilitas utama, dikelilingi oleh para pemimpin organisasi lainnya, yang semuanya tampak marah dan putus asa.
"Arya," kata Profesor Hadiwijaya, suaranya penuh dengan kebencian dan kekecewaan.
"Aku tahu kau ingin menghancurkan kami. Tapi aku punya tawaran untukmu. Bergabunglah dengan kami. Kita bisa menciptakan dunia baru bersama-sama. Dunia yang penuh dengan manusia super seperti kita, dunia yang lebih baik dan lebih kuat. Dunia di mana kita adalah penguasa."
Arya tertawa, sebuah tawa yang dingin dan menakutkan, tanpa sedikit pun humor.
"Bergabung dengan kalian? Setelah semua yang kalian lakukan? Setelah semua penderitaan yang kalian sebabkan? Kau gila. Aku lebih baik mati daripada bergabung dengan kalian," ucapnya dengan jijik.
"Pikirkanlah, Arya," kata Profesor Hadiwijaya, mencoba membujuknya.
"Kita bisa menjadi penguasa dunia. Kita bisa memiliki segalanya yang kita inginkan, kekuasaan, kekayaan, keabadian. Kita bisa mengubah takdir umat manusia, menciptakan masa depan yang gemilang. Kau bisa menjadi bagian dari itu, Arya. Kau bisa menjadi dewa."