Anima Terrae

Novian
Chapter #12

Cengkeram

Hutan Kalimantan menelan Arya dalam sunyi gelap. Sinar bulan tipis menyelinap melalui kanopi lebat, menyapu wajah penuh luka dengan garis perak. Daun basah meredam langkahnya, tapi urat hitam di kulitnya berdenyut bagai jantungan kedua, Anima Terrae, hidup di dalamnya.

Mata merahnya menembus malam, menangkap setiap gerak di semak. Kalung perak di lehernya bergoyang pelan. Di dalamnya, foto dia dan Bayu, dua tentara tersenyum sebelum dunia hancur. Gambar itu membakar pikirannya, bara kenangan yang menyalakan tekad.

Rumah aman itu gubuk timah berkarat, tersembunyi di bayang hutan, setengah tertelan lumut dan waktu. Di dalam, di bawah lampu neon berkedip, Profesor Hadiwijaya meringkuk di sudut bagai binatang sekarat. Jas labnya kotor, wajahnya pucat seperti hantu. Tapi matanya masih menyala, beracun.

Jari Arya mencengkeram leher pria itu, mengangkatnya dari lantai dengan mudah. Suaranya dingin, kasar.

“Ceritakan semuanya.”

Dan profesor itu berbicara.

Dengan gigi gemeretak dan bibir gemetar, dia mengaku. Fase terakhir Serambi Nusantara telah berjalan. Mereka akan lepaskan spora Anima Terrae rekayasa ke udara, ke seluruh dunia. Memicu evolusi paksa. Membunuh yang lemah. Hanya yang kuat bertahan.

Lihat selengkapnya